Mengintip Dua Kutub Yang Berbeda
Minggu ini saya terpaksa menulis review dua blog sekaligus, demi memenuhi kewajiban di #BatuSekam
SEHARUSNYA INI TUGAS #BATUSEKAM DUA MINGGU LALU, tapi kesibukan membuat saya tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu. Terpaksa pula saya menggabungkan dua review dalam satu tulisan, demi memenuhi kewajiban.
Pertama, saya mau melakukan review ke blog milik Weny Mukaddas yang beralamat di sini. Terus terang saya tidak terlalu mengenal perempuan muda yang satu ini. Meski dia juga terdaftar di Kelas Menulis Kepo tapi mungkin karena kesibukan dia jarang ikut kelas offline, atau malah seingat saya belum pernah.
Saking tidak mengenalnya, sampai-sampai suatu hari ketika kami bertemu di Kedai Pojok Adhyaksa saya harus meyakinkan diri dan bertanya ke teman yang lain. “Tadi itu yang namanya Weny?” tanya saya.
Weny memang jarang ikut kegiatan offline, di grup chatpun dia tidak terlalu aktif nimbrung. Hanya sesekali muncul, termasuk ketika menyetor tautan tulisan baru di blognya. Satu-satunya hal yang saya ingat dari dia adalah ketika dia berhasil menyelesaikan tantangan #MelihatKota yang jadi salah satu tantangan dalam Kelas Menulis Kepo.
Tulisannya yang berjudul; Bebas Hambatan vs Penuh Hambatan jadi salah satu tulisan yang kami-saya dan Anchu-pilih sebagai pemenang. Dalam tulisan itu Weny menyoroti tentang salah satu ruas jalan di kota Makassar yang semakin padat karena banyaknya mobil truk beroda lebih dari empat yang setiap hari melintasi punggungnya.
Tulisan itu buat saya menarik karena dia berhasil memotret sebuah realita yang ditemuinya hampir setiap hari. Realita yang membuatnya gelebah dan kemudian menuliskannya sebagai bagian dari caranya melihat dinamika kota.
Secara teknis tulisan ini memang masih banyak kekurangan. Beberapa kali dia salah dalam menempatkan kata depan yang seharusnya dipisah malah disambung. Teknis yang buat saya lumayan mengganggu. Ketika saya tengok tulisan-tulisannya yang lain, kesalahan yang sama juga masih kerap terjadi. Mungkin dia harus lebih jeli lagi dalam menyusun sebuah tulisan, agar kesalahan mendasar seperti itu bisa terus dikurangi. Buat orang seperti saya, kesalahan seperti itu membuat kadar kenyamanan membaca tulisan jadi berkurang.
Hal lain yang buat saya cukup mengganggu dari tulisan-tulisan Weny adalah panjang tulisannya. Entah kenapa, beberapa tulisan yang kebetulan saya temui di blognya selalu berakhir seperti sebuah cerita yang selesai tak selesai. Dibilang selesai memang iya karena sudah dilengkapi dengan kata penutup, dibilang belum selesai juga iya karena seharusnya cerita itu bisa diperpanjang. Ibarat menonton film, ada cerita yang tak tuntas tapi credit title sudah keburu muncul.
Saya tidak tahu apa alasannya. Apakah memang niatnya hanya menulis sepanjang itu atau ada faktor lain. Tapi buat saya ini sayang sekali karena dari tulisan yang tak seberapa panjang itu terlihat betul kalau sebenarnya dia bisa menulis dengan baik. Mari berbaik sangka, mungkin saja dia terlalu sibuk sampai tak sempat menulis panjang.
Kalau diminta memberi kritikan maka hal lain yang ingin saya kritik adalah tampilan blognya yang terlalu sederhana dan tidak seimbang. Saya salah seorang yang bisa dibilang sangat tergila-gila pada teori keseimbangan, dan melihat tampilan blog Weny yang seperti berat sebelah tentu membuat saya mengernyitkan dahi. Mungkin akan lebih nyaman kalau dia mau sedikit bersusah payah memperbaiki tampilan blognya. Tak perlu heboh, yang penting sedikit lebih meriah dan seimbang dari sekarang.
