“Gue ini pelacur?” kata Re: nyaris tak terdengar. ” Jangan sampai di tubuhnya melekat keringat pelacur. Peluk dia untukku.”
Kalimat di atas meluncur dari bibir Re: seorang wanita yang menyimpan kerinduan pada anak semata wayangnya yang dititipkan ke orang lain. Re: adalah seorang wanita yang sehari-harinya hidup di dalam lingkaran gelap dunia prostitusi. Lebih detailnya lagi, Re: adalah seorang pelacur lesbian. Adalah Herman, seorang mahasiswa jurusan kriminolog yang menuliskan dan menceritakan kisah hidup Re: sebagai bagian dari penelitian skripsinya.
Awalnya Herman seperti berjudi, memilih topik yang sudah sangat sering dituliskan orang, tentang dunia hitam yang dekat dengan nafsu dan lendir. Herman beruntung karena bisa memilih sebuah sub bahasan yang kala itu masih sangat jarang digarap, tentang kehidupan pelacur lesbian yang memang hanya menerima panggilan bercinta dengan sesama wanita.
Bukan hal mudah bagi Herman untuk masuk ke dalam dunia itu, sebagai mahasiswa yang merangkap wartawan di sebuah tabloid dia harus memutar otak dan mencari beragam cara agar bisa dipercaya dan dibiarkan mendekat ke lingkaran yang tak seberapa terang itu. Hingga akhirnya dia bertemu Re: wanita Jawa Barat yang sehari-harinya menceburkan diri dalam lingkaran gelap itu.
Awalnya hanya persentuhan biasa, Herman menawarkan diri menjadi sopir buat Re: yang mengantarnya dari kosan ke tempat janjian dengan pelanggan dan kembali ke kosan lagi. Interaksi yang datar itu perlahan menanjak menjadi interaksi yang makin intens dan dalam. Herman tak lagi menempatkan Re: sebagai subjek dari penelitian dan tulisan-tulisannya tapi mensejajarkan diri sebagai teman dan sahabat.
Re: makin terbuka dan membiarkan Herman masuk ke dalam hidupnya, melongok sendiri keseharian dan ragam perasaan dalam tubuh yang kata orang penuh lumuran dosa itu. Interaksi antar kedua manusia itu makin lama makin unik, ada perasaan yang ikut bermain di sana dan membuat semua ceritanya lebih berwarna. Herman makin paham apa yang terjadi dalam lingkaran dunia hitam prostitusi dan makin paham apa yang dirasakan oleh Re: dan wanita-wanita yang hidup dalam lingkaran hitam prostitusi tersebut.
*****
Re: adalah novel yang ditulis oleh Maman Suherman. Meski berjudul novel tapi isinya diangkat dari kisah nyata pengalaman Maman sendiri ketika menulis skripsinya. Maman Suherman hari ini memang lebih terkenal sebagai pekerja belakang layar untuk beragam program acara di televisi, tapi mungkin sedikit yang tahu latar belakang dan cerita hidupnya sebagai seorang wartawan. Kemampuannya mencari data dan fakta dan kemudian meramunya jadi sebuah cerita yang memikat bisa kita nikmati di buku Re: ini.
Buat saya buku dengan 161 halaman ini sangat menarik. Isinya bukan hanya cerita tentang lika-liku dunia gelap prostitusi (khususnya prostitusi lesbian) di Jakarta tapi tentang perjuangan hidup anak manusia yang tenggelam dalam dunia gelap itu. Ceritanya juga bukan sekadar cerita tentang dunia gelap itu, tapi tentang ragam perasaan dan cerita humanis dari para pelakunya.
Re: memberi gambaran yang gamblang bagaimana peran batin yang kerap hadir dari para pelaku bisnis prostitusi itu, utamanya mereka yang berada di bagian depan sebagai pekerja. Mereka adalah manusia juga, yang punya perasaan sama seperti kita. Salah satunya adalah perasaan malu seperti yang tertulis di kalimat pembuka di atas. Bedanya, mereka kadang tidak punya kuasa untuk melawan dan keluar dari jeratan yang mengekang mereka. Ada mucikari, ada body guard dan ada sistem yang tak sanggup mereka lawan hingga kemudian mereka hanya bisa pasrah menjalani semuanya.
Membaca Re: seperti membaca realitas manusia yang kadang dengan pongahnya kita hakimi sebagai manusia hina. Membaca Re: seperti membuka sebuah lembaran buku yang selama ini hanya kita nilai dari sampulnya saja, hingga akhirnya kita sampai pada kalimat: ternyata mereka juga manusia. [dG]