Memojok di Kedai Pojok

Kedai Pojok Adhyaksa
Kedai Pojok Adhyaksa
Bagian depan Kedai Pojok Adhyaksa

Salah satu tempat yang hampir dua tahun belakangan ini jadi tempat nyaman buat kami berkumpul.

Belasan orang tampak asyik bercengkerama di dalam sebuah bangunan permanen tak berdinding. Ada beberapa meja yang diletakkan beraturan di hampir semua sudut bangunan itu. Dari meja yang agak rendah sampai meja yang tingginya sekira 80cm. Kursi-kursi diletakkan mengelilingi meja tersebut. Di satu sisi luar bangunan itu ada sebuah kolam ikan yang berukuran cukup besar, isinya beberapa ikan koi yang sepanjang hari berenang kesana kemari. Sebuah pancuran buatan di ujung kolam itu terus mengalirkan air, membawa nuansa air terjun yang menyejukkan.

Bangunan itu memang terkesan alami dan terbuka. Tak ada dinding yang menutupinya kecuali dua sudut yang tertutup pagar dan dinding bangunan di sebelah dan di belakang. Dinding bangunan dan pagar itu dibiarkan begitu saja, memperlihatkan pasangan batu bata yang berlumut. Beberapa tanaman merambat dibiarkan tumbuh dan menutupi sebagian pasangan bata. Seakan menyempurnakan kesan alami yang coba dibawa bangunan itu.

Di depan bangunan seluas kurang lebih 12m x 20m itu dua pohon mangga besar tegak dengan ranting dan dedaunan yang subur. Satu lagi pohon mangga berada di samping bangunan, tepat di sebelah kolam ikan. Sebuah hammock dibentangkan di antara pohon mangga dan dinding, sesekali hammock ini diisi oleh mereka yang ingin bersantai sejenak atau bahkan oleh mereka yang ingin menutup mata dan menikmati semilir angin sampai tertidur.

Suasana Kedai Pojok Adhyaksa di suatu waktu
Suasana Kedai Pojok Adhyaksa di suatu waktu

Bangunan itu bernama Kedai Pojok Adhyaksa. Terletak agak jauh dari keramaian di Jln. Adhyaksa I No.8. Letaknya memang di pojok jalan, sedikit berada di posisi tusuk sate. Kedai ini milik pasangan Ipul dan Yayu, berdiri sejak hampir dua tahun lalu. Saya ingat pertama kali ke kedai ini adalah selepas Pesta Komunitas Makassar, 2014. Adalah seorang kawan yang pertama merekomendasikannya setelah kami masih mencari-cari tempat untuk berkumpul selepas euforia Pesta Komunitas Makassar 2014.

Mungkin karena nuansa alaminya yang menyejukkan, kami kemudian seperti jatuh hati pada kedai ini. Sejak saat itu hampir setiap hari kerja kami berkumpul di sana, bahkan beberapa kawan menjadikannya sebagai kantor. Istilahnya bukan lagi berkunjung, tapi berkantor.

Suasana alami dan tak begitu ramai memang menjadikan Kedai Pojok Adhyaksa sangat pas untuk mengerjakan sesuatu, apalagi koneksi internetnya bisa dibilang cukup memadai. Belakangan terungkap kalau ternyata pasangan pemilik Kedai Pojok Adhyaksa ini masih dalam lingkaran pertemanan kami. Mereka adalah temannya teman atau saudaranya teman. Makin seringlah kami para pegiat komunitas ini datang dan berkumpul di sana.

Karena rata-rata kami adalah penggerak komunitas maka perlahan-lahan kami juga mulai menggelar acara komunitas di Kedai Pojok Adhyaksa yang kerap kami singkat dengan Kepo. Dari sekadar rapat komunitas sampai menggelar acara diskusi atau bincang-bincang. Adalah komunitas blogger Makassar, Anging Mammiri yang pertama paling sering melakukannya, lalu kemudian disusul komunitas-komunitas lainnya.

Salah satu acara komunitas yang pernah digelar di Kedai Pojok Adhyaksa
Salah satu acara komunitas yang pernah digelar di Kedai Pojok Adhyaksa

Karena rajinnya komunitas menggelar acara di sini maka tak heran kalau namanya makin lama makin populer, utamanya di media sosial. Beberapa public figure bahkan sudah pernah menginjakkan kaki mereka di tempat ini atas undangan beberapa komunitas. Dari walikota Makassar, kapolrestabes kota Makassar sampai kapolda SulSelBar juga sudah pernah datang. Pesohor seperti Fadly vokalis band Padi dan Maman Suherman dari acara ILK juga sudah pernah datang ke Kepo.

Kedai yang buka jam 9 pagi sampai 11 malam ini sudah jadi semacam rumah kedua kami. Saking merasa akrabnya dengan tempat ini, teman-teman kadang harus diusir dengan halus karena masih asyik bercengkerama meski jam tutup sudah lama lewat. Aktivitas yang paling sering dilakukan oleh kami selain makan-minum dan menjelajah internet dalah bermain kartu. Sesuatu yang kadang membuat kami masih terus duduk meski pegawai Kepo sudah mulai membereskan meja dan kursi.

Nuansa alami dan kekeluargaan itu jadi alasan utama bagi sebagian besar dari kami untuk bertahan memojok di Kedai Pojok. Pemiliknya tak pernah rewel meski kami sering kali merepotkan mereka dengan berbagai permintaan. Mulai dari menyediakan sound system dan LCD projector buat acara sampai permintaan sederhana seperti bergelas-gelas air putih yang tak masuk tagihan. Saking merasa betahnya kadang saya berpikir kalau kami ini seakan-akan jadi pemilik Kedai Pojok Adhyaksa. Secara tidak langsung tentu saja.

Hampir dua tahun sejak pertama kali menjejakkan kaki di Kedai Pojok Adhyaksa, saya dan teman-teman lain masih tetap rajin datang dan bercengkerama di sana. Sekali lagi, bukan hanya karena menunya tapi juga karena nuansanya yang nyaman dan paling penting karena rasa kekeluargaan yang hangat. Kami betah memojok di Kedai Pojok Adhyaksa. [dG]