Tak banyak yang bisa saya ceritakan tentang Weny. Selain karena memang jarang berinteraksi, sepintas saya menaksir dia sebagai sosok yang misterius. Minimal susah ditebak. Tapi itu bisa saja pikiran saya semata, tak mesti benar juga.
Tukang Kebun Keren.
Oke, dari Weny kita pindah ke blog kedua yang akan saya ceritakan di tulisan ini. Blog milik Enal yang beralamat di sini. Pria berbadan sedikit tambun dari tanah Luwu ini adalah salah satu teman favorit saya. Saya suka pada pembawaannya yang tenang, tak banyak omong tapi justru membuatnya terlihat berwibawa. Di kepalanya banyak sekali ilmu tentang tanaman sesuai latar pendidikan dan kesukaannya. Konon dia lebih mengenal nama latin beberapa tanaman daripada nama populernya. Entah benar atau tidak, tapi kalau itu benar maka bisa ditebak betapa luas pengetahuannya tentang tanaman.
Enal juga dikenal aktif di Makassar Berkebun, bahkan namanya lumayan populer di antara pegiat Indonesia Berkebun. Tentu karena pengetahuannya yang luas tentang tanam-menanam. Karenanya saya sematkan julukan tukang kebun kepadanya. Tukang kebun yang keren karena dia juga bisa menulis dengan baik.
Coba jelajahi blognya, cecap satu demi satu tulisannya. Galibnya orang akan merasa menemukan fakta dan pengetahuan baru selepas berkunjung ke blog Enal. Pengetahuan tentang tanaman atau hal-hal lain yang berhubungan dengan dunia pertanian. Enal termasuk rajin membagikan pengetahuan dan ceritanya. Cerita persentuhannya dengan petani, tanaman atau tempat wisata yang tak umum.
Soal teknis, Enal sudah termasuk bagus. Memang ada kesalahan-kesalahan kecil dalam tulisannya, tapi tak sampai membuat selera hilang. Hanya kesalahan manusiawi yang semakin sering diperbaiki akan semakin menghilang.
Membaca tulisan-tulisan Enal seperti membaca diari tukang kebun dan pendaki gunung dalam satu tubuh. Dia memang senang berkebun dan kerap pula menikmati alam di pegunungan. Semua pengetahuan dan pengalaman itu dituangkannya dalam tulisan yang renyah, enak dibaca dan bisa membuat kita mengangguk tak sadar sambil bergumam; oh..ternyata begitu.
Satu lagi yang menyenangkan dari blog Enal-yang sayangnya buat saya masih sangat sederhana-adalah foto-foto yang ditangkapnya. Enal berbakat merekam kejadian dengan kamera yang sederhana sekalipun. Dia tahu komposisi, angle dan momen sehingga fotonyapun enak dipandang.
Satu-satunya kritikan dari saya adalah tentang tampilan blognya yang masih sederhana dan kurang kinclong. Tapi itu soal selera, mungkin saja dia sudah nyaman dengan tampilan yang seperti ini. Tapi hal yang paling mengganggu buat saya adalah tidak adanya keseimbangan antara badan utama (main post) dengan bagian samping (side bar). Bagian utamanya terlalu panjang, tak sebanding dengan bagian samping sehingga ketika kita menggulung ke bawah bagian utama tak lagi didampingi bagian samping atau side bar.
Minggu ini saya bercerita tentang dua blog yang punya dua nyawa berseberangan. Seperti dua kutub yang berbeda. Weny dengan tulisannya yang pendek dan membuat penasaran serta Enal yang tulisannya panjang, padat penuh gizi. Semoga saja mereka berdua terus belajar untuk menulis lebih baik lagi, terus punya semangat untuk menulis lagi. Bagi saya mereka berdua sudah punya modal untuk menjadi keren. Semoga tak berhenti sampai di sini. [dG]