Tulisan penutup setelah bagian satu, dua, tiga dan empat. Matahari makin tinggi. Kapoposang mulai bermandi matahari pagi yang garang. Jarum jam baru menujukkan pukul 7 pagi, tapi panasnya sudah menyerupai pukul 11 siang. Begitulah yang namanya pantai. Panasnya pasti lebih daripada dataran. Tapi, sepanas-panasnya pantai, tetap ada rasa nyaman yang mengalir dari hembusan angin dan […]
Tulisan ini lanjutan dari bagian pertama, kedua dan ketiga Hanya sekitar 10 menit saya dan Mamie berada di bawah laut. 10 menit yang berkesan, campuran antara takut dan senang. Ketika di atas kapal, kami berdua masih heboh berbagi cerita ketika berada di kedalaman 10 meter tadi. Syukurlah, rupanya bukan cuma saya sendiri yang takut karena […]
10
Tulisan ini adalah sambungan dari bagian pertama dan kedua. Setelah jackpot untuk ketiga kalinya, akhirnya saya memilih untuk tidur. Novita Sari meninggalkan Takabakang sekitar pukul 09:30 menuju Kapoposang. Perjalanan akan ditempuh sekitar 3 sampai 4 jam. Ombak masih kurang bersahabat dan terus mengajak kami bergoyang. Saya membayangkan seandainya dia seorang penyanyi dangdut mungkin sedari tadi […]
6
Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan bagian pertama. Malam baru saja turun ketika kami merapat di dermaga Barrang Lompo. Rombongan berpencar, sebagian besar menyisir pulau Barrang Lompo, melihat langsung kehidupan warga di malam hari. Selepas sholat maghrib, saya dan Mamie menyusul teman-teman yang ternyata sedang nongkrong di sebuah cafe sederhana. Mungkin satu-satunya cafe di pulau […]
10
Minggu ini saya akan keluar dari aturan yang saya buat. Kalau biasanya saya menulis dengan tema berbeda setiap hari, maka minggu ini saya isi penuh dengan catatan perjalanan ke Spermonde dalam kurun waktu tanggal 17-20 Mei kemarin. Sore menjelang jam 16:00, saya dan 4 orang blogger lainnya berkumpul di dermaga penyeberangan pulau khayangan. Selain kami […]
5
Mudah-mudahan pihak Pemda tergerak hatinya untuk menyelamatkan Samalona sebelum surga kecil di Spermonde ini hilang ditelan alam. Matahari bersinar terang pagi itu, Sabtu 7 April 2012. Saya dan beberapa teman sudah berkumpul di dermaga Kayu Bangkoa yang berada tepat di bibir Selat Makassar, tidak jauh dari pantai Losari. Dermaga tua itu adalah gerbang menuju beberapa […]
12
Padahal intinya saya cuma mau bilang kalau Makassar tidak persis seperti yang diberitakan di kotak TV itu. Makassar tak serusuh itu, kami di sini baik-baik saja. Saya jarang nonton TV, apalagi berita nasional. Minggu pagi secara kebetulan saya duduk depan TV selepas pertandingan La Liga. Secara kebetulan juga TV One menyiarkan sebuah berita tentang unjuk […]
10
Tiap daerah punya rumah adat khas, begitu pula dengan suku Makassar. Rumah dalam bahasa Makassar disebut Balla, berbentuk rumah panggung dengan kayu sebagai penyangganya. Kenangan saya terbang ke masa puluhan tahun yang lalu ketika masih kecil. Sebelum masuk SD saya masih tinggal di kampung, sekitar 10 KM dari kota Makassar. Waktu itu, meski rumah orang […]
6
10