Barrang Lompo dan Catatan Yang Tercecer

Bone Batang, foto courtesy of Bruno and Caroline

 

Setelah sekian lama, akhirnya Anging Mammiri kembali menggelar family trip. Kali ini tujuannya tidak jauh-jauh dari laut dan pantai, kami memilih pulau Barrang Lompo.

Long weekend kemarin ( 22/24 April ) tidak dilewatkan begitu saja oleh kami para blogger yang bernaung di bawah bendera Anging Mammiri. Tak elok rasanya kalau tak menggelar acara liburan bersama. Sebelumnya kami naksir tempat yang namanya Punaga yang kata orang adalah Tanah Lot-nya SulSel. Tapi sayangnya kondisi Punaga sedang tidak bersahabat karena hujan yang terus mengguyur Makassar di beberapa bulan ini. Akhirnya Daeng Nuntung sebagai korlap mengalihkan perhatian ke pulau Barrang Lompo.

Jumat pagi kami berkumpul di penyeberangan dermaga Kayu Bangkoa. Seperti biasa, waktu yang dijanjikan 08:00 molor sampe hampir 2 jam. Eheumm..istilah WIBAM ( Waktu Indonesia Bagian Anging Mammiri ) sepertinya masih berlaku.

Butuh waktu lama untuk mengumpulkan para personel. Dan mereka yang berangkat adalah saya plus Nadaa, Nanie, Anbhar, Tika, Herman, Iqko, Khie, Febry, Oom Bisot beserta istri dan ketiga anaknya plus ponakannya , Daeng Mappe beserta istri dan empat anaknya, Unga beserta papi dan si imut menggemaskan Zahra serta tentu saja tuan rumah Daeng Nuntung dan putranya Donie. Kami kedatangan tamu istimewa juga, sepasang backpacker dari Lille-France yang menginap di rumah daeng Mappe bernama Bruno dan Caroline.

Beginilah suasana Bus Air ke Barrang Lompo

Pukul 10 lebih sedikit, kami mulai meninggalkan Makassar menuju Barrang Lompo. Moda transportasi yang dipake adalah kapal kayu lumayan besar yang interiornya diubah seperti layaknya sebuah bus. Makanya kadang kapal ini disebut sebagai bus air yang bisa menampung sekitar 100 orang lebih. Bukan hanya orang karena di bagian depan juga ada beberapa sepeda motor serta banyak lagi barang-barang lainnya. Biasanya sih kebutuhan pokok yang susah didapatkan di pulau.

Perjalanan ditempuh sekitar 1 jam setelah sempat mampir sejenak di pulau indah Samalona untuk menurunkan penumpang. Beruntung karena hari itu lautan cukup tenang meski awan mendung bergelayut di atas Makassar. Kami merapat di dermaga Barrang Lompo sekitar pukul 12 lewat, tepat ketika masjid mengumandangkan adzan Jumat. Dermaga itu sudah berubah banyak, tidak lagi seperti dermaga yang saya ingat 11 tahun yang lalu ketika terakhir menyambangi pulau seluas kira-kira 49 hektar itu.

Kami menginap di Marine Centre punya fakultas kelautan UNHAS. Thanks to Daeng Nuntung sang presiden ISLA ( Ikatan Sarjana Laut ) UNHAS yang sudah memilihkan tempat yang bersih dan lumayan nyaman ini.

Barrang Lompo sendiri sebenarnya tidak bisa dibilang tertinggal. Untuk ukuran pulau yang berjarak satu jam dari daratan Makassar, Barrang Lompo penuh dengan jejak modernisasi. Belasan motor yang dimodifikasi menjadi moda transportasi utama dalam pulau, persis seperti gerobak bermesin. Rumah-rumah batu yang kelihatan megah dan mewah bertebaran di sana-sini, tanda kalau mereka tidak sepenuhnya tertinggal. Hanya saja listrik tidak tersedia 24 jam. Listrik hanya mengalir pukul 18:00 sampai 06:00 atau hanya 12 jam sehari.

Makan sianggg !!

Selepas sholat jumat dan makan siang dengan bekal masing-masing, Daeng Nuntung mengawal kami menuju sebuah pulau tak berpenghuni kira-kira setengah jam dari Barrang Lompo. Barrang Lompo memang bukan tujuan yang nyaman kalau ingin berenang, snorkling atau diving. Kondisi pulau yang ramai tidak menyisakan daerah yang nyaman buat aktifitas berlibur, jadinya kami harus mencari tempat lain.

