PKM, Pesta Melawan Ego

Mungkin ada ribuan orang yang hadir di hari pertama PKM 2015
Mungkin ada ribuan orang yang hadir di hari pertama PKM 2015

Membuat acara yang dihadiri ratusan komunitas itu mudah, asal ada dananya. Tapi mengajak ratusan komunitas untuk sama-sama menjadi panitia acara, itu bukan hal yang mudah.

“BISAKAH KITA MEMBUAT SEBUAH ACARA YANG MELIBATKAN BANYAK KOMUNITAS, bukan hanya sebagai peserta tapi juga sebagai panitia?” Pertanyaan itu mengemuka ketika saya, Anchu, Ryan dan Made berkumpul di sebuah cafe pertengahan tahun 2013.

Masa itu saya kenang sebagai masa ketika kami mulai mencorat-coret sebuah konsep acara yang intinya adalah mempertemukan banyak komunitas di Makassar dalam satu tempat. Berpesta, bersuka-ria dan akhirnya akan saling berkolaborasi. Untuk melaksanakannya tidak terlalu sulit, cukup mencari pihak yang mau menggelontorkan dana dan menutupi semua kebutuhan acara.

Tapi, masalahnya bukan di situ. Tantangan terberatnya adalah bagaimana agar komunitas-komunitas itu bisa ikut bersama-sama bekerja sebagai panitia. Menyisihkan waktu, tenaga, pikiran dan bahkan mungkin dana pribadi agar acara ini kelak menjadi acara bersama.

Ini yang jadi tantangan.

Di Makassar ada banyak komunitas, tapi benang penghubung antar komunitas belum banyak. Memang ada beberapa komunitas yang pegiatnya saling beririsan satu sama lain. Si A aktif di komunitas 1 dan 2, si B juga aktif di komunitas 2 dan 3, dan seterusnya. Tapi komunitas yang belum saling beririsan lebih banyak lagi.

*****

Bulan-bulan awal ketika konsep acara komunitas ini dilahirkan, kami belum bisa menemukan cara terbaik untuk mengumpulkan banyak komunitas. Dari daftar 35 komunitas yang kami tahu, hanya sedikit yang berkenan hadir ketika rapat awal digelar. Mereka yang hadir ini adalah teman-teman yang sudah kami kenal sejak lama dan tentu saja tidak punya keraguan akan konsep yang kami tawarkan.

Kami paham, bisa saja ada komunitas yang bertanya-tanya; apa maksud sebenarnya di balik konsep acara ini? Maklumlah, ada banyak praktek yang menunggangi komunitas untuk kepentingan pribadi, golongan atau brand tertentu. Tentu tak mudah untuk meyakinkan komuitas yang tak mengenal kami untuk ikut bekerjasama menggelar sebuah acara besar.

Lalu kami bertemu Rama, seorang pegiat komunitas dan UKM yang lumayan dikenal pegiat komunitas lainnya. Rama juga yang akhirnya bersedia kami dorong menjadi ketua ketika perlahan-lahan makin banyak komunitas yang tertarik dan mulai hadir di rapat pembentukan panitia. Singkat cerita, Rama mengemban tanggung jawab dengan sepenuh hati untuk mengomandoi acara yang kemudian diberi nama Pesta Komunitas Makassar.

24-25 Mei 2014, selama dua hari ada 75 komunitas kreatif Makassar yang berpesta di Monumen Mandala. Keriuhan acara membuat saya gemetar. Mimpi setahun sebelumnya yang dimulai dari sebuah cafe itu ternyata menjadi kenyataan. Kami berhasil menggelar acara bukan hanya mengundang komunitas, tapi mengajak mereka sama-sama menjadi panitia, sama-sama berkeringat untuk menyukseskan acara.

Dan acara itu sukses menjadi acara bersama. Sukses menjadi acara yang dibanggakan bersama.

Haru biru di akhir acara PKM 2014
Haru biru di akhir acara PKM 2014

*****

SETAHUN KEMUDIAN DI BENTENG ROTTERDAM ATAU BENTENG JUMPANDANG. Pesta Komunitas Makassar kembali digelar. Kali ini persiapannya jauh lebih matang dan melibatkan jauh lebih banyak komunitas. Kalau tahun sebelumnya hanya ada 75 komunitas maka di 2015 ini ada 130 lebih komunitas yang ikut serta. Hebatnya lagi mereka tidak hanya datang sebagai peserta, tapi setiap komunitas mengirim wakilnya untuk ikut di kepanitiaan.

Saya tidak ikut ambil bagian dalam pesta tahun ini. Terakhir saya hanya sempat menengok rapat persiapan mereka yang bagi saya sudah terlihat seperti sebuah acara sendiri saking banyaknya yang datang. Selanjutnya saya hanya mendengar sedikit kabar tentang persiapan mereka. Saya bahkan memutuskan untuk keluar dari grup chat panitia dan steering committee.

6 Juni 2015 saya datang ke Benteng Rotterdam. Saya kaget melihat begitu banyak orang yang tumpah ruah di sana. Jumlahnya pasti ribuan, buktinya untuk berjalan saja susah saking padatnya. Itulah hari pertama PKM 2015 yang membuat saya geleng-geleng kepala. Saya tidak menyangka peserta dan pengunjungnya akan sebanyak itu.

Selama dua hari Pesta Komunitas Makassar sukses digelar oleh ratusan panitia yang merupakan unsur dan perwakilan dari tiap-tiap komunitas peserta PKM 2015. Rata-rata mereka adalah anak-anak muda yang mungkin usianya hampir setengah dari usia saya.

Buat saya ini kabar bagus. Regenerasi adalah musuh besar dalam sebuah pengembangan komunitas dan organisasi, tapi dengan bukti itu saya optimis acara yang saya bantu kelahirannya itu sudah ada di tangan yang tepat. Keputusan saya untuk tidak terlalu banyak terlibat tahun ini adalah keputusan yang tepat, karena toh PKM sudah dijalankan oleh anak-anak muda yang punya energi besar dan sudah punya rasa memiliki untuk ajang sebesar ini.

Mengumpulkan 100 komunitas lebih dalam sebuah acara adalah hal yang mudah, tapi mengajak wakil-wakil komunitas untuk ikut menjadi panitia dan bersibuk-sibuk menggelar acara bukan hal yang mudah. Tiap komunitas pasti punya ego sendiri-sendiri, seberapapun besar atau kecilnya. Tantangannya adalah bagaimana berdamai dengan ego itu untuk sama-sama bekerja menyukseskan sebuah acara.

Sebagian dari mereka saya yakin baru pertama bertemu tanpa pernah bersinggungan sebelumnya. Tapi kalau melihat acara yang berhasil mereka gelar saya yakin sekat-sekat itu sudah tertembus atau bahkan mungkin sudah rubuh. Mereka sudah lebur jadi satu, sebagai bagian dari komunitas Makassar. Ini yang tidak mudah dilakukan!

Salut dan hormat sebesar-besarnya untuk anak-anak muda itu yang berhasil meredakan ego mereka dan memilih untuk duduk sama-sama dan berdiri bareng-bareng demi satu acara yang saya tahu tidak ada keuntungan finansialnya buat mereka. Orang Makassar bisa beharap banyak pada mereka, sekaligus menumbuhkan optimisme akan masa depan kota ini.

Well done anak muda! Kalian memang luar biasa, kalian sejauh ini berhasil memenangi perang melawan ego kalian dan ego komunitas kalian. Semoga ini bukan akhir, tapi awal dari hebatnya anak muda Makassar. [dG]