Mengejar Ilmu Hingga ke Negeri Impian
” Beasiswa luar negeri itu seperti buah di atas pohon, banyak bertebaran. Kita tidak boleh menunggunya matang dan jatuh, kita harus memanjat dan mengambilnya sendiri “. A. Fuadi-penulis buku Negeri 5 Menara dan penerima 8 beasiswa luar negeri.
Makassar diguyur hujan terus menerus hampir sepekan ini, langit seperti tak kehabisan air untuk dicurahkan, pun dengan malam minggu (15/1) kemarin. Langit yang tadinya hanya berwarna kelabu pekat tiba-tiba mencurahkan isinya ke bumi Makassar tepat beberapa menit sebelum adzan maghrib bergema.
Dengan cepat rasa kuatir menyelimuti pikiran saya. Terbayang acara Tudang Sipulung yang terancam sepi. Hujan di malam minggu bisa jadi penghalang utama bagi para peserta untuk melangkahkan kaki keluar dari rumah menuju IGO Bakery and Caf? di bilangan jalan Pelita Raya. Diam-diam saya berdoa semoga hujan cepat berhenti, minimal beristirahat barang sejam dua jam.
Tapi doa saya tidak terkabul. Hingga pukul 19.15 ketika saya tiba di IGO hujan masih saja mengguyur kota Makassar dengan riangnya. Udara dingin dengan cepat menyeruak ke dalam tubuh dan sedikit menusuk ke dalam tulang. Ugh, rasa khawatir makin besar. Di lantai 2 tempat acara Tudang Sipulung digelar baru ada segelintir orang yang hadir, jauh dari rencana semula. Saya tiba-tiba teringat lagu lama milik Milli Vanili, ” Blame it on The Rain”.
Menjelang setengah jam dari jadwal yang seharusnya, Rusianti A Sugio atau yang akrab disapa Uci sudah hadir, dialah pembicara utama dalam Tudang Sipulung dengan tema scholarship kali ini. Kami bercakap-cakap beberapa jenak, hingga jarum jam menunjukkan pukul 20.15 dan beberapa peserta mulai hadir satu persatu. Di luar hujan masih giat membasahi bumi.
Tudang Sipulung akhirnya kami gelar dengan segelintir peserta yang memaksakan diri hadir di tengah guyuran hujan deras dan terpaan angin dingin. Show mus go on.
Acara dimulai dengan perkenalan peserta satu persatu, beberapa di antaranya adalah muka-muka baru termasuk seorang wanita berkewarganegaraan Ceko yang datang bersama Haerul. Namanya Ika, wanita yang sudah 6 tahun hidup di Indonesia dan 2 tahun terakhir tinggal di Makassar. Dia mengaku mencintai laut Indonesia dan segala hal tentang Indonesia. Kehadirannya memberi nuansa tersendiri malam itu dan nantinya akan memberi perspektif tersendiri tentang kehidupan di tanah Eropa, sejalan dengan kisah yang akan dipaparkan oleh Uci.
Uci adalah lulusan UNHAS di bidang studi komunikasi. Sejak lulus dia mengaku sudah terobsesi untuk belajar ke luar negeri, ke manapun itu. Bersama beberapa temannya mereka giat melakukan pengejaran beasiswa, membentuk sebuah komunitas kecil yang saling berbagi tips dan trik memperoleh beasiswa dan tentu saja tak ketinggalan saling membantu meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
Uci bukan sekali dua kali ditolak, total dia sudah 4 tahun berturut-turut mengajukan applikasi beasiswa. 3 di antaranya ditolak sebelum akhirnya diterima di kesempatan keempat. Malam itu Uci membagi tipsnya, bagaimana dia tak pernah kenal lelah untuk terus mengejar kesempatan belajar ke tanah impian. Motivation statement menjadi fokus dalam menyusun applikasi, kata Uci hal terpenting adalah membuat motivation statement semenarik mungkin agar para calon pemberi beasiswa itu yakin kalau anda memang benar mau belajar dan mau mengamalkan ilmu anda selepas belajar di negerinya.
Menurut Uci, hal terpenting lainnya juga adalah bagaimana kita lebih jeli melihat kesempatan dan memilih universitas yang dituju karena setiap universitas biasanya punya standar yang berbeda-beda termasuk dalam standar bahasa Inggris. Ada universitas yang menggunakan TOEFL ada juga yang menggunakan IELTS, tentu saja dengan nilai standar minimal yang berbeda-beda.
