Melihat Wartawan Hiburan Bekerja
Dulu orang mencari tahu berita selebritis dari media massa. Sekarang semua berubah sejak media sosial merajalela.
Gosip artis atau pesohor nampaknya sejak dulu sudah jadi kesukaan banyak orang. Kehidupan mereka yang terlihat bergelimang popularitas dan harta mengundang ketertarikan banyak orang. Banyak yang menyukai mereka, dan kemudian tertarik untuk tahu lebih banyak tentang kehidupan mereka. Baik sebagai bahan yang menginspirasi, maupun sekadar bahan berbagi cerita dengan sesama penggemar.
Makanya sejak dulu saluran gosip pesohor selalu ada dan laku. Dari zaman tabloid, majalah dan surat kabar, sampai zaman televisi dan sekarang zaman digital. Tahun 1980an yang saya tahu ada tabloid Monitor yang isinya lebih banyak mengupas kehidupan pesohor tanah air. Lalu koran-koran selalu punya halaman khusus membahas kehidupan para pesohor.
Ketika zaman televisi swasta mulai hidup, acara yang khusus membahas kehidupan pesohor juga ikut hadir. Ada Buletin Sinetron, Cek dan Ricek, sampai acara seperti Gosip, Silet, Ceriwis, dan banyak lagi. Acara ini khusus membahas tentang kehidupan pesohor tanah air, lengkap dengan gosip-gosip panas seputar kehidupan pribadi mereka.
Terus, ketika zaman digital mulai datang maka akses ke kehidupan para selebritis itu semakin mudah. Para penggemar tidak perlu lagi menunggu berita di koran, majalah, tabloid, atau televisi untuk tahu para idola mereka sedang ngapain. Toh mereka sudah bisa melihat langsung kegiatan idola mereka lewat akun-akun media sosial. Sebagian besar pesohor Indonesia punya akun media sosial. Baik itu Twitter, Instagram, ataupun YouTube.
Rasa penasaran penggemar semakin mudah terpuaskan. Bahkan sekarang pun sudah ada akun yang mendedikasikan diri untuk mengulik kehidupan pribadi atau gosip seputar kehidupan pesohor. Salah satunya yang terkenal ya akun Lambe Turah.
Berubahnya Pola Kerja Wartawan Hiburan.
Perubahan zaman ini membuat pola kerja wartawan hiburan juga berubah. Mereka dulu adalah ujung tombak berita tentang pesohor atau selebrita. Mereka yang mengulik dan menguak beragam berita tentang selebrita lalu menjabarkannya ke penggemar. Kadang setajam silet. Sekarang, mereka tidak terlalu berperan lagi. Toh penggemar bisa melakukannya sendiri. Nyaris tidak ada info baru yang bisa disampaikan oleh wartawan hiburan.
Lalu polanya kemudian berubah.
Wartawan hiburan tidak lagi bersusah payah mengejar selebrita untuk mendapatkan berita-berita baru. Mereka juga ikut bersama para penggemar, memantau akun media sosial para selebrita tanah air. Melihat tren yang sedang ramai, lalu mengolahnya menjadi berita. Ini termasuk melihat dan memantau komentar-komentar para warganet. Dari komentar itu kadang ada saja hal yang bisa diolah menjadi berita. Meski tidak semuanya benar-benar baru.
Memang tidak semua wartawan hiburan zaman now seperti itu. Masih ada wartawan hiburan yang mau atau punya akses untuk memberikan informasi baru seputar kehidupan selebrita. Biasanya yang berkaitan dengan karya mereka. Tapi sepertinya lebih banyak yang memilih jalan pintas, memantau media sosial dan menyarikan berita dari sana.
Termasuk baru-baru ini ketika Vincent Rompies akhirnya mau meladeni wawancara YouTube. Ini pertama kalinya mantan basis band Club 80’s ini mau diwawancara di kanal YouTube. Mungkin karena pewawancaranya adalah Soleh Solihun. Salah satu teman klub motornya, sama-sama penggemar musik, dan sudah kenal cukup lama. Vincent bahkan mengaku dia menerima tawaran Soleh Solihun untuk diwawancara karena dia tahu kalau kanal YouTube Soleh tidak bisa diuangkan, alias tidak ada iklannya.
Vincent Ryan Rompies ini termasuk salah satu pesohor yang tidak mau terlalu banyak mengekspos kehidupan pribadinya. Dia tipe orang yang tertutup bila berbicara soal keluarganya. Di akun-akun personalnya, nyaris tidak ada foto dia bersama istri dan anaknya. Kalaupun ada, itu dari kejauhan dan tampak belakang. Itu juga yang jadi alasan banyak orang sulit memintanya untuk tampil dalam wawancara yang tidak berhubungan dengan pekerjaannya.
