Berjejaring Untuk Indonesia
Salah satu kunci keberhasilan jaman sekarang adalah kemampuan berjejaring.
Orang menyebut jaman ini sebagai jaman digital, era 2.0 di mana internet beserta semua turunannya begitu jauh merangsek dalam kehidupan manusia. Utamanya mereka yang ada di perkotaan. Internet menghubungankan banyak orang dan kemudian menjadikan banyak orang saling berkaitan satu sama lain.
Kemudian muncullah pameo bahwa siapa yang mampu berjejaring, maka dialah yang akan menguasai dunia. Kemampuan berjejaring dan kemudian kemampuan menguasai informasi jadi modal kuat untuk jadi pemenang di jaman digital ini. Sebenarnya bukan hal baru karena sejak dulu orang percaya kemampuan menguasai informasi adalah modal terbesar untuk menguasai dunia. Jaman digital hanya menegaskannya.
Kemampuan berjejaring dan saling menyebarkan pengetahuan dan informasi jadi kuncinya. Ragam sosial media hadir sebagai bagian dari pergerakan jaman. Perlahan malah menjadi bagian penting dari kehidupan orang jaman sekarang, termasuk orang Indonesia tentu saja.
Pengguna internet di Indonesia sekitar 55 juta orang, atau 1/5 jumlah total penduduk Indonesia. Pemilik akun facebook sebanyak 45 juta orang, duduk di peringkat keempat terbesar di dunia. Pengguna twitter 16,9 juta orang atau terbesar di Asia dan nomor dua paling aktif di dunia. Lihat betapa besarnya potensi Indonesia sebenarnya.
Sayangnya karena potensi sebesar itu tidak dipergunakan semaksimal mungkin. Pengguna sosial media di Indonesia masih terhitung sedikit yang menggunakannya untuk hal yang lebih dari sekadar berjejaring dan bersenang-senang.
Orang Indonesia masih berhenti pada taraf sebagai penikmat dan kemudian berjalan perlahan ke tahap yang lebih jauh. Ini yang harus perlahan ditanamkan kepada orang-orang yang sudah menjadikan internet sebagai bagian dari hidup mereka atau mereka yang punya potensi untuk jadi pengguna aktif internet.
Di berbagai kota di Indonesia sekarang tumbuh begitu banyak komunitas yang embrionya lahir dari internet. Mereka adalah kumpulan orang dengan hobi, ketertarikan dan kesungguhan yang sama yang bertemu karena sosial media. Dari sana mereka kemudian sepakat untuk membentuk sebuah komunitas. Dari komunitas itu kemudian lahirlah ragam kegiatan, separuhnya memang hanya sekadar untuk bersenang-senang tapi selebihnya benar-benar membawa pengaruh dan perubahan untuk orang banyak.
Di Makassar ada komunitas pecinta anak jalanan atau KPAJ. Mereka adalah komunitas yang lahir dari keresahan seorang anak muda yang melihat betapa banyak anak-anak jalanan yang tidak bisa menikmati manisnya bersekolah di ekolah formil. Keresahan itulah yang membuat sang anak muda mengumpulkan niat untuk membuka sekolah non formil bagi anak-anak jalanan. Dia tidak sendirian, dengan bantuan sosial media dia merangkul teman-teman lainnya yang juga punya keresahan dan kepedulian yang sama. KPAJ Makassar sudah masuk tahun ketiga, dan terus bertahan menjadi satu alternatif sekolah untuk anak-anak jalanan di satu sudut kota Makassar.
Di sudut lain kota ini ada segerombolan anak muda yang memanfaatkan tanah kosong untuk berkebun. Mereka menyebut dirinya komunitas Makassar Berkebun yang berafiliasi pada gerakan ID Berkebun. Mereka juga terkumpul satu sama lain melalui jejaring sosial. Berjejaring dan kemudian membawa ide itu ke alam nyata.
Beberapa orang lainnya juga berkumpul dan berserikat untuk meluncurkan sebuah website bernama Makassar Nol Kilometer. Ini bukan komunitas, masih berupa sebuah wadah dan ruang publik yang diperuntukkan bagi warga kota. Di situs ini, warga bisa berbagi pengalaman tentang kota ini. Berbagi pengetahuan dan berbagi kisah tentang dinamika yang terjadi di kota Makassar.
Kisah-kisah di atas adalah kisah bagaimana sebagian orang memanfaatkan internet dan jejaringnya untuk sesuatu yang lebih jauh dari sekadar bersenang-senang. Berjejaring untuk sesuatu yang lebih berguna. Mungkin terdengar berlebihan, tapi setidaknya itu yang terjadi pada beberapa contoh yang ada di sekeliling saya.
Sabtu 10 Nopember 2012, beberapa komunitas dan gerakan itu berkumpul di sebuah ruangan di lantai 4 gedung LAN-RI kota Makassar dalam sebuah acara bernama Kodpar Blogger Nusantara 2012. Setelah berjejaring antar mereka dalam satu komunitas, hari itu saya sebagai panitia Kopdar Blogger Nusantara 2012 saya berharap mereka bisa berjejaring antar komunitas dan gerakan. Ini adalah alasan kenapa dari awal saya bertahan untuk membuat booth komunitas yang menampilkan beberapa komunitas yang ada di Makassar, khususnya mereka yang bergerak dan bertemu secara online dan kemudian aktif secara offline.
Jaman digital seperti sekarang menuntut semua orang untuk bergerak cepat, utamanya di dunia maya. Kemampuan berjejaring adalah kuncinya. Bagaimana menemukan orang-orang dengan ketertarikan dan keseriusan yang sama kemudian bersama-sama menenun jaring yang kuat. Semua tentu untuk negeri kita, Indonesia.
Jadi? Mari berjejaring!
[dG]