Terima Kasih Angkatan IV
Akhirnya Kelas Menulis Kepo angkatan IV selesai juga. Sebuah perjalanan yang membahagiakan sekaligus sayang untuk tidak diteruskan.
Jumat 3 Februari 2017, 15 orang peserta Kelas Menulis Kepo memulai pertemuan perdana mereka. Bertempat di Brew Brothers di kisaran Panakkukang, kelas perdana berisi perkenalan. Baik perkenalan antar peserta dan pendamping maupun perkenalan tentang apa itu Kelas Menulis Kepo.
Catatan tentang Kelas Menulis Kepo pernah saya tulis di sini.
Angkatan IV adalah kelanjutan dari tiga angkatan sebelumnya. Angkatan pertama bolehlah disebut sebagai pionir karena Kelas Menulis Kepo memang lahir atas bantuan dari teman-teman angkatan pertama. Setelahnya, para peserta angkatan pertama dan kakak-kakak pendamping meneruskan dengan angkatan kedua yang lebih tertata rapi. Sudah ada jadwal tetap dan kurikulum.
Selepas angkatan kedua, kelas dilanjutkan dengan angkatan ketiga dan kemudian angkatan keempat.
Rupanya tanpa disadari, keempat angkatan ini punya karakternya sendiri-sendiri. Angkatan pertama paling beragam, berisi profesional (dokter dan perawat), pengajar (dosen) hingga pekerja lepas dan aktivis organisasi atau komunitas. Lalu angkatan kedua diisi lebih banyak oleh kaum profesional dan ada juga pengusaha. Ini juga yang menjadi musabab angkatan kedua sempat tertatih-tatih menyelesaikan pelajaran sesuai jadwal. Peserta punya kesibukan yang sangat menyita waktu mereka sehingga satu demi satu dengan terpaksan berhenti di tengah jalan.
Angkatan ketiga kemudian datang selepasnya. Angkatan ini juga sedikit beragam meski dalam rataan usia hampir sama. Tantangan berat dari angkatan ketiga adalah karena ada beberapa peserta yang kemudian berpindah dari mantan mahasiswa menjadi pekerja. Perpindahan status ini sempat menghalangi beberapa peserta sehingga jadwal pelajaran juga terpengaruh. Hasilnya, beberapa peserta berhenti di tengah jalan atau tidak aktif lagi menulis setelahnya.
Selepas angkatan ketiga, Kelas Menulis Kepo sempat vakum beberapa waktu. Ada beberapa kendala di tubuh pegurus, termasuk kesibukan beberapa personil yang bahkan membuat mereka berada jauh dari kota Makassar.
Februari 2014 kelas perdana angkatan IV dimulai. Dari rataan usia, rentang peserta angkatan IV ini hampir sama. Hanya ada satu-dua yang terpaut agak jauh dengan peserta lainnya. Dari segi kesibukan, rata-rata mereka juga masih agak lowong. Sebagian memang adalah mahasiswa/mahasiswi tingkat akhir atau yang baru saja lulus. Ini membuat mereka punya waktu luang yang lebih banyak dan tentu saja lebih fleksibel.
Bertahan Hingga Akhir.
“Semoga tetap ber-15 hingga akhir!”, begitu komentar Iyan, salah satu sosok penting dalam Kelas Menulis Kepo di tulisan tentang angkatan IV Kelas Menulis Kepo.
Belajar dari angkatan-angkatan sebelumnya, di tengah jalan selalu saja ada peserta yang dengan terpaksa mengundurkan diri atau dibimbing ke pintu keluar. Alasan utamanya adalah kesibukan di dunia nyata yang membuat mereka tidak bisa menghadiri kelas lagi, dan sesuai peraturan: tiga kali tidak menghadiri kelas maka dengan sendirinya dianggap mengundurkan diri.
Para penjaga tidak bisa bikin apa-apa. Toh ini kelas gratis, tidak berbayar jadi tidak ada ikatan selain ikatan batin yang mengikat mereka. Mereka bisa pergi kapan saja ketika mereka mau. Tak mengapa kelas berjalan dengan peserta yang makin sedikit, asal mereka tetap serius untuk belajar bersama.
