Travel Writer; Ketika Jalan-Jalan Sudah Jadi Profesi

Cover buku Travel Write
Cover buku Travel Write

Pernah membayangkan jalan-jalan bisa jadi sumber pemasukan? Sekarang bayangan itu sudah jadi kenyataan. Anda mungkin bisa jadi salah satunya.

Traveling, wisata, jalan-jalan atau apapun namanya beberapa tahun belakangan ini tiba-tiba menjadi kata yang akrab bagi kita.? Karena sedang diminati banyak orang, jalan-jalan atau traveling kemudian menjadi ladang subur untuk banyak profesi baru atau profesi lama yang kemudian diminati banyak orang.

Salah satunya adalah menjadi penulis perjalanan atau travel writer. Tingginya minat orang untuk jalan-jalan membuat peluang munculnya penulis perjalanan yang bisa memandu atau mengajak orang untuk datang ke suatu tempat wisata. Beberapa penulis perjalanan sudah begitu terkenal dan membuat iri banyak orang sekaligus memikat minat mereka untuk mencoba profesi baru ini.

Salah satu penulis perjalanan bernama Yudasmoro Minasiani membagi tips menjadi seorang penulis perjalanan dalam buku yang diberi judul singkat: Travel Writer. Yuda adalah seorang penulis dengan spesialisasi penulis perjalanan. Karyanya sudah dimuat di banyak media perjalanan seperti majalah Tamasya, Hello Bali, Warisan Indonesia, D?Sari, National Geographic Indonesia Traveler, Getaway, Travelwan, Traveltren, Panorama dan majalah inflight Garuda Indonesia.

Buku setebal 202 halaman ini dibuka dengan penjelasan detail tentang apa itu penulis perjalanan atau travel writer. Membaca bab awal membuat kita sadar bahwa travel writer sesungguhnya sama dengan profesi lain, travel writer juga menuntut profesionalisme dan keseriusan meski balutannya tetap mengasyikkan: jalan-jalan. Mungkin selama ini kita mengira jika travel writer itu bisa seenaknya menentukan destinasi yang akan dituliskan. Ternyata tidak semudah itu, kadang travel writer juga harus tunduk pada keinginan pasar dan menulis tentang sebuah tempat yang sebenarnya tidak terlalu disukainya. Meski begitu profesi travel writer tetap membutuhkan kreatifitas besar agar tulisan yang disajikan benar-benar terlihat berbeda dari tulisan lainnya.

Di bab berikutnya Yudasmoro membahas tentang teknis menulis termasuk memperkenalkan tentang dasar-dasar jurnalisme. Yah, kadang kita juga lupa bahwa travel writer itu termasuk salah satu bagian dari jurnalisme. Tulisan tentang perjalanan bagaimanapun tidak dapat dipisahkan dari sebuah berita jadi tentu saja perlu bagi para penulisnya untuk paham tentang dasar-dasar jurnalisme.

Penjelasan teknis pada bab ini cukup akurat dan mudah dimengerti. Termasuk tentang bagaimana menentukan judul, membuat paragraf pembuka (lead) hingga menentukan alur cerita. Semua diulas dengan lengkap dan tidak membingungkan.

Yudasmoro juga membuat satu bab khusus untuk membahas tentang fotografi perjalanan. Sebuah tulisan tentang jalan-jalan tentu tidak akan lengkap tanpa foto tentang tempat yang didatangi. Inilah kenapa Yuda kemudian memasukkan pengenalan bagaimana menghasilkan sebuah foto perjalanan yang bisa mewakili sebuah cerita secara keseluruhan.

Buku ini ditutup dengan bab-bab yang menceritakan lebih detail tentang travel writer, apa itu travel writer, bagaimana memulai menjadi travel writel dan masalah-masalah apa saja yang bisa ditemui ketika menjadi travel writer.

Singkatnya buku Travel Writer karya Yudasmoro ini bisa menjadi rujukan yang pas untuk anda yang berminat menjadi penulis perjalanan. Isinya ringan dan mudah dimengerti lengkap dengan beberapa contoh, cocok untuk para pemula. Buku ini saya sarankan untuk anda yang ingin tahu lebih banyak tentang dunia travel writer atau anda yang ingin mencemplungkan diri ke dalam dunia travel writer.

[dG]