Selamat Jalan, Bapak

We love you dad..

“..Oh dear dad, can you see me now ? I’m on myself like you, somehow. I wait up in the dark, for you to speak to me..” Release-Pearl Jam

Sabtu, 16 oktober 2010 atau cuma berselang 6 hari setelah ulang tahunnya yang ke 57, bapak akhirnya pergi untuk selama-lamanya. Beliau tak sempat memberikan pesan yang panjang lebar kepada keluarga yang ditinggalkannya. Kamipun tak mengira beliau akan pergi secepat itu.

Beberapa jam sebelum kepergiannya, beliau memang sudah berada dalam kondisi terburuk akibat penyakit jantung yang dideritanya. Jangankan beraktifitas, untuk berbicara sekalipun beliau kesulitan. Ibu berinisiatif membawanya ke dokter sebelum dokter akhirnya menyarankan beliau diopname. Karena pertimbangan jarak dan biaya ibu memilih membawa bapak ke rumah sakit umum Sungguminasa. Sayang, di sana tak ada penanganan yang memadai dari para tenaga medis. Rumah sakit umum yang bagian ICU-nya tak punya dokter jaga itu hanya memberi bantuan oksigen kepada bapak. Cukup dengan oksigen tanpa ada tindakan apapun.

Pukul 10 malam bapak meminta saya pulang, pun dengan adik saya. Saya mencium tangannya yang malam itu dingin seperti membeku. Beliau tak berpesan apa-apa, hanya minta didoakan semoga cepat sembuh. Waktu berlalu, di rumah saya tak langsung tidur. Saya masih sempat chat dengan Ofie sebelum akhirnya jatuh tertidur di depan tivi sekitar pukul 12 malam. Waktu itu bapak dan ibu tahu saya masih belum cukup tidur karena baru tiba dari Jakarta pukul 4 subuh sebelumnya.

Tanpa saya ketahui, jam 2 subuh bapak meminta 2 adik saya datang. Bapak kecewa pada rumah sakit itu dan minta dirujuk ke rumah sakit lain yang dulu pernah merawatnya. Ketika adik saya datang, semua sudah diurus. Bapak siap dipindahkan ke ambulans. Kata ibu, bapak sudah minta dituntun mengucapkan kalimat-kalimat syahadat. Tak pernah lepas kalimat itu dari mulutnya, hingga ketika dia dinaikkan ke atas kursi roda. Bapak masih sanggup berdiri, turun dari ranjang dan naik ke kursi roda. Namun ketika akan dinaikkan ke ambulans, bapak sudah lemas tak berdaya.? Ibu punya firasat, dicobanya menggoyang badan lelaki yang sudah menemaninya lebih dari 34 tahun itu, tapi tak ada reaksi. Ibu tahu bapak sudah pergi dengan tenang.

Pukul 2.20, bapak sudah menutup buku perjalanan hidupnya. Allah sudah menggariskannya begitu, dan kita tak tak pernah bisa menolak kehendak-Nya. Saya tersentak ketika adik saya mengabarkannya lewat telepon. Saya diam dan tak mampu berkata apa-apa. Saya menyesal tak ada di samping beliau ketika beliau pergi. Hanya dalam hitungan jam, beliau telah meninggalkan kami, meninggalkan semua orang yang mencintainya untuk selama-lamanya.

Entah berapa banyak orang yang kemudian datang menunjukkan simpati dan rasa kehilangannya. Entah berapa banyak ucapan berbelasungkawa yang saya terima via SMS,telepon,email, ucapan di wall Facebook hingga mention di Twitter. Semua begitu menyejukkan, memberi saya kekuatan di saat saya betul-betul sedang berada di titik nadir.

Entah berapa banyak orang yang dengan ringan tangan membantu kami dan keluarga selama proses pemakaman hingga malam taqsiah selesai. Kami merasa sangat bersyukur berada dalam lingkaran orang-orang yang begitu perhatian dan tulus. Saya yakin di atas sana bapak juga pasti tersenyum lebar dan terharu melihat betapa banyak orang yang juga merasa kehilangan beliau.

Maut memang adalah rahasia-Nya. Kematian adalah keniscayaan, kita-kita adalah orang berada dalam barisan menunggu saat untuk bertemu dengan maut. Itu juga yang selalu jadi pegangan kami sekeluarga hingga Ibu dan kami anak-anaknya berusaha untuk tetap tabah dan ikhlas meski tentu saja rasa kehilangan dan kesedihan itu tetap ada. Toh, kami hanya manusia biasa dan hati kami bukan batu.

Seharian itu mata saya serasa sembab dan basah oleh air mata. Hulunya ada di dalam hati saya dan beranak sungai di sepasang mata.

Bapak telah pergi, pungkas sudah perjalanannya di dunia yang fana ini. Dia sekarang telah kembali ke sang pencipta-Nya. Meski kepergiannya mendadak namun sepertinya bapak memang telah siap untuk berangkat. Beragam cerita dari orang-orang yang ditemuinya seperti bukti kalau sebenarnya bapak telah mempersiapkan dirinya jika ajal menjemputnya. Di hari kepergiannyapun dia telah membersihkan diri, benar-benar seperti orang yang bersiap untuk pergi jauh. Terminology pergi dengan tenang benar-benar melekat pada bapak, beliau pergi tanpa ada jerit kesakitan dan rintihan memelas. Bapak pergi dengan tenang setelah bermenit-menit sebelumnya mengucapkan kalimullah. Insya Allah bapak memang benar-benar menutup usianya dengan kebaikan.

Bapak telah pergi, meninggalkan kami anak-anaknya dan orang-orang yang mencintainya. Hanya doa yang bisa kami panjatkan, semoga beliau tenang di alam sana, semoga Allah melapangkan alam kuburnya, menjauhkannya dari siksa kubur dan siksa neraka.

Bapak telah pergi, meninggalkan kami yang mencintainya..tapi, sepanjang matahari tetap bersinar kami akan terus menyimpan erat kenangan bersamamu dalam hati kami.

Selamat jalan, Bapak..kami mencintaimu..