Tapi angkatan IV ternyata keras kepala. Hingga kelas berakhir tiga bulan kemudian, jumlah peserta masih tetap 15. Memang sesekali ada saja dari mereka yang tidak hadir dalam pertemuan rutin, tentu karena kesibukan atau halangan lain. Tapi mereka membayarnya dengan datang di pertemuan berikutnya, dan membayar denda berupa tulisan sesuai yang disyaratkan oleh teman-teman seangkatannya.
Jumat 28 April 2017 yang lalu, pertemuan resmi terakhir Kelas Menulis Kepo angkatan IV digelar. Seperti angkatan sebelumnya, pertemuan terakhir diisi dengan penilaian untuk tugas yang disebut sebagai tugas akhir. Tugas akhir adalah sebuah tulisan yang mempraktikkan semua teori menulis yang sudah didapatkan selama berjalannya kelas. Dari ide, sudut pandang, menyusun paragraf hingga teknik wawancara.
Dari semua tulisan tugas akhir yang masuk, akhirnya terpilih satu tulisan yang dianggap paling memenuhi semua standar yang diharapkan, plus disusun dengan kesalahan penulisan yang paling minim.
Tulisan tersebut adalah milik Irma yang diberi judul: Jangan Sampai Ada Ue di Tulisan Ilmiahmu. Tulisan ini menyoal perilaku berbahasa anak-anak muda jaman yang kerap menciptakan gaya bahasa atau istilah-istilah berbahasa yang baru. Dari jaman prokem, bahasa gaul hingga bahasa alay, anak-anak muda dengan sisi kreativitas mereka selalu berhasil menciptan tren bahasa yang baru.
Ide tersebut tentu saja menarik, apalagi ide tersebut dekat dengan kehidupan Irma yang memang lulusan fakultas bahasa. Ide yang menarik, sudut pandang yang pas dan kegigihannya menembus tiga narasumber membuat tulisan Irma diganjar nilai lebih di antara teman-temannya yang lain.
Ada Peningkatan
Sebenarnya tulisan peserta yang lain juga tidak buruk. Setidaknya ada beberapa peserta yang menunjukkan peningkatan berarti ditinjau dari tulisan pertama mereka. Evhy misalnya. Di tulisan pertamanya di awal pertemuan, Evhy masih terjebak pada tulisan yang alurnya biasa saja, kering dan tanpa ada sentuhan personal. Pun, Evhy terjebak pada tulisan yang terlalu banyak menempatkan dirinya di dalam tulisan tersebut. “Saya”-nya bahkan menutupi subjek yang sebenarnya.
Di tulisan terakhir yang berjudul: BAGAIMANA TUNANETRA BELAJAR DI SEKOLAH? Evhy suudah berhasil mengurangi “saya”, berhasil mengurai sebuah ide menjadi lebih rapi dan runut. Memang masih ada beberapa kekurangan termasuk alur cerita yang jadi sedikit berbelok dari tema utama. Tapi secara keseluruhan Evhy menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Evhy tidak sendirian karena peserta-peserta lainnya juga berhasil memperlihatkan sebuah peningkatan yang signifikan dan tentu saja menggembirakan. Apa yang lebih membahagiakan ketika tahu teman-teman yang kita dampingi ternyata bisa memperlihatkan perubahan? Itu adalah bayaran yang dinanti-nantikan. Bukan bayaran dalam bentuk uang atau materi apapun.
Selain itu, melihat semangat angkatan keempat yang tetap terjaga hingga pertemuan akhir dan bagaimana mereka seperti tidak mau terpisah, sungguh sebuah kebahagiaan. Ini yang membuat para penjaga Kelas Menulis Kepo berencana membuat sesuatu yang bisa mengakomodir semangat mereka dan keinginan mereka untuk tetap belajar bersama. Mungkin selepas ini.
Sebagai salah satu pendamping yang dalam proses angkatan IV ini sering sekali bolos, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Kelas Menulis Kepo angkatan IV. Sungguh sebuah kesenangan bisa mendampingi mereka dan sama-sama belajar. Semoga saja ini tidak berhenti sampai di sini saja. Karena belajar tidak mengenal kata akhir. Bukan begitu? [dG]