Bokis; Potret Para Pesohor

Sumber: luciebartlett.wordpress.com
Sumber: luciebartlett.wordpress.com

Jadi pesohor rupanya menjadi impian orang banyak. Bayangan hidup mapan dalam gemerlap lampu dengan uang dan kekayaan yang berlimpah membuat banyak orang menempuh segala cara. Bahkan cara yang tak halal sekalipun.

Maman Suherman adalah jurnalis yang sudah malang melintang dalam dunia hiburan di Indonesia. Kedekatannya dengan dunia hiburan itu juga membuatnya lekat dengan banyak kejadian di belakang layar dunia hiburan negeri kita. Tidak heran jika dia fasih bercerita tentang proses yang terjadi sebelum sebuah berita menghebohkan hadir di ruang keluarga kita lewat layar kaca.

Maman juga tahu betul bagaimana dunia malam yang gelap juga akrab dengan dunia hiburan tanah air. Banyak artis atau skuter (selebriti kurang terkenal, begitu istilahnya) yang menempuh jalur gelap untuk mengumpulkan harta. Mereka menggunakan kemolekan tubuh mereka untuk mendekati pejabat atau orang berduit. Daya jual mereka memang lebih mahal dibanding PSK biasa, tentu saja karena wajah mereka sering wara-wiri di layar kaca meski cuma sekelebat.

Karena kedekatan antara artis dan birahi orang berduit itu pula sampai ada pihak yang memanfaatkannya. Mereka menyediakan wanita dengan tampilan yang mirip dengan seorang artis dan kemudian menjadikannya umpan ke para pejabat atau orang berduit dan berkuasa. Gelapnya tempat hiburan malam yang berpadu dengan kuatnya pengaruh alkohol membuat para klien itu tidak sadar kalau yang mereka dapat bukan artis ori tapi versi KW. Bagi mereka sebuah kebanggaan bisa meniduri artis dan bagi sang pengumpan sebuah kebanggaan bisa menipu pejabat. Klop sudah.

Cover buku Bokis
Cover buku Bokis

Kemilau popularitas yang menyilaukan juga mampu membuat banyak orang mengorbankan banyak hal menuju ke sana. Di buku Bokis ini, Maman Suherman juga bercerita tentang perilaku banyak perempuan muda yang pasrah saja tubuh mereka dicicipi produser demi terbukanya jalan lebar menuju popularitas. Bukan cuma sang perempuan muda, kadang bahkan ada ibu yang rela mengumpankan anaknya kepada produser demi popularitas. Kalau anaknya tak cukup, dia juga rela membentangkan paha. Semua demi popularitas yang menyilaukan.

Banyak dari kita yang bertanya moralitas para jurnalis dalam mengangkat berita, khususnya berita dari dunia hiburan. Bagaimana mungkin kisah pribadi seorang artis bisa dengan gamblang jadi santapan publik lewat tangan-tangan para jurnalis itu. Bagaimana mungkin hal remeh-temeh dari para pesohor itu bisa jadi berita yang hadir di ruang keluarga kita seolah-olah itu adalah berita penting yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Di buku Bokis; Potret Para Pesohor ini, Maman juga bercerita tentang pertentangan yang terjadi di antara para jurnalis. Banyak jurnalis yang terpaksa menyimpan kata hati dan idealisme mereka demi sesuatu yang lebih materiil. Mereka yang memilih untuk tetap berpegang pada idealisme dan mendengarkan kata hati hanya akan tetap menjadi jurnalis yang kere dan jauh dari kata makmur. Dunia hiburan tanah air adalah salah satu godaan untuk para jurnalis itu.

Dunia hiburan memang penuh godaan. Mereka yang tak kuat iman mungkin akan bergelimang harta dan penuh dengan popularitas meski untuk itu ada harga yang harus dibayar. Buku Bokis; Potret Para Pesohor ini bercerita jujur tentang kenyataan yang mungkin sudah bukan rahasia lagi tapi tetap mengejutkan ketika dipaparkan.

Popularitas yang datang dengan cepat memang kadang menjadikan pelakunya menjadi sangat rapuh. Selalu ada harga yang harus dibayar, kadang harganya terlalu mahal hingga kita terpaksa menggadaikan banyak hal, bahkan moralitas dan idealisme kita. Tapi, sebanyak apapun fakta yang terpapar jumlah mereka yang mengejar popularitas tak akan pernah surut. Karena silaunya selalu menarik. Bukan begitu? [dG]