Berkah Di Awal Ramadhan

Jumat (13/8) saat membuka inbox di Gmail pandangan saya langsung tertuju pada 3 buah email dari Kompasiana, dua adalah komentar di halaman profil saya dan satu adalah komentar di postingan. Ketiga-tiganya berisi sama, sama-sama ucapan selamat karena tulisan saya terpilih sebagai terbaik ketiga di ajang Gempita Afsel 2010 yang diadakan kompasiana.com. Jelas hati saya langsung berbunga-bunga meski terus berusaha saya redam karena saya sendiri belum melihat pengumuman resminya.

Segera saya buka Kompasiana.com untuk mencari pengumuman resmi perihal kemenangan saya, tapi ke sana kemari saya tak kunjung ketemu pengumuman yang dimaksud. Saya mengirim email ke salah seorang teman yang sudah mengucapkan selamat tapi tak ada respon. Akhirnya saya meminta bantuan Mbah Google. Dengan mengetik keyword “pengumuman pemenang gempita Afsel 2010″ saya segera menemukannya. Pengumumannya memang baru terbit sehari sebelumnya, dan benar saja tulisan saya memang terpilih sebagai terbaik ketiga untuk kategori opini dan artinya saya berhak mendapatkan 1 unit HP Sony Ericsson.

Alhamdulillah, itu kata pertama yang saya ucapkan. Rasanya sungguh luar biasa. Inilah pertama kalinya saya berhasil menjadi pemenang untuk sebuah ajang lomba menulis dan hadiahnya juga sungguh berguna karena kebetulan pada saat yang sama HP saya memang sedang rusak karena kebodohan sendiri.

Tulisan saya yang terpilih adalah ” Ketika Singa Berhenti Mengaum “, tulisan ini saya buat sesaat setelah timnas Jerman berhasil menghentikan perjalanan Inggris 1-4. Saat itu saya sungguh terkagum-kagum dengan pola permainan anak asuh Joachim Loew sehingga saya tergerak untuk menuliskan tentang kehebatan mereka.

Tulisan ini sendiri memang saya buat dengan serius. Saya memulai tulisan dengan menceritakan sedikit tentang sejarah perang dunia kedua ketika Jerman (Barat) dan Inggris terlibat dalam pertarungan head to head dalam perang yang memang tercatat sebagai perang paling dahsyat hingga saat ini. Sedikit prolog tentang pertarungan Jerman (barat) dan Inggris di medan perang sesungguhnya mengawali tulisan tentang keberhasilan Jerman menghentikan langkah Inggris di Afsel 2010.

Kalau ada yang jeli melihat tulisan saya itu, mungkin akan bisa merasakan kalau model tulisan saya itu sedikit terilhami oleh model tulisan Rob Hughes. Rob Hughes adalah salah seorang kolomnis favorit saya. Saya sudah mulai membaca tulisannya yang rajin muncul di tabloid BOLA sejak pertama kali saya mengenal tabloid itu sekitar 20 tahun yang lalu. Saya suka gaya menulisnya yang kadang penuh dengan sindiran yang tajam dengan belokan yang kadang sukar untuk ditebak. Sebenarnya sudah beberapa kali saya mencoba menulis tentang sepakbola dengan mencontoh gaya menulis Rob meski tentu saja kualitasnya masih sangat jauh.

Sebenarnya sejak awal saya mengikuti sayembara Gempita Afsel 2010-nya Kompasiana ini karena saya yakin saya bisa menang meski itu urutan ketiga. Menulis dan sepakbola adalah dua hal yang paling saya gandrungi dan apa salahnya bila saya menggabungkan keduanya, siapa tahu saja saya sedang beruntung.

Piala dunia kemarin memang spesial untuk saya karena inilah pertama kalinya saya bertemu dengan piala dunia dalam kapasitas sebagai blogger. Piala dunia 2006 saya belum menjadi blogger sehingga ajang yang berlangsung di Jerman waktu itu tidak terbingkai dalam tulisan. Di Afsel 2010 gairah menulis saya memang meningkat tajam, selama sebulan penyelenggaraan Afsel 2010 saya sukses memproduksi? 10 tulisan yang berarti rata-rata 1 tulisan setiap 3 hari. Dan itu adalah prestasi tersendiri buat saya.

Selepas piala dunia saya sudah sempat lupa pada ajang Gempita Afsel 2010 itu. Tadinya saya mengira pengumumannya sudah keluar dan tulisan saya tidak termasuk sebagai yang terbaik. Jujur, saya sebenarnya tidak mengandalkan tulisan “Ketika Singa Berhenti Mengaum” itu, saya sebenarnya lebih mengandalkan tulisan ” Data dan Fakta Memilih Sang Juara” karena menurut saya tulisan itu lebih unik dan berbeda dengan banyak tulisan lain yang saya buat. Tapi, ternyata pilihan dewan juri berbeda dengan prediksi saya dan interval waktu 1 bulan dari akhir pengiriman tulisan dengan waktu rilis pengumuman mungkin sebagai bukti kalau dewan juri memang melakukan penilaian yang selektif dalam memilih para pemenang.

Sampai tulisan ini saya buat, rasa excited masih sangat terasa di dada. Ini pengalaman pertama mengikuti ajang lomba menulis dan pertama kalinya menjadi juara meski hanya juara ketiga. Rasanya memang sungguh luar biasa, sepertinya saya mulai ketagihan untuk ikut sayembara menulis lainnya. Kemenangan ini rasanya memang seperti sebuah berkah di awal Ramadhan 1431H yang belum lagi genap seminggu.

Alhamdulillah,sekali lagi rasanya saya harus mengucapkan kalimat itu karena ini memang sebuah berkah Ramadhan untuk saya.