Oh Blackberry, Riwayatmu Kini.

Blackberry
Blackberry

“Tahun 2013 sudah mau habis, masih pakai Blackberry?”

Saya pertama kali mendengar nama Blackberry pada kisaran tahun 2006. Awalnya dari sebuah iklan televisi sebuah provider yang dibintangi oleh Ferdy Hasan. Lelaki tampan beralis tebal ini tampak menikmati hidupnya dengan gaya jet set. Blackberry jadi pelengkap untuk aktifitasnya yang padat. Kala itu Blackberry memulai terobosan baru dengan menyediakan perangkat elektronik yang bisa digenggam dengan kemampuan yang setara komputer rumahan.

Teman-teman di kantor sempat membincangkan produk baru ini meski belum seorangpun yang memilikinya. Pertama kali melihat langsung produk ini sekisar setahun kemudian, tepatnya digenggam oleh beberapa rekan blogger yang baru saja saya kenal. ?Sampai di sini perkembangan Blackberry masih tergolong lambat. Hanya mereka yang benar-benar merasa perlu dan tentu saja punya uang lebih yang bisa memilikinya. Sisanya masih belum tertarik.

Sampai kemudian popularitas produk buatan Kanada ini makin lama makin meningkat tajam. 2 tahun kemudian teman-teman sales di kantor lama saya mulai menggenggam Blackberry. Terima kasih kepada kantor yang waktu itu berkenan memberi mereka hadiah atas keberhasilan mereka mencapai target. Kenapa Blackberry? Tentu saja karena popularitasnya yang makin meningkat ditambah asumsi kalau perangkat canggih itu bisa membantu usaha mereka menjual produk perumahan.

Saya sendiri baru memegang perangkat ini sekira akhir tahun 2010. Sebuah lomba blog menempatkan saya sebagai pemenang kedua yang berhak atas Blackberry Curve Gemini 8520. Sampai sekarang BB ini masih hidup meski sudah berpindah tangan dan mulai sakit-sakitan. Kala itu saya senang luar biasa, maklumlah saya belum mampu untuk membeli sendiri sementara sekitar saya hampir semua teman sudah menggenggam BB. Sebelum punya BB sendiri saya kadang hanya melongo ketika mereka asyik bercerita kabar atau gosip yang malam sebelumnya beredar lewat grup BB.

Mulai tahun 2010 itu BB menurut saya memang mulai jadi incaran banyak orang. Ada yang memang membutuhkan semua fungsi dan fiturnya tapi ada juga yang membelinya memang hanya karena ingin masuk dalam sebuah lingkup pergaulan. Karena popularitasnya yang tinggi, Blackberry memang jadi aikon pergaulan dan status sosial. You are not gaul enough when you can’t answer this question: Pin BB kamu berapa?. Mungkin seperti itulah.

Saya tahu kalau memang banyak orang yang punya BB tanpa mengerti fungsi dan fiturnya, kecuali tentu saja fitur standar seperti SMS, telepon, memotret, BBMan dan sedikit Facebookan. Saya terhenyak ketika suatu hari seorang teman kantor yang sudah setahun lebih memegang Blackberry Bold mendatangi saya.

“Pak, ternyata BB ini bisa ngirim email ya?” Tanyanya ketika itu. Sumpah! Saya hampir jatuh terjengkang dari kursi saya ketika mendengar pertanyaannya. Jadi selama hampir setahun ini BB seharga 3 jutaan itu hanya dipakai untuk apa saja? Sial!

Saya yakin banyak orang lain yang nasibnya sama seperti teman saya. Pegang Blackberry hanya karena teman-temannya pakai dan dia mampu untuk ikut membeli aikon status sosial itu. Beberapa lainnya mungkin lebih parah, memaksakan diri untuk bisa kelihatan mampu.

Popularitas menurun.

Dan kemudian Blackberry benar-benar berubah seakan menjadi satu lambang kemampuan dan kemakmuran orang Indonesia. Menurut majalah CHIP bulan Juni 2013, pengguna Blackberry di Indonesia diperkirakan sudah berjumlah 15 juta orang atau sekitar 18% dari total pengguna Blackberry di seluruh dunia. Indonesia juga menjadi salah satu dari 5 negara pengguna Blackberry terbesar di dunia. (sumber)

Grafik pengguna BB di Indonesia

Karena massifnya pengguna Blackberry, maka perlahan eksklusifitas perangkat ini juga mulai menurun. Bila dulu penggunanya hanya mereka yang berasal dari kelas eksekutif berdasi atau ibu-ibu pejabat maka perlahan-lahan penggunanya meluas. Kalangan pekerja, anak sekolah, ibu rumah tangga hingga pegiat sektor informalpun ikut menenteng Blackberry. Akibatnya muncul perilaku yang makin beragam, termasuk kebiasaan-kebiasaan menyebarkan pesan tidak penting dan hoax melalui Broadcast Message. Belum lagi kebiasaan nge-PING sebelum bertanya: apa kabar?

Seperti pasar, ketika keriuhan makin terasa maka rasa jengah perlahan muncul. Satu persatu orang mulai mengeluh tentang perilaku pengguna yang mulai sangat beragam dan kadang tidak beretika. Di saat yang sama ponsel pintar berbasis android mulai menyerbu Indonesia. Ponsel dengan operating system yang baru ini rupanya menarik perhatian orang. Satu persatu pengguna Blackberry mulai berselingkuh, memegang Blackberry di satu tangan dan mengelus ponsel android (atau iPhone) di tangan lain.

Beberapa dari mereka bahkan terang-terangan meninggalkan Blackberry sambil sesekali menyelipkan cibiran pada perangkat yang pernah mereka akrabi itu. Perkembangan android dan kecanggihan beragam perangkatnya membuat Blackberry mulai terlihat usang dan tidak menarik. Seperti pesohor yang popular, pembenci atau haters pasti ada. Begitu juga Blackberry, ketika popularitasnya berada di puncak, para pembencinya juga mulai berderet. Ketika popularitasnya menukik ke bawah, para pembencinya makin banyak dan tentu makin riuh bersorak.

Sebentar lagi 2013 akan berganti dengan 2014, popularitas Blackberry makin merosot tajam bahkan muncul berita kalau perusahaan induknya mengalami kebangkrutan dan siap untuk dijual. Pengguna Blackberry di Indonesiapun menurun kalau tidak mau dibilang stagnan. Mereka yang mampu mulai beralih ke perangkat lain berbasis android atau iOs, sisanya memang masih bertahan dengan Blackberry. Saya sendiri sudah beberapa bulan ini benar-benar meninggalkan perangkat Blackberry setelah sebelumnya secara perlahan menghapus ketergantungan pada BB.

Di balik semua sindiran dan caci maki terhadap perangkat satu ini, Blackberry harus diakui pernah menjadi bagian penting budaya orang Indonesia. Ada masa ketika sebagian warga Indonesia menganggap Blackberry adalah bagian dari kehidupan mereka, seperti mereka membutuhkan pakaian dan makan. Ketika suatu hari nanti Blackberry benar-benar hilang dari muka bumi maka ingatlah kalau mungkin Anda juga pernah menjadi bagian dari cerita panjangnya, menjadi salah satu penggunanya. [dG]