Peluang Usaha di Tengah Pandemi
Pandemi memang menyusahkan banyak orang, tapi ternyata ada juga yang tetap kreatif melihat peluang di tengah pandemi ini.
Sebuah postingan tentang tanaman melintas di lini masa Facebook saya. Postingan milik seorang kawan, kami akrab memanggilnya Lelaki Bugis atau Lebug. Beberapa minggu belakangan ini dia memang sedang menikmati sebuah profesi baru sebagai penjual tanaman. Sesuatu yang agak berbeda dengan karakternya yang selama ini saya tahu. Selama ini saya tidak – atau kurang – tahu kalau ternyata dia juga pecinta tanaman. Makanya, awalnya saya agak kaget ketika tahu kalau dia aktif menjadi penjual tanaman.
Menjajakan tanaman memang jadi salah satu aktivitas yang sedang ramai digarap sejak masa pandemi Covid-19. Lebug hanya satu dari ratusan orang yang juga melakukan hal yang sama. Merawat tanaman dan menjualnya kepada mereka yang membutuhkan. Di lini masa media sosial mudah sekali menemukan mereka yang berawat tanaman dan menjajakannya pada sesama pecinta tanaman.
Menjajakan tanaman seperti menyusul aktivitas lain yang sudah lebih dulu ramai di musim pandemi seperti memasak. Sebelumnya, banyak sekali orang yang menjajakan masakan rumahan hasil karyanya. Baik masakan berat maupun kue-kue atau pastry.
Pandemi Merangsang Kreativitas
Sejak merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia bulan Maret, sedikit banyaknya kebiasaan warga memang berubah. Hal yang paling terasa adalah aktivitas luar ruang jadi terbatas. Orang diminta untuk sebanyak mungkin tinggal di dalam rumah dan menghindari aktivitas luar ruang yang tidak perlu demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Akibatnya, jangankan kegiatan rekreatif seperti traveling atau sekadar jalan ke mall dan nongkrong di kafe, bahkan kegiatan primer seperti bekerja pun dilakukan di rumah. Para karyawan diminta untuk bekerja dari rumah, dan anak-anak diminta untuk belajar dari rumah.
Dampaknya langsung terasa. Mereka yang terbiasa dengan aktivitas di luar rumah tiba-tiba merasa punya banyak waktu luang. Jadi gabut kalau kata anak sekarang. Setelah semua pekerjaan selesai, mereka yang biasanya nongkrong di kafe atau sekadar jalan-jalan ke pusat keramaian sekarang sudah harus tinggal di rumah. Dan momen inilah yang membuat mereka jadi bingung mau bikin apa.
Awalnya mungkin masih terasa menyenangkan. Mereka bisa bermalas-malasan, atau melakukan aktivitas rekreatif seperti menonton film atau bermain gim. Tapi, lama kelamaan mulai terasa membosankan juga. Di masa inilah saraf-saraf kreatif di otak sebagian orang mulai terangsang.
Di bagian lain, ada juga orang yang merasakan kesulitan selama masa pandemi. Mereka ini termasuk orang-orang yang kehilangan pekerjaan atau menurunnya pendapatan secara drastis sebagai efek pandemi.
Orang bilang, di saat manusia terdesak biasanya kreativitas juga akan terpacu. Beragam ide-ide kreatif muncul untuk menyelematkan diri dari keadaan terdesak. Baik itu terdesak dari sisi keuangan, maupun terdesak oleh rasa bosan.
Maka muncullah beragam usaha-usaha baru di tengah musim pandemi ini. Usaha yang timbul dari kreativitas yang terangsang karena keadaan. Membuat makanan dan menjual tanaman hanya salah dua contohnya.
Tren Bersepeda
Selain tren munculnya kreativitas dari rumah yang dipicu oleh pandemi Covid-19, salah satu tren lain yang juga sedang ramai digeluti warga Indonesia adalah tren bersepeda. Entah siapa yang memulai, tapi sejak masa pandemi sedikit mereda kegiatan warga bersepeda nampaknya semakin meningkat.
Bukan hanya warga biasa, bahkan para selebritis dan pesohor pun terlihat begitu aktif bersepeda. Mereka rajin memamerkan kebiasaan bersepeda mereka di akun media sosial. Sepertinya, ini juga memengaruhi tingginya animo masyarakat untuk bersepeda. Walhasil, angka penjualan sepeda di Indonesia dikabarnya meningkat sangat tinggi selama masa pandemi. Di bulan Juli 2020 saja dikabarkan kalau jumlah pembelian sepeda di Indonesia meningkat empat kali lipat.