Uci juga menekankan soal kemampuan bahasa Inggris yang jadi modal utama dalam mengajukan applikasi beasiswa ke luar negeri. Meningkatkan kemampuan bahasa Inggris katanya bukan hanya melalui kursus tapi jauh lebih berguna bila melakukannya bersama-sama dalam sebuah kelompok.
Ketika Tudang Sipulung sementara berjalan, jumlah peserta makin bertambah. Peserta yang telah lebih dulu hadir juga makin bersemangat mengeluarkan pertanyaan, ?mencari tahu sebanyak mungkin celah yang bisa dimanfaatkan dalam langkah mencari beasiswa luar negeri. Suasana diskusi terasa hangat meski tetap terkesan santai, tak ada jarak antara pembicara dan peserta. Semuanya mengalir begitu saja.
Para peserta sempat dibuat keder ketika Uci menjelaskan bagaimana beratnya perkuliahan di negeri benua biru itu, bagaimana setiap hari selalu penuh dengan tugas. Entah tugas pribadi maupun tugas berkelompok. Sistem perkuliahan yang padat dan berbeda dengan di dalam negeri menjadi salah satu momok utama para pelajar Indonesia di luar negeri, dan itu ditambah pula dengan shock culture yang terjadi sehingga tak heran bila ada beberapa mahasiswa yang sulit beradaptasi sampai harus berhenti di tengah jalan.
Tapi, segala rasa berat yang diungkap Uci langsung menguap ketika Uci menceritakan nikmatnya berlibur di daratan Eropa. Liburan singkat selalu dimanfaatkan untuk mengunjungi negara-negara lain di seputaran Belanda. Semua jadi lebih ringan karena sistem transportasi Eropa yang lebih rapih plus tak perlu lagi mengurus visa tambahan. Mata beberapa peserta nampak berbinar-binar ketika Uci menceritakan pengalamannya mendatangi banyak kota terkenal di Eropa selama masa studinya di Belanda.
Menjelang jam 22.00 malam, acara Tudang Sipulung pertama di tahun 2011 ini diakhiri. Banyak ilmu yang tentunya bisa dibawa pulang oleh para peserta, sebagian malah terlihat begitu bersemangat untuk menyelesaikan kuliah S1 sebelum berusaha mengejar beasiswa ke negeri impian.
Dari rangkuman materi yang dibawakan Uci terpapar jelas bahwa beasiswa luar negeri itu tidak sesulit yang dibayangkan meski juga tidak segampang yang diinginkan. Usaha dan kejelian melihat peluang adalah kuncinya di samping tentu saja bahasa Inggris yang bagus. Dalam berusaha sebaiknya kita berusaha bersama-sama dengan teman-teman yang lain yang sama-sama punya keinginan untuk mendapatkan beasiswa yang sama. Bergaul dalam komunitas dengan target yang sama tentunya jadi sebuah kelebihan di mana kita bisa saling berbagi dan saling mendukung. Saat ini mungkin akan terasa lebih mudah karena teknologi informasi sudah begitu gampangnya kita akses, jadi pintar-pintarlah mencari tempat yang tepat untuk mendapatkan informasi yang kita butuhkan.
Malam itu, Tudang Sipulung pertama di tahun 2011 yang digelar komunitas blogger Makassa : AngingMammiri.org sukses digelar. Meski jumlah peserta tak seperti prediksi, namun justru menjadi salah satu alasan kenapa acara bincang-bincang santai malam itu lebih menarik. Benar-benar santai, hangat dan tak bersekat.
Sampai jumpa di Tudang Sipulung berikutnya !
selamat atas kesuksesan acaranya. semoga ada kesempatan bagi saya untuk datang 🙂
Aminn..amin..ditunggu di Makassar 🙂
huks~~
Jadi pengen pulang
Udah nggak ingat kapan terakhir kali saya ikut kopdar.
Banyak orang baru yak.
Dari semua yang datang cuman kenal 7 orang.
ayo Ally..ditunggu kapan Ally pulang kampung 🙂
sebenarnya sih gak bayak yg baru, masih yang dulu2 koq
cuma kan namanya acara, jadi banyak yg datang emang
coba tips untuk mendapatkan scholarship nya di share di sini
dijamin bermanfaat 🙂 *ngarep*