Perjalanan Bersama Si Kecil

Traveling sendirian itu gampang, apalagi kalau bersama teman-teman yang se-geng. Tapi bagaimana kalau berjalan jauh bersama anak kecil?
Banyak orang yang membanggakan diri bisa traveling sendirian yang katanya lebih menantang daripada traveling bersama kawan, apalagi kawan yang sudah akrab dan punya banyak kesamaan. Tantangan traveling sendirian tentu lebih besar karena tidak ada orang lain yang bisa dijadikan gantungan. Tapi enaknya traveling sendirian juga besar karena bebas menentukan tujuan dan jadwal tanpa harus bentrok dengan tujuan dan jadwal teman yang lain.
Tapi bagaimana dengan traveling bersama anak kecil? Tantangannya tentu lebih besar lagi karena alih-alih dijadikan tempat bergantung, anak kecil malah bisa membebani kalau kita tidak tahu cara menanganinya. Harus dimaklumi karena di usia mereka, kemampuan memang masih sangat terbatas dan kitalah orang dewasa yang jadi tempat bergantungnya.
Pertama kali traveling berdua dengan anak kecil saya lakoni sekitar tahun 2009. Ketika itu saya dan si sulung, Nadaa melintasi Jawa Tengah ke Jawa Timur dan kemudian menyeberang ke Makassar. Berawal dari Semarang, dengan perjalanan darat ke Surabaya sebelum lanjut dengan pesawat ke Makassar. Usia Nadaa waktu itu baru 5 tahun lebih, belum terlalu besar tapi sudah tidak merepotkan.
Nadaa mungkin memang punya darah pengembara. Baru 40 hari lebih dia sudah kami bawa dari Semarang ke Makassar lewat darat via Surabaya dengan menumpang bus. Meski masih merah, tapi perjalanan panjang itu tidak membuatnya rewel. Rewelnya baru terasa ketika tiba di rumah, kata ibu tukang pijat bayi dia kecapean dan ada ototnya yang kaku.
Berikutnya ada beberapa perjalanan lagi yang dia lakoni, termasuk menyeberang dengan kapal laut ke Surabaya kemudian dilanjutkan dengan bus ke Semarang. Hebatnya lagi, di atas bus yang padat menjelang lebaran itu Nadaa bisa tidur dengan nyenyak di lantai hanya beralaskan selimut. Pokoknya Nadaa bukan tipe anak yang manja. Dia juga sudah beberapa kali ikut trip-trip bersama Anging Mammiri ke pulau dan ke gunung. Kekurangannya hanya karena dia gampang muntah di atas mobil kecil, khususnya yang berpendingin ruangan dan dibumbui bau pewangi.
Berbeda dengan Nadaa, si kecil Hilmy yang tahun ini hampir berumur 5 tahun agak sedikit manja dan tidak sekuat kakaknya. Dia juga sudah beberapa kali ikut jalan jauh, bahkan di usia 2 tahun pernah jalan berdua bundanya dari Semarang ke Makassar. Hanya saja waktu itu mereka menumpang pesawat, tidak lewat darat meski tetap saja ada kerepotan yang mewarnai perjalanan mereka.
Berawal Dari Kebumen.
Kali ini untuk pertama kalinya saya mengawal mereka berdua dalam perjalanan panjang dari Kebumen ke Makassar. Dari awal saya sudah yakin kalau mereka pasti bisa. Nadaa sudah 9 tahun, sangat bisa diandalkan untuk ikut menjaga adiknya. Sementara Hilmy meski agak ringkih sesungguhnya adalah anak manis yang tidak merepotkan.
Senin, 25 Juni perjalanan dimulai dari stasiun kereta api Kebumen. Jarum jam menunjukkan pukul 23:30 ketika kereta api Mutiara Selatan jurusan Bandung-Surabaya masuk ke stasiun di kota kecil selatan pulau Jawa itu. Hanya ada kami bertiga yang berangkat dari stasiun Kebumen malam itu.
Di atas keretapun mereka masih tetap bercanda meski jarum jam sudah menyentuh pukul 00:00 dinihari. Perlahan mereka baru bisa tidur ketika kereta berjalan dua jam kemudian. Perjalanan masih jauh, ini baru awal. Hilmy tidur di kursi sementara kakaknya tidur sambil duduk dan bersandar ke dinding. Si kecil aman, dia tidur pulas sampai Surabaya sementara kakaknya berkali-kali terbangun karena posisinya yang tidak nyaman.
Kapan Pesawatnya Berangkat?
Sekitar 30 menit berikutnya kami akhirnya tiba di Juanda. Karena waktu masih sangat panjang, kedua anak itu saya geret ke gerai makanan cepat saji untuk sarapan. Nadaa mengeluh perutnya sakit, mungkin masuk angin. Sementara itu Hilmy tetap ceria dan segar, dia bahkan tidak sabar ingin bermain game di tab yang kami bawa. Dasar anak kecil, sejak di atas kereta dia sudah bertanya kapan dia bisa main game.
