Kesan Tentang Tokyo
Meski hanya tiga malam di Tokyo, tapi kota ini meninggalkan beberapa kesan mendalam. Berikut adalah kesan saya pada Tokyo.
Kota pertama di Jepang yang kami nikmati adalah Tokyo. Ini sepertinya hal yang sangat umum dilakukan oleh para wisatawan, karena Tokyo – dan Osaka – adalah gerbang utama masuk ke Jepang untuk para pengunjung dari luar Jepang. Kebetulan kami mengambil rute turun di Tokyo dan nanti akan balik dari Osaka.
Kami menghabiskan tiga malam dua hari di Tokyo, memang tidak terlalu lama tapi cukup meninggalkan kesan buat saya. Ada beberapa hal yang sangat membekas buat saya dari pengalaman di Tokyo ini. Kesan itu adalah:
Rapi dan Bersih
Sebagian besar orang sudah tahu bagaimana freaknya orang Jepang kalau bicara soal kebersihan, dan ini akhirnya saya lihat sendiri. Sekujur Tokyo terlihat sangat rapi dan bersih. Semuanya seperti dipikirkan benar-benar dan membuat manusia yang berjalan atau hidup di kotanya jadi sangat nyaman. Berjalan di trotoar Tokyo terasa sangat dimanjakan, termasuk ketika harus sambil menggeret koper. Meski jalan jauh, tapi rasanya tidak bikin capek. Ya ini juga termasuk udara yang sejuk di awal musim gugur.
Trotoar lebar dan nyaman, sungai bersih, tidak ada sampah berserakan. Padahal mencari tempat sampah di Tokyo tergolong sulit. Tempat sampah tidak bertebaran di mana-mana, tapi jalanannya bersih. Ini yang mengherankan, buat saya. Koq bisa ya mereka tetap bersih padahal tidak ada tempat sampah? Memang sih di sedikit titik ada juga orang nakal yang membuang sampah sembarangan, tapi tidak banyak dan tidak mengganggu.
Bicara soal rapi, saya juga sempat melewati beberapa titik yang sedang dibangun atau direnovasi. Baik itu bangunan, jalan, atau stasiun. Dan tidak ada sampah sama sekali! Pembangunan itu biasanya ditutup dengan semacam jaring agar sampahnya tidak menggangu jalanan atau orang lain. Benar-benar dipikir sampai segitunya.
Suka Antre
Orang Jepang juga sangat senang mengantre. Kita bisa menemukan dengan mudah orang-orang yang berdiri mengantre. Entah ketika akan masuk lift, naik ke kereta, apalagi di depan toko atau restoran. Semuanya antre!
Orang-orang Jepang senang sekali mengantre dengan sabar. Tidak ada adegan saling menyikut atau dulu-duluan. Pokoknya mereka sabar di belakang orang yang sudah lebih dulu berdiri.
Di pintu kereta, mereka akan membiarkan orang yang mau turun dulu sebelum satu per satu naik ke atas kereta. Benar-benar rapi dan sabar. Ini pemandangan yang kadang sulit saya temui di Indonesia.
Tenang
Meski padat dan ramai, tapi orang Jepang sangat menghargai privasi orang lain. Salah satunya adalah dengan menjaga suasana tetap tenang. Ini bisa terlihat di atas kereta. Semua penumpang sibuk dengan urusannya masing-masing, mereka yang mau mengobrol pun akan mengobrol dengan suara kecil menjurus berbisik.
Ada momen ketika Mamie harus menerima telepon di atas kereta, dan seperti kebiasaan di Indonesia, dia dengan santainya mengobrol di telepon meski suaranya tidak terlalu keras. Seorang pria Jepang di depannya terlihat tidak nyaman dan langsung meng-hussh Mamie, memberi tanda untuk tidak ribut. Padahal untuk standar Indonesia, suara Mamie tidak terlalu ribut.
Pokoknya suasana sangat tenang. Tidak ada adegan orang ngobrol keras-keras, bapak-bapak nonton YouTube dengan speaker, atau orang yang video call dengan speaker.
Transportasi Umumnya Nyaman
Jepang juga terkenal dengan transportasi umum yang nyaman dan sangat terkoneksi. Ini bisa kami rasakan di Tokyo. Sangat mudah untuk ke mana-mana karena ada kereta yang tersambung ke banyak titik di Tokyo. Kita tinggal jalan ke stasiun yang biasanya tidak berjauhan, mungkin hanya terpisah 1 atau 2 kilometer antar stasiun.
