Haaa ?? Masak Sih ??
Ini sebenarnya cerita lama, kejadiannya di bulan Juli hampir dua tahun kemarin tepat ketika pemilihan presiden baru saja digelar.
Ceritanya ketika selesai bertugas sebagai tim pemantau dalam ajang pilpres itu, saya bersama 2 orang teman beristirahat di sebuah warung makan. Dari situ kami mulai bercerita tentang pengalaman ketika pertama kali ikut pemilu.
Seingat saya, pertama kali saya ikut pemilu itu tepatnya tahun 1997, waktu itu umur saya hampir 20 tahun, dan jelas sudah punya hak untuk milih. Seorang teman yang lain (Nasir-sebut saja begitu) bercerita kalau dia pertama kalinya ikut pemilu tepat di tahun 1999.
” Waktu itu saya baru masuk kuliah.” Ujarnya dengan wajah sumringah. Jelas dia sumringah karena merasa jauh lebih muda dari saya. It?s okelah, gak ada masalah buat saya karena toh dia memang masih terhitung adek saya kalau indikatornya adalah umur.
Teman yang satu- namanya Iman-adalah anak muda yang belum genap setahun kerja di kantor kami. Dia masih fresh graduate dari sebuah SMK terbaik di Makassar. Iman nampak berpikir sejenak sebelum ikut nimbrung dalam perbincangan soal pengalaman pertama kali memilih itu.
” Saya pertama kali ikut pemilu tahun 2007, waktu pemilihan gubernur.” Iman berenti sejenak, kemudian melanjutkan, ” tahun 1999 saya masih kelas 5 SD ”
Nasir tampak terperanjat, dia seperti tidak percaya. Sejurus kemudian dia bertanya nyaris tidak percaya, ” Masak sih ? tahun 99 kamu masih kelas 5 SD ? ”
Iman berpikir sejenak, kemudian berkata ” Eh..sori. bukan kelas 5 SD “.
Nasir menarik napas lega. Dia yakin Iman salah hitung.
” Kelas 4 SD deng….bukan kelas 5 “, Iman menegaskan. Jawabannya ternyata bikin Nasir makin kelimpungan. Kelas 5 SD saja sudah sempat bikin dia shock, apalagi kelas 4 SD.
” Iyya, kelas 4 SD. Saya kan kelahiran tahun 89 “, Iman makin menegaskan pernyataannya, wajahnya datar, tanpa ekspresi dan tanpa guratan dosa. Jelas sekali dia tidak berbohong.
” Emangnya kenapa..? kamu koq kelihatannya shock banget..? ” tanya saya pada Nasir.
” Iyyalah..masak sekarang ini kita sama-sama satu kantor, sama-sama masih bujang tapi di tahun 99 dia masih SD sementara saya sudah masuk kuliah…” Nasir masih tampak shock dan nyaris tidak percaya sama kenyataan yang dihadapinya.
Saya tidak bisa menahan tawa, sejurus kemudian saya sudah tertawa terbahak-bahak. Anda bisa membayangkan bagaimana wajah Nasir yang sebelumnya sumringah karena merasa lebih muda dari saya tapi kemudian mendapatkan pukulan telak dari Iman yang ternyata jauh lebih muda dari dia.
” Ternyata, saya sudah cukup tua…” kata-kata itu keluar dari bibir Nasir dengan sangat pelan, nyaris tanpa tenaga. Wajahnya lunglai seketika, persis bunga mawar yang layu karena lama tidak ketemu air.
Dan yah, begitulah…beberapa orang memang tidak sadar kalau usianya sudah merambat senja sampai ada sesuatu yang membuatnya sadar, sesuatu yang mungkin rasanya akan pahit dan lumayan menohok.
Untung saya sadar kalau saya sudah tua? 🙂
hahahahah, kirain mau cerita tentang Pilpres. Gak taunya curhat soal usia.
Saya juga pertama kali ikut Pemilu tahun 1997 😉
yaa baiklah, berarti usia Oom Brad cuma beda 4 taun dengan saya 😀
hahaha… ternyata pak Nasir masih bujang, pantas saja dia “bergetar”, seperti bergetarnya saya saat disinggung mengenai pernikahan oleh teman… “ONROKO!!! 2011 mi inie!!!”…
hahahahaha…kamase..
Emangnya klo masih bujang sementara usia udah banyak, masalah ya? 😛
Hehe usia memang tidak bisa bohong sob :p
usia tidak bisa bohong..manusia yang bisa..
#eh
hahaha *sambil menerka2 siapakah “nasir” itu :p
eitss..nama memang sengaja disamarkan..biar ybs tidak malu
hihihi
wakakakakak… *duh kalo di kantor kayaknya jg jadi sindiran buat saya dialog2 seperti ini*