Bung Karno; Bapakku-Kawanku-Guruku

Sampul Buku Bung Karno; Bapakku-Kawanku-Guruku

Buku ini juga punya kisah menarik untuk saya. Saya mendapatkannya di toko buku loakan di Pasar Johar Semarang

Pernah membayangkan seorang presiden yang disegani di seluruh dunia buang air di semak-semak? Atau seorang proklamator yang begitu gagah berani menentang segala bentuk kolonialisme dan imperialisme memakai sepatu tenis yang ujungnya sengaja dilubangi supaya jempolnya yang bengkak bisa muat?

Semua itu pernah dilakukan seorang Soekarno. Presiden pertama Indonesia sekaligus macan Asia yang begitu disegani di masanya.

Hilangkan bayangan seorang presiden seperti yang Indonesia punya sekarang, presiden yang begitu tertata kata-kata dan gerakannya, yang begitu mulus pencitraannya. Soekarno juga seorang presiden yang peduli pada pencitraan. Fotonya bersalaman dengan Jenderal Soedirman konon harus dilakukan beberapa kali karena dia merasa ada yang kurang pada ekspresinya.

Tapi Soekarno berbeda. Di luar masalah itu Soekarno tetaplah seorang manusia biasa yang kadang tidak peduli pada pencitraan ketika merasa ada hal lain yang lebih penting.

Buku Bung Karno; Bapakku-Kawanku-Guruku mencatat banyak hal yang sederhana dari seorang Bung Karno. Buku ini ditulis oleh Guntur Soekarno, anak pertama pasangan Bung Karno-Fatmawaty dan diterbitkan tahun 1977 ketika rejim Orde Baru sementara tumbuh.

Ada 26 kisah dalam buku ini, mencatat kisah-kisah humanis dari seorang Soekarno. Guntur dengan gaya santai menuliskan betapa sang bapak meski terkenal garang ketika melawan kolonialisme dan imperialisme tetaplah seorang bapak yang berhati lembut dan penyayang pada anak-anaknya. Tapi jangan main-main kalau bicara soal penjajahan kepadanya, dia bisa berubah berapi-api kalau tahu ada negara yang masih tunduk pada penjajahan.

Pada bab Penyelundupan Senjata (hal. 157) terbaca jelas bagaimana sikap Soekarno yang tidak pernah menolak membantu perjuangan negara ketiga untuk melepaskan diri dari penjajahan. Soekarno ternyata pernah membantu pejuang Aljazair mengusir penjajah Perancis, bantuannyapun tidak main-main. Menyelundupkan senjata! Ketika Guntur bertanya apa Bung Karno tidak takut pada sanksi PBB karena melanggar hukum internasional, Bung Karno membalas dengan suara kentut yang besar! Ya, dia bilang kalau PBB berani menghukumnya karena membantu negara lain lepas dari penjajahan, dia akan mengentuti badan internasional itu. Luar biasa!

Semua tahu bagaimana Bung Karno begitu memuja seni, tanaman dan wanita. Khusus untuk yang terakhir, semua orang paham bagaimana wajah tampannya selalu berhasil memikat para wanita dan bagaimana para wanita cantik selalu berhasil membuat sang pemimpin besar revolusi itu bertekuk lutut. Kisah Bung Karno dan wanita juga dituliskan Guntur dalam beberapa bab.

Dalam bab Dialog (hal. 13) digambarkan bagaimana Bung Karno begitu mencintai lukisan terlebih lukisan perempuan cantik. Bung Karno meminta pendapat dari Guntur tentang sebuah lukisan wanita Solo yang cantik dan anggun. Guntur berbohong dan bilang kalau wanita di lukisan itu biasa-bisa saja. Apa kata Bung Karno? Dengan santai dia bilang; ” Ah, Kamu belum lihat dia bugil di atas kasur” Sungguh jawaban yang khas Bung Karno.

Buku ini sungguh buku yang menyenangkan. Kisah-kisah humanis yang kadang lucu dan menggemaskan dari seorang Bung Karno terpapar dengan sangat sederhana dan apa adanya. Sungguh menyenangkan membaca keseharian seorang pemimpin besar seperti Bung Karno yang dituliskan apa adanya oleh sang anak.

Buku ini juga punya kisah menarik untuk saya. Saya mendapatkannya di toko buku loakan di Pasar Johar Semarang. Saya lupa harganya, di sampul depan ada stempel harga Rp. 1.700,- saya yakin itu harga ketika buku ini pertama keluar sekitar tahun 1977. Buku ini memang saya dapatkan dalam keadaan yang lusuh, kertasnya nyaris berwarna kuning dan isinya sudah terpisah dari sampul. Sampulnya sendiri sudah ada sobekan di beberapa tempat, tanda termakan usia.

Saya tidak tahu apa buku ini masih bisa didapatkan sekarang atau tidak. Saya merasa beruntung menemukan buku ini, buku yang mungkin bisa dianggap langka.

[dG]