Blogger Nusantara ; Cerita dari Camp

Camp Blogger Nusantara

3 malam tidur di camp Blogger Nusantara membuat saya bersyukur

Ratusan kasur tergeletak begitu saja di atas lantai semen yang dilapisi plastik. Di atas tiap kasur ada sebuah bantal yang masih terbungkus plastik. Udara terasa gerah di dalam bangunan beratap semi dome yang sejatinya adalah lapangan tennis indoor itu. Beberapa kipas angin besar memang berdiri kokoh di beberapa titik ruangan tersebut, tapi hembusan yang dihasilkan kurang mampu mendatangkan rasa sejuk.

Malam pertama di tennis indoor Delta Sidoarjo kami habiskan dengan sedikit kesulitan untuk memejamkan mata. Selain udara gerah yang tak mampu diusir oleh kipas angin, serbuan nyamuk juga cukup mengganggu kenyamanan tidur. Walhasil, saya baru bisa memejamkan mata menjelang pukul 3 dinihari. Saya sempat kagum pada beberapa orang di sekitar saya yang tanpa basa-basi nampak sangat menikmati tidurnya, beberapa bahkan mengeluarkan suara ngorok.

Suasana malam pertama di Camp Blogger Nusantara. Masih sepi

Malam pertama kemudian berhasil terlewati. Pagi datang menjelang, matahari Sidoarjo ternyata lebih cepat menyala dengan garang. Jarum jam masih menunjukkan pukul 6 pagi tapi panasnya sudah serupa pukul 7 di Makassar. Saya dan teman-teman rombongan pertama dari Anging Mammiri beringsut mencari warung yang buka di pagi hari. Sekadar pengisi perut dan pengisi kerongkongan cukuplah. Pagi itu kami lewati dengan segelas kopi dan gorengan yang harganya membuat kami kaget saking murahnya bila dibandingkan dengan harga makanan dan minuman sejenis di Makassar.

Pagi itu juga kami lewati dengan ritual mandi yang tidak terlalu merepotkan. Deretan kamar mandi darurat yang katanya baru selesai tepat sehari sebelum hari H rupanya masih belum terisi banyak orang. Maklumlah, tamu dari luar kota Sidoarjo dan Surabaya memang baru beberapa orang, masih bisa ditampung dengan baik oleh kamar mandi darurat yang beratapkan langit itu. Semua berjalan lancar.

Ketika rangkaian acara di Sun City Convention Hall berakhir di sore hari dan kami kembali ke camp, suasana terasa berbeda. Camp sudah jauh lebih ramai. Bila malam sebelumnya kami masih bebas mencari tempat yang kosong, kali ini malah tempat kami yang sempat diserobot orang. Para tetamu dari luar kota nampaknya mulai mengalir datang dan memenuhi tennis indoor GOR Delta Sidoarjo. Malam harinya, udara terasa makin gerah. Mungkin Sidoarjo memang sepanas itu, ditambah lagi jumlah orang yang mencapai angka 400 orang dalam gedung GOR.

Berebut colokan kosong

Di jaman digital seperti sekarang, berapa orang sih yang tidak memegang satupun handphone ? belum lagi laptop atau perangkat lainnya yang membutuhkan aliran listik. Butuh aliran listrik berarti butuh colokan bukan ? Dan itu yang kemudian jadi tujuan favorit sebagian besar penghuni camp. Mereka seperti para musafir di padang pasir yang matanya langsung berbinar melihat colokan nganggur. Tidak heran bila kemudian ada beberapa colokan yang sudah seperti rambut Medusa saking ruwetnya. Colokan seri kemudian ditambah dengan colokan bercabang tiga dan semuanya terisi charger. Ramai dan ruwet.

Ketika pagi datang, masalah menghadang. Jumlah penghuni yang bertambah drastis jelas tidak sebanding dengan jumlah kamar mandi darurat yang tersedia, begitu pula dengan jumlah air. Akibatnya antri kamar mandi mulai terjadi, awalnya hanya karena semua kamar mandi terpakai. Berikutnya menjadi makin parah ketika air menjadi barang langka. Ketika 4 kamar mandi yang paling dekat dengan pusat air bersih membuka kerannya lebar-lebar, maka deretan kamar mandi setelahnya bahkan sama sekali tidak mendapatkan asupan air. Lengkaplah kemudian alasan untuk antri di depan bilik kamar mandi.

Tiga malam di camp Blogger Nusantara memang memberi banyak kenangan. Beruntung karena saya dan teman-teman dari Anging Mammiri bukanlah segerombolan anak cengeng yang rajin mencela. Kondisi minim yang disediakan panitia selama 3 hari 3 malam di perhelatan Blogger Nusantara tersebut malah menjadi sebuah cerita menyenangkan yang akan kami kenang dalam waktu lama. Beberapa hari ketika acara tersebut pungkas digelar dan kami kembali ke kehidupan masing-masing, yang kemudian tersisa adalah canda tawa dan cerita lucu mengenang kesan yang tertinggal di camp Blogger Nusantara.

Deretan Kamar Mandi Darurat di Camp Blogger Nusantara

Menginap di hotel adalah hal yang mudah. Siapkan uang anda dan anda? bisa menikmati layanan hotel sesuai keinginan. Tapi, menginap di sebuah GOR bersama ratusan orang lainnya adalah barang mewah yang tak begitu saja bisa didapatkan. Mewah bukan dari segi pelayanan, tapi dari segi pengalaman, kenangan dan tentu saja keakraban yang tercipta. Tak ada yang bisa membeli keakraban dan kebersamaan yang tulus bukan ?

Panitia Blogger Nusantara berujar kalau pemilihan lokasi penginapan massal tersebut adalah upaya untuk menumbuhkan rasa kebersamaan sekaligus simulasi merasakan derita saudara kita yang tertimpa bencana lumpur di Porong. Saya yakin keinginan panitia tercapai. Kebersamaan yang terbangun sungguh berkesan dan kami juga sekaligus bisa merasakan beratnya kehidupan mereka yang tidak beruntung hidup di camp pengungsian.

3 malam di camp Blogger Nusantara membuat saya bersyukur. Bersyukur bahwa selepas acara saya bisa kembali ke kehidupan saya yang nyaman. Kasur yang empuk, kamar mandi dengan air yang melimpah dan colokan yang selalu kosong. Tertinggal doa untuk semua saudara di seluruh penjuru dunia yang mungkin tidak seberuntung saya. Mereka yang harus menikmati fasilitas yang sangat minim dan terbatas. Semoga mereka diberi kekuatan dan ketabahan untuk melewati semuanya.

Terima kasih teman-teman panitia Blogger Nusantara 2011, ide kalian luar biasa. Ide yang membangkitkan rasa syukur yang mungkin lama tidak terasakan lagi. Sampai jumpa di gelaran Blogger Nusantara berikutnya.