Selesai makan kami bersantai dulu di area dekat gerai makanan cepat saji itu. Mereka berdua menikmati permainan di tab sementara saya meluruskan punggung karena semalaman tidak sempat tidur dengan nyenyak. Waktu bergerak lambat menuju jam 11, meski asyik bermain game mereka tetap saja bertanya jam berapa pesawat berangkat?
Menjelang jam 9 kami akhirnya masuk ke dalam bandara, sempat menunggu lama sebelum konter check in Air Asia buka. Sekali lagi mereka berdua masih saja terus bercanda dan sama sekali tidak nampak kelelahan. Justru saya yang mulai sakit kepala. Canda tawa mereka terus berlanjut hingga ke ruang tunggu. Mereka bahkan sangat gembira ketika akhirnya panggilan untuk naik ke pesawat menggema.
Nadaa dan Hilmy baru terkapar ketika kami meninggalkan bandara menggunakan bus Damri meski Hilmy terus berkata kalau dia tidak ngantuk. Hanya beberapa menit mereka tertidur di atas bis karena kami sudah harus turun. Perjalanan panjang itu diakhiri dengan bentor yang membawa kami ke rumah. Rasanya lega begitu menjejakkan kaki di rumah yang agak kotor setelah ditinggal seminggu lebih.
Mungkin saran saja bagi yang ingin bepergian bersama anak kecil, tab atau benda apa saja yang punya permainan sangat efektif untuk membuat mereka tetap bersemangat dan tidak bosan dalam perjalanan.
Beberapa minggu ke depan, perjalanan panjang bersama mereka berdua akan kembali saya jalani. Kali ini lebih sulit karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. Mudah-mudahan saja semuanya lancar seperti perjalanan kemarin. [dG]
Tips Perjalanan Bersama si Kecil.
Berikut ini saya akan coba memberikan tips memulai perjalanan bersama si kecil, tips yang saya ambil dari pengalaman beberapa kali berjalan bersama si kecil.
Pastikan si kecil berada dalam sehat. Ini penting, karena jika mereka tidak sedang dalam keadaan sehat maka bisa dipastikan perjalanan tidak akan bisa mereka nikmati.
Pelajari rute perjalanan Anda dan buat perencanaan yang matang. Ini menyangkut moda transportasi yang akan digunakan, waktu perjalanan dan waktu menunggu. Jika perlu buatkan perencanaan detail hingga ke menit-menitnya serta rencana apa yang akan Anda lakukan dalam perjalanan tersebut.
Bawa satu tas khusus berisi kebutuhan si kecil. Jika dia masih membutuhkan popok misalnya, tempatkan dalam tas khusus yang gampang diambil kapan saja dibutuhkan. Jangan lupa juga membawa obat-obatan yang mungkin berguna untuk di kecil. Saya tidak pernah melupakan setidaknya satu botol kecil minyak kayu putih dan beberapa sachet obat anti mabuk.
Siapkan makanan kecil dan minuman ringan untuk si kecil. Dalam perjalanan panjang, makanan kecil dan minuman serta permen terbukti sukses membuat mood mereka terjaga.
Bila perlu siapkan mainan, analog maupun digital. Kadang kala mereka bosan karena terlalu lama di perjalanan atau terlalu lama menunggu, mainan bisa membantu mereka tetap ceria.
Satu hal yang paling penting, pastikan diri Anda siap baik secara fisik maupun mental. Kalau Anda sendiri tidak yakin maka sebaiknya hindari bepergian bersama si kecil, apalagi kalau Anda hanya satu-satunya orang dewasa yang menemani mereka.
…
wiken kmrn juga ngajak 2 keponakan belajar kemping, nanti ya aku ceritain 🙂
Wogh lumayan lama di Surabaya ya.. Waahh sayang aku ndak tau, kalo tau bisa ketemu lagi 🙁
Etapi transportasi dari Gubeng ke Bungurasih (sebelum naik damri ke Juanda) selain taxi ada juga bis kalo ndak salah info. Atau naik KRL dari Gubeng ke Waru. Nah dari Waru ke Bandara sudah dekat naik taxinya, jadi mualnya Nadaa mungkin sedikit terkurangi. 😀
mantap Daeng..
Bapak yang tangguh, baik hati…
travel ini adalah bukti cinta bapak pada alam, pada perjalanan dan pada keluarga..
keren..,
Ooh masih ada lanjutannya. Yang ke MIWF itu ya? Sy belum pernah ke kids corner MIWF. Yang kemarin itu hujan waktu bapaknya mau keluar menjemput saya di Rotterdam. PAdahal Athifah rencananya mau diajak liat Kids Corner, mana dilarang sama kakek-neneknya pula. KAlo ngotot bisa bertengkar dengan keduanya 😀