Pesta Blogger, Pestanya Para Onliner

Sang Wanita Kursi Sedang Berpidato

” Hai, saya anu..kamu si itu ya..?”

” Hai, kamu pasti yang namanya itu ya ?”

Tahun ini, pesta blogger kembali digelar seperti yang sudah digelar sejak tahun 2007. Ada yang berbeda dari pesta blogger tahun ini, kalau sebelumnya lingkup pesta ini hanya berkisar pada para blogger maka tahun ini pesta blogger diberi label + alias menambahkan unsur lain selain para blogger. Di dalam + (plus) itu juga termaktub para facebooker, tweeps, koproller, dan komunitas lainnya. Beberapa bahkan adalah komunitas offline.

Epicentrum Walk yang belum lagi selesai 100% itu padat oleh para peserta sejak pagi hari. Beberapa orang datang bergerombol dengan kostum seragam yang menggambarkan identitas komunitasnya, beberapa lainnya datang sendiri-sendiri untuk kemudian bertemu dengan teman-teman lain yang biasanya akrab di dunia maya. Tak heran bila percakapan seperti di paragraf awal menjadi percakapan yang banyak tersaji di setiap sudut Epicentrum Walk hari sabtu itu.

Lewat beberapa menit dari pukul 10, acara mulai dibuka. Di atas panggung luas yang jadi pusat acara, sepasang MC mempersilakan segerombolan anak-anak berbaju merah naik ke panggung. Mereka adalah anak-anak kecil berusian antara 8-11 tahun yang kemudian dengan penuh semangat menarikan Gandrang Bulo, sebuah tarian khas Makassar. Dengan dinamis anak-anak itu menari diiringi hentakan gendang di sisi panggung. Sayang, suara sang pemimpin tarian tak terdengar hingga ke barisan penonton karena mic yang mati. Meski begitu sebagian besar penonton nampak larut dalam alunan irama gendang dan tarian yang dinamis itu.

Di sisi kanan panggung saya berdiri dengan kamera di tangan. Ada setangkup haru dan bangga yang mengalir di dada. Sangat jarang sebuah ajang berskala nasional menggunakan tarian dari daerah asal saya sebagai menu pembukanya. Saya melirik ke deretan kursi VIP dan memandang sang chairwoman yang kebetulan juga sedang melirik ke saya. Saya melempar jempol ke arahnya yang dibalas dengan senyuman. Wajahnya masih tegang, selepas gandrang bulo dia harus naik ke panggung membacakan pidatonya.

Wanita berkulit putih berdarah Makassar itu adalah pelakunya. Dia yang memperjuangkan gandrang bulo untuk tampil sebagai menu pembuka di ajang Pesta Blogger 2010 ini. Selama kurang lebih 6 bulan ini saya tahu dia sudah bekerja sangat keras untuk menggalang dukungan dari berbagai komunitas di Indonesia dalam kapasitasnya sebagai chairwoman. Ketika dia naik berpidato, suaranya bergetar. Hari ini adalah puncak dari segala perjuangannya selama ini. Nama baik dan reputasinya dipertaruhkan di satu sudut kota Jakarta di pagi hari yang mendung itu. Ketika dia selesai berpidato, saya sempat menangkap senyum leganya di sisi kanan panggung. Senyum yang berbeda ketika dia masih duduk di kursi VIP sebelum beranjak ke atas panggung. Satu beban telah terlepas.

Acara kemudian berlanjut. Deretan pidato silih berganti mengisi udara Epicentrum Walk, tak banyak yang menyimak. Para hadirin lebih sibuk bercengkerama dengan sesamanya, beberapa yang lain sibuk berkeliling ke seputaran booth yang ada dalam lokasi.

Ini adalah ajang pesta blogger pertama yang bisa saya hadiri, jadi rasanya sungguh tak pantas bila saya membandingkannya dengan tiga ajang pesta blogger sebelumnya. Namun, apa yang saya rasakan hari itu sungguh luar biasa. Dalam perspektif saya, pesta blogger 2010 benar-benar sebuah pesta yang mengakomodir sebagian besar penggiat dunia maya, bukan hanya para blogger. Di PB2010 juga untuk pertama kalinya saya bisa bertemu lansung dengan teman-teman di komunitas Pearl Jam Indonesia.