Hanya Soleh Solihun yang berhasil. Setidaknya sampai hari ini.
Wawancara Vincent dengan Soleh Solihun langsung diminati banyak orang. Dalam waktu 24 jam video berdurasi 1 jam 50 menit itu dilihat orang sebanyak 1,2 juta kali. Jumlah yang cukup fantastis. Di media sosial Twitter, perbincangan tentang wawancara itu dan isinya pun sempat menjadi topik yang ramai dibicarakan. Trending topic.
Nah keramaian itulah yang kemudian mengundang banyak wartawan media daring yang berlomba-lomba mengolahnya menjadi berita. Kisah-kisah dari wawancara itu dipotong-potong dalam tema-tema berbeda lalu ditayangkan di media daring. Ada kisah tentang alasan Vincent keluar dari band Club 80’s, ada kisah tentang kedekatannya dengan Desta, sampai kisah tentang anak-anaknya.
Di tayangan acara Tonight Show tanggal 5 Februari 2020, Vincent dengan jelas mengutarakan kekesalannya. Dia kesal karena tayangan wawancara itu dijadikan “cemilan” oleh media daring yang halamannya berisi iklan. Mungkin dia merasakan itu sebagai komersialisasi dari kisah hidupnya. Padahal salah satu alasan dia mau melayani wawancara dengan Soleh Solihun karena tidak adanya iklan di kanal YouTube Soleh Solihun. Tidak ada keuntungan finansial di sana.
Satu hal lagi yang dibenci Vincent adalah ketika ada orang yang memotong-motong wawancara itu dan menggabungkannya dengan foto anaknya, lalu ditayangkan di YouTube.
“Kalau gua biar jadi tanggung jawab gua. Anak-anak gua punya hak untuk tidak ditayangin di manapun,” katanya dengan nada kesal.
Jelas dia sangat kesal karena selama ini dia sudah dikenal sebagai orang yang sangat menjaga privasi keluarganya.
Soalan media yang menguliti privasi para pesohor bukan hal baru sebenarnya. Sudah banyak sekali kasus seperti ini. Bahkan di Amerika Serikat sering kali berbuntut pada perselisihan di meja hijau ketika ada selebrita yang merasa tidak suka dengan cara wartawan menguak privasinya.
Pola kerja wartawan hiburan boleh berubah, tapi kebiasaan buruk melompati pagar privasi seorang selebrita ternyata tetap awet.
*****
Begitulah, ketika zaman berubah maka cara kerja wartawan pun berubah. Sebenarnya bukan hanya wartawan hiburan saja, tapi kita fokus di sana dulu. Wartawan hiburan diuntungkan dengan menjamurnya pesohor yang punya akun media sosial. Mereka hanya perlu memantau media sosial untuk bisa mendapatkan berita baru yang sebenarnya tidak baru. Dalam kasus Vincent Rompies, mereka tinggal menambahkan dengan unsur lain yang mereka kira bisa membuat berita itu semakin menarik, tapi aslinya justru membuat kesal sang subjek.
Kalau saya pikir-pikir, enak juga kerja mereka. Cuma memantau media sosial saja sudah bisa menjadi satu berita. Tidak perlu lagi mengejar-ngejar sang artis seperti wartawan hiburan zaman dulu. [dG]
Iya sih, bbrpkali lihat temen wartawanku begitu. Mereka bahkan tinggal comot² aja dari IG pesohor. Melihat kasus pemberitaan Vincent itu sih udah gak pake etika ya. Wartawan itu gak merasa berdosa menulis berita tanpa wawancara langsung. Hadeuh kalah deh rangorang yg suka ngupingin gosip di pos ronda
Lucu juga sih Daeng kalau kebetulan baca berita seleb yang isinya cuma menceritakan ulang wawancara di YouTube. Iya kalau tulisannya bagus, lha kalau berantakan? Hahaha
mau nonton video itu ah.. sepertinya seru daeng..
Sepertinya ini mirip dengan waktu deddy c wawancara salah satu tamunya. Semua media daring mengambil informasi dari sana. Itupun diambil yang menurutku klikbait. Media daring lebih mencari hal-hal klikbait demi visitor dan secara tidak langsung mendulang pundi-pundi.
Ada juga di koran lokal, mereka memantau grup FB. Setelah ada kiriman TS, dia menulis di portalnya dengan foto dan deskripsi yang sama. dikasih tambahan, info dari grup bla bla ba.
media hiburan sekarang banyak yang lari ke platform IG atau Youtube. beberapa informasi juga lebih cepat tersebar di dua kanal tersebut. di satu sisi, konsumen juga masih suka dengan ulasan semacam itu, maka tak heran wartawannya pun melakukan “lu jual gue beli” demi saling mengisi kebutuhan.. ?