Produsen salah satu sepeda lipat yang terkenal di dunia konon sampai heran, kenapa produknya bisa laku keras sampai sold out di Indonesia? Sampai-sampai mereka harus mengalihkan penjualan di negara lain ke Indonesia untuk memenuhi permintaan para penikmat sepeda di Indonesia.
Bukan hanya sepeda yang tren penjualannya meningkat, tapi juga alat-alat sepeda. Ini seperti tren ikutan yang juga cukup terasa peningkatannya. Pasalnya, mereka yang bersepeda biasanya tidak puas dengan tampilan standar. Selalu butuh modifikasi agar penampilan sepedanya sesuai dengan selera. Atau, mereka juga butuh alat-alat lain yang bisa menunjang hobi bersepeda mereka.
Nah, tingginya tren bersepeda ini ternyata jadi peluang baru juga untuk mereka yang jeli.
Peluang Bisnis Restorasi Sepeda
Beberapa hari lalu, saya sempat menyaksikan sebuah tayangan di YouTube yang berkisah tentang seseorang yang melihat peluang bisnis di tengah meningkatnya tren bersepeda itu. Namanya Mas Taufiq. Awalnya di tahun 2017 ketika untuk pertama kalinya dia menerima permintaan untuk merestorasi sepeda lipat bermerek Brompton. Permintaan itu sebagai pembuka untuk sebuah peluang usaha baru membuka restorasi sepeda.
Usaha barunya itu kemudian benar-benar meledak di tahun ini ketika tren sepeda menjadi booming. Mas Taufiq mengaku sampai mendapatkan lonjakan omzet antara 200% sampai 300% dibanding masa-masa sebelumnya.
Kejelian Mas Taufiq melihat peluang usaha baru ini hanya satu di antara beragam peluang usaha baru yang bisa digeluti di masa pandemi. Di kanal YouTube Ninja Xpress ada beberapa tayangan tentang peluang usaha baru itu. Mereka memberinya nama Berguru, singkatan dari Belajar Ragam Usaha Baru. Konten ini berusaha memberikan inspirasi bagi orang-orang untuk bisa mencari kreasi baru yang menghasilkan, hanya dari rumah.
Lewat konten Berguru, kita bisa mendapatkan inspirasi dari mereka yang sudah berhasil mengintip peluang usaha baru sekaligus mencari tahu apa saja yang harus disiapkan. Mas Taufiq misalnya, dia memberikan tips tentang alat yang harus disiapkan, dan apa yang harus dilakukan untuk merestorasi sebuah sepeda. Tips dari Mas Taufiq juga cukup sederhana dan sepertinya mudah untuk dilakukan.
Video di kanal Ninja Xpress itu benar-benar bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang ingin memulai usaha baru di tengah musim pandemi. Mumpung tren bersepeda sedang tinggi-tingginya. Dengan modal yang tidak terlalu besar, kita bisa membuka usaha restorasi sepeda, atau alat-alat sepeda.
Sebagai informasi, konten di kanal YouTube milik Ninja Xpress dengan tema Berguru ini akan tayang seminggu sekali dengan konten yang berbeda-beda. Kalau misalnya minggu ini temanya adalah tentang peluang usaha dari tren bersepeda, maka bisa jadi di minggu depan temanya peluang usaha dari yang lain. Tentu sangat layak untuk dinantikan.
*****
Banyak yang bilang kalau pandemi ini sangat menyusahkan. Memang benar, beberapa dari kita pun pasti merasakan efeknya. Tapi, ini adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Mau tidak mau kita harus menjalaninya, dan salah satu cara untuk bertahan adalah dengan mengandalkan kejelian dan kreativitas kita. Jeli dalam melihat peluang, dan kreatif dalam memanfaatkan peluang itu. Mas Taufiq sudah berhasil mengambil keuntungan dari peluang tren bersepeda. Kita mungkin bisa menirunya, atau mencari peluang yang lain.
Pada akhirnya, manusia memang dituntut untuk beradaptasi dan terus kreatif agar bisa bertahan. [dG]
Sepeda paling terlihat perbedaannya saat pandemi. Teman-teman yang dulu hobi bongkar pasang sepeda pribadi sudah buka bengkel, dan semuanya laris manis. Sungguh kejutan di pandemi. Teman-teman mulai membuka usaha sesuai dengan hobinya.
Temenku buka usaha jual sparepart sepeda Ama modifikasi sepeda gitu, dan laku keras :D. Memang yaaa, di saat susah begini, bagi orang2 yg kreatif dan pinter mencari celah , ada aja usaha yg bisa dilakukan sbnrnya. Dan malah menguntungkan banget saat menjadi trend 🙂