Di stasiun juga kita tidak perlu kuatir ketinggalan kereta, karena 5 menit kemudian akan ada kereta lain yang datang. Pokoknya nyaman sekali. Pada akhirnya memang kita tidak akan terpikir untuk beli kendaraan sendiri, apalagi mobil karena konon pajak tahunan dan biaya parkirnya dalam setahun akan sama dengan harga mobilnya. Jadi lebih mending ke mana-mana pakai kereta saja.
Karena sudah terkoneksi dengan baik jadi kita juga tinggal bertanya ke Google Maps dan Google Maps akan memberikan beberapa pilihan jalur kereta. Sisanya kita tinggal mengecek di papan informasi, jalur mana yang akan dipilih. Memang kadang menantang juga membaca papan informasi yang berisi bahasa Jepang dan Inggris. Bukan sekali-dua kali kami sempat kebingungan di stasiun, apalagi di stasiun besar dan ramai. Biasanya kesulitan kami adalah mencari platform yang tepat atau mencari jalan keluar stasiun.
Tertib di Jalan
Masih terkait jalan. Saya sungguh kagum melihat bagaimana orang Jepang – bukan hanya Tokyo – yang sangat tertib di jalan. Mereka tidak akan mencuri jalur seenaknya hanya karena jalur itu kosong misalnya. Para pejalan kaki juga sama. Mereka tidak akan menyeberang jalan sebelum lampu penyeberangan berwarna hijau. Padahal jalanan kosong melompong, tidak ada mobil yang lewat.
Supir mobil pun sama tertibnya. Di persimpangan mereka akan berhenti sejenak, melihat kanan-kiri, memastikan jalanan kosong sebelum berbelok. Ketika melihat orang akan menyeberang di jalanan yang tidak punya lampu penyeberangan, mobil akan berhenti dan memberi jalan pada orang yang akan menyeberang. Kalau semua sudah menyeberang, barulan mobil itu melanjutkan perjalanan. Benar-benar seperti memanusiakan pejalan kaki.
Vending Machine di mana-mana
Sebelum ke Jepang saya sudah tahu kalau mereka memang sangat maniak pada vending machine atau mesin jual otomatis. Utamanya mesin jual otomatis berisi minuman. Dan ini benar-benar banyak di mana-mana. Di stasiun, di pinggir jalan, bahkan di daerah yang tidak ramai seperti jalanan perumahan.
Mesin jual otomatis ini sangat membantu kita untuk membeli minuman saat haus. Tidak perlu masuk ke supermarket, cukup mampir ke mesin jual otomatis, masukkan koin dan minuman yang kita butuhkan akan keluar. Ini jadi salah satu kegiatan favorit saya selama di Jepang.
Bangunannya Sempit
Tokyo termasuk kota yang padat, salah satu kota terpadat di dunia. Ini berpengaruh kepada luasan bangunan tempat tinggal yang ada di Tokyo. Karena sempitnya ruang yang tersedia jadi semua bangunan dibuat seefisien mungkin dengan memanfaatkan ruang yang ada. Ini termasuk hotel yang kami tempati.
Meski nyaman, tapi kamar hotel yang kami tempati mungkin hanya sekitar 3×5 meter saja. Itu sudah termasuk kamar mandi dan tempat tidur. Sangat sempit untuk dua orang, belum lagi barang bawaan kami. Gerak sedikit pasti akan bersenggolan, atau minimal ada barang yang tersentuh. Kaki terantuk meja atau ranjang bukan hal yang aneh. Saking sempitnya. Katanya memang seperti itu tipikal bangunan di Tokyo. Di Hiroshima kami dapat hotel yang kamarnya lumayan besar, hampir sama dengan hotel-hotel biasa di Indonesia.
*****
Itulah beberapa kesan yang saya dapatkan tentang Tokyo. Memang hanya beberapa hari di sana, tapi kesan itu sangat terasa. Tokyo memang kota yang sangat padat dan ramai dengan orang-orang yang serasa terus bergegas. Suasana itu sangat terasa di stasiun, utamanya di pagi hari. Hampir tidak ada orang yang berjalan santai, semua bergegas. Tapi di balik semua ketergesa-gesaan itu, Tokyo tetap terasa nyaman. Apalagi daerah Ryugoku tempat kami menginap 2 malam. Sangat berkesan. [dG]