Makassar Nol Kilometer ; Dari Supporter PSM Hingga Cafe di Losari

Makassar Nol Kilometer

Mengenal Makassar tidak hanya lewat brosur wisata atau catatan manis di situs-situs travel atau milik pemerintah saja. Makassar punya banyak cerita, dari pinggiran kota hingga ke pusat kota. Sebagian cerita itu dirangkum 14 orang warga dalam buku Makassar Nol Kilometer.

Cerita ini dibuka dengan kisah para supporter setia klub sepakbola PSM. Cerita tentang bagaimana mereka bersedia menyabung nyawa mengawal klub kesayangan mereka yang tandang ke kota-kota lain di luar Sulawesi, tentang bagaimana mereka harus berhadapan dengan amarah supporter tuan rumah yang jumlahnya berlipat ganda. Juga cerita tentang semangat mereka memerahkan stadion Mattoangin setiap kali PSM menjadi tuan rumah untuk klub tamu.

Cerita seperti ini mungkin sudah sering terbaca di berbagai media, utamanya media lokal. Tapi kedalaman cerita yang dipaparkan di bab : Pengawal Pasukan Ramang karya Muh. Nur Abdurrahman ini melebihi kedalaman cerita wartawan biasa.

Buku ini memang dibuat dengan dasar menggali kepedulian warga biasa tentang kotanya. Ragam cerita yang terangkum adalah ragam cerita tentang keseharian, tentang kehidupan warga biasa yang mungkin tidak akan bisa ditemukan di media mainstream, apalagi media mainstream lokal yang lebih banyak diisi acara seremonial pejabat dan gosip artis.

Simak cerita tentang penjual jajanan buroncong ( kue pancong khas Makassar ) di seputaran Tamalanrea atau tentang para payabo ( sebutan untuk para pengumpul barang bekas atau pemulung ) Kisah remeh temeh itu biasanya tidak mendapat tempat di koran lokal, atau kalaupun mendapat tempat, porsinya kecil dan nyaris tidak terlihat.

Buku ini dibagi dalam 4 bagian, Komunitas, Kuliner, Fenomena dan Ruang. Masing-masing memotret lebih dalam tentang kehidupan warga biasa di kota Makassar. Cara penulisannya beragam, sesuai dengan gaya dari keempatbelas penulis meski tetap punya benang merah yang sama yaitu feature yang dalam dan memikat.

Makassar Nol Kilometer terbitan penerbit Ininnawa ini sudah masuk cetakan kedua. Tiga orang editornya dikenal baik sebagai orang-orang yang aktif di dunia literasi kota Makassar. Mereka adalah Anwar J. Rahman, Nurhady Sirimorok dan M. Aan Mansyur.

Kedalaman cerita, sudut pandang yang berbeda dan cara mengemas yang apik menjadikan Makassar Nol Kilometer sebagai sebuah buku yang harus dibaca oleh mereka yang ingin tahu lebih dalam tentang Makassar, atau mereka yang ingin mendengar kisah nyata perjuangan masyarakat pinggiran sebuah kota yang terus berkembang dan memoles wajahnya hingga kelihatan menor.

Makassar Nol Kilometer dibuka oleh tulisan tentang supporter setia pasukan Ramang ( julukan PSM ) dan ditutup dengan cerita tentang cafe di sekitar pantai Losari yang makin hari makin terjepit hingga sekarang nyaris menghilang. Mari melihat sisi terdalam kota Makassar lewat buku Makassar Nol Kilometer.

 

[dG]