Dengan kapal yang lebih kecil dan harga sewa Rp. 350.000,- yang dibayar patungan kami beranjak sekitar jam 14:00 siangm tujuannya pulau tak berpenghuni bernama Bone Batang. Matahari bersinar malu-malu, angin laut juga serasa menyegarkan. Sepanjang perjalanan, saya ?dan beberapa teman yang lain sengaja duduk di buritan menikmati debur ombak dan semilir angin laut. Wuihh, benar-benar menyenangkan.

Sepanjang perjalanan kami tertawa riang, saling mencela dan bertukar canda. Tawa kami makin membahana ketika kapal mulai merapat di pulau Bone Batang. Ternyata pulau tak berpenghuni yang dibilang daeng Nuntung itu tidak lebih dari sebuah gundukan pasir putih di tengah lautan. Panjangnya sekitar 150 meter dengan lebar sekitar 30an meter. Benar-benar sebuah onggokan pasir dengan beberapa bekas batang kayu. Kami tergelak, bayangan pulau tak berpenghuni yang ada dalam kepala kami benar-benar tidak sesuai dengan kenyataan.

Beginilah tampang pulau Bone Batang

Apa kami kecewa ? Ah tidak juga, malah dengan semangat rombongan berlompatan turun dari kapal, menaruh barang dan segera menceburkan diri ke air asin. Apalagi para anak-anak, wuihh..mereka semua tidak sabar untuk segera menikmati laut dari pesisir pulau kecil tak berpenghuni itu.

Sementara itu Bruno dan Caroline tanpa basa-basi segera meluncur jauh ke luar dengan snorklingnya. Daerah sekitar pulau Bone Batang sebenarnya lumayan untuk aktifitas snorkling, hanya saja memang harus berani agak jauh ke luar karena sekitar pulau airnya dangkal plus banyak bulu babi yang dijamin bisa bikin perih kalau menusuk kaki.

Kami bersenang-senang di sana sampai sekitar pukul 16:00 sore sebelum kembali ke pulau. Beragam aktifitas kami lakukan, berenang, snorkling, main pasir, dan tentu saja foto-foto. Rasanya belum puas, tapi bagaimana lagi kami harus kembali ke Barrang Lompo.

Bruno dan Caroline dengan kaos AM, courtesy ; Daeng Mappe

Tiba di Barrang Lompo, beberapa orang dari kami berinisiatif melihat-lihat keadaan sekeliling pulau. Capek jalan kaki kami mencoba naik odong-odong khas pulau Barrang Lompo. Jadi odong-odong ini adalah motor Kaisar yang bagian belakangnya dimodifikasi jadi seperti bemo. Ada kursi berhadap-hadapan yang mampu menampung sampai 9 orang penumpang. Yang luar biasa adalah odong-odong ini difasilitasi dengan dua buah speaker besar yang disambungkan ke handphone, sepanjang jalan mengalunlah beragam lagu yang bikin kami terpingkal-pingkal. ?Cerita ini akan saya tulis terpisah, sumpah sampe sekarang saya masih geli sendiri kalau mengingat kejadian itu.

Malam harinya selepas membersihkan badan dan makan malam seperti umumnya acara liburan kami menghabiskan waktu dengan bermain kartu dan ngobrol sampe jauh malam. Saya berangkat tidur sekitar jam 02:00 setelah capek bermain kartu. Pagi harinya kami sudah harus siap untuk kembali ke Makassar. Dalam sehari hanya ada satu pemberangkatan ke dan dari Makassar. Dari pulau berangkat jam 07:00 pagi dan balik ke pulau jam 10:00 pagi.

Matahari cerah pagi itu dan lautan juga tenang. Setelah satu jam perjalanan kami akhirnya kembali mendarat dengan selamat di Makassar. Rona kepuasan tergambar jelas di wajah para anggota rombongan, meski kurang dari 24 jam tapi family trip kali ini lumayan memuaskan. Semua tentu saja tidak lepas dari tangan cekatan Daeng Nuntung sebagai tuan rumah yang baik sehingga kami tidak sekalipun merasa repot harus mengurus ini-itu. Ah, terima kasih sekali lagi untuk pak presiden ISLA dan tentu saja untuk semua rombongan.

Lain kali, kita adakan lagi yaaa..masih banyak pulau dan tempat luar biasa di sekitar Makassar yang harus kita datangi. See you at the next trip guys..!!

Keterangan:

Biaya ke Barrang Lompo sebagai berikut : ongkos kapal Rp. 10.000/orang/sekali jalan. ?Biaya penginapan di Marine Centre UNHAS, Rp. 50.000 / orang ( satu kamar bisa memuat 4 orang ), biaya sewa kapal ke pulau Bone Batang Rp. 350.000 / kapal ( dibagi rata semua anggota rombongan ), Makan Malam RP. 20.000 / orang.

Lumayan murah, apalagi karena dibagi rata dengan 21 orang lainnya.