Sang wanita kursi dengan segala kebaikan hatinya berkenan memberikan tempat untuk komunitas PJ.Id agar bisa ikut serta dalam pesta ini, dan mereka menyambutnya. Perfect Ten, band yang isinya adalah para fans berat Pearl Jam di Indonesia diberi ruang untuk mengamuk di panggung dan menunjukkan kepada para onliner kalau di Indonesia memang ada komunitas yang masih setia (bahkan tergila-gila) pada band yang oktober kemarin genap berusia 20 tahun.

Di depan panggung, jejeran para Lost Dogs ikut larut mengikuti lagu demi lagu yang dibawakan Perfect Ten, pun dengan saya. Inilah untuk pertama kalinya saya bisa menyaksikan secara live sebuah band lokal total membawakan lagu-lagu dari Pearl Jam. Dada serasa bergemuruh dan tenggorokan serasa serak ketika saya ikut berteriak, I’m Still Alivee..!!!!!. Hell yeah, benar-benar momen yang sepertinya sudah saya tunggu selama bertahun-tahun sejak kenal dengan geng Pearl Jam Indonesia.

Tapi sayang, Perfect Ten hanya dapat jatah tampil selama 30 menit. Itupun dengan gangguan hilangnya suara di mic dan suara gitar yang membuat penampilan mereka benar-benar tidak maksimal. Damn !! dua jari tengah ke udara untuk tukang soundnya karena yang mendapat musibah bukan cuma Perfect Ten. Sebelumnya Saykoji juga tampil dengan sound yang lebih tepatnya membuat telinga pekak dan Adithia Sofyanpun bahkan harus geleng-geleng kepala ketika suara gitarnya lebih banyak menguap di udara.

Selepas penampilan Perfect Ten, saya beranjak ke kelas diskusi di lantai 2 dan bergabung dengan teman-teman dari AngingMammiri. Hari itu kami membuka kelas diskusi dengan teman “Makassar Tidak Kasar”. Syukurlah karena diskusi berjalan lancar dengan peserta yang lumayan banyak, bukan hanya peserta dari Makassar karena beberapa di antaranya adalah peserta dari Jakarta.

Pesta kemudian terus bergulir hingga malam tiba. Puncaknya adalah penampilan White Shoes and The Couple Company. Di depan panggung, peserta berbaur bersama panitia untuk joget bersama. Di sinilah saya bisa melihat wajah cerah sang wanita kursi. Hilang sudah beban yang tadi pagi masih sempat saya tangkap dari raut wajah tegangnya. Wanita muda yang juga dokter gigi itu tak bisa menolak ketika teman-temannya menarik tangannya untuk berjoget mengikuti irama, dia tertawa riang dengan wajah yang benar-benar puas. Sayapun ikut berbahagia melihatnya.

Pesta blogger bagi kami ditutup dengan acara berfoto bersama di backdrop utama. Raut bahagia dan puas tersirat dari sebagian besar wajah kami. Sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bisa hadir dalam sebuah acara di mana seorang karib kami menjadi ketua panitianya. Rasanya sungguh luar biasa bisa ikut merasakan ketegangan dan kekuatiran dalam diri seorang wanita kursi, dan tentu sungguh luar biasa rasanya bisa ikut merasakan kebahagiaan dan kelegaannya ketika acara telah resmi ditutup.

Pesta itu memang bukan pesta yang sempurna. Masih banyak kekurangan di sana-sini, masih banyak pihak yang tak puas, dan tentu saja masih banyak pihak yang mencemooh. Semua memang tak sempurna, tapi bagi kami pesta ini adalah pesta yang luar biasa. Pesta tempat saya, kami dan kita para onliner menikmati keragaman dan warna-warninya.

Pesta Blogger 2010 adalah pestanya para onliner. Saya merasakannya dan saya bisa bilang : I Was There.