Terobsesi Pada Jaket
Tanpa sadar saya ternyata jadi orang yang sangat terobsesi dengan jaket. Setidaknya saya punya 20an lebih jaket meski tidak semuanya sering saya pakai lagi. Kenapa bisa seperti itu dan bagaimana tingkat obsesi saya? Ini ceritanya:
Semua berawal sekisar tahun 2000. Ketika itu boyband dari Irlandia bernama Westlife sedang booming, penggemarnya bertambah dengan sangat signifikan di Indonesia. Saya bukan salah satu penggemar mereka, tapi saya sangat terpesona pada beragam jaket yang mereka gunakan. Jaket-jaket dengan model yang saya tak tahu namanya itu tampak sangat menawan dikenakan oleh para personil Westlife.
Sebagai remaja (waktu itu) saya sangat mengidamkan jaket yang sama, jaket yang menurut saya bisa meningkatkan level ketampanan hingga titik maksimal. Sayang, kantong dan dompet saya tidak bersahabat. Jaket-jaket seperti yang dikenakan personil Westlife itu hanya bisa ditukar dengan jumlah rupiah yang besar.
Jadilah saya tinggal hanya sebagai pengidam saja, tak pernah sempat jadi pemilik jaket-jaket seperti milik personil Westlife itu.
Hingga beberapa tahun kemudian saya menemukan jaket yang mirip dengan jaket-jaket yang dikenakan personil Westlife. Jaket yang sampai sekarang saya tidak tahu nama modelnya itu saya temukan tergantung di antara pakaian-pakaian bekas yang dijajakan di sebuah pusat perbelanjaan pakaian bekas di Makassar.
Orang Makassar menyebutnya cakar, akronim dari cap karung. Pakaian bekas ini banyak datang dari Asia Timur serta sebagian dari Australia dan sedikit dari Eropa serta Amerika.
Betapa senangnya saya ketika menemukan jaket itu, meski bekas tapi kondisinya masih sangat prima serta yang paling penting adalah harganya yang hanya (kalau tidak salah ingat) Rp. 30 ribu saja! Sejak saat itu saya makin sering berburu jaket di cakar. Sebenarnya bukan hanya jaket, kadang celana cargo, jeans, kemeja sampai kaos tapi tetap jaket adalah primadona utama.
Secara tidak sadar saya melakukan aksi balas dendam. Dulu saya tidak mampu membeli jaket keren seperti yang dimiliki oleh personil Westlife dan sekarang ketika ternyata ada tempat yang menjual jaket-jaket keren itu dengan harga yang sangat terjangkau maka ketika itulah saya kemudian membalaskan dendam masa lalu.
Ketika melintas di pedagang-pedagang cakar di tepi jalan maka pandangan pertama saya akan jatuh pada jaket-jaket yang digantung. Kalau ada jaket yang sepintas menarik saya tidak segan-segan untuk mampir atau bahkan berputar arah untuk melihat lebih dekat jaket yang tergantung itu. Tidak jarang keisengan itu berakhir dengan transaksi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Bukan sekali dua kali pula saya berjanji untuk tidak lagi membeli jaket karena jumlah jaket sudah sangat banyak di lemari, tapi janji itu tinggal janji. Ketika berkendara dan menemukan jaket menarik tergantung di pedagang cakar maka janji itu akan menguap dan berakhir sebagai sekadar janji yang tak bisa ditepati.
Berapa jaket yang saya miliki? Entahlah, saya tidak pernah menghitungnya. Tapi yang jelas jumlahnya di atas 20 lembar. Beberapa lembar sudah saya hibahkan atau sumbangkan kepada orang lain, biasanya adalah jaket-jaket yang sudah sangat jarang saya pakai. Jenis jaket yang saya punya juga beragam, dari yang parasut, jeans, kaos, korduroi sampai bahan yang saya tidak tahu apa namanya.
Jaket-jaket itu saya pakai sesuai kebutuhan. Ada jaket yang memang saya siapkan untuk kebutuhan yang agak formil semisal bertemu klien atau orang di kantor. Ada jaket yang saya pakai untuk kegiatan olahraga dan outdoor, ada jaket yang memang dipakai untuk jalan-jalan dan sekadar gaya-gayaan.
Biasanya model jaket yang saya pakai saya sesuaikan dengan model pakaian yang saya gunakan, utamanya model celana. Saya tidak mungkin menggunakan jaket yang modelnya semi formil kalau ingin keluar dengan celana pendek. Demikian juga sebaliknya, ketika berpakaian agak rapi tidak mungkin saya menggunakan jaket yang sporty.
Begitulah, kejadian masa lalu tanpa sadar membuat saya sangat keranjingan pada jaket dan tak pernah merasa puas dengan jaket yang saya punya. Dari semua jaket-jaket yang saya punya setidaknya ada 14 yang paling sering saya pakai karena saya paling suka modelnya. Ini dia jaket-jaket favorit saya itu:
Bagaimana dengan Anda? Anda suka jaket juga? [dG]
hanya satu kata “LAWAS” hahahahaha~ Re westlife
asem!!
baru tau kalo cakar itu akronim dari cap karung…
serasa kembali bernostalgia ke masa kuliah setelah baca tulisan-tulisan di blog ini
menambah pengetahuan baru gan dari tulisan agan..