Dan Berakhirlah Masa Gondrong Itu

Ketika Masih Gondrong

 

Saya tidak akan memotong rambut sampai gelaran Blogger Nusantara 2012 selesai!

Itu kalimat yang saya twitkan setelah Makassar resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Blogger Nusantara 2012 dan saya ditunjuk sebagai ketua panitia. Kaul itu muncul begitu saja tanpa ada perencanaan atau maksud tertentu. Kebetulan saya juga baru saja resign dari pekerjaan kantor sehingga tentu lebih gampang jika ingin memanjangkan rambut. Toh saya juga sudah lama tidak merasakan berambut panjang.

Terakhir saya merasakan rambut yang lumayan panjang sekitar tahun 2004. Waktu itu kebetulan saya bertugas di lapangan, jauh dari kantor sehingga punya kesempatan untuk menunda memotong rambut. Memang rambut saya tidak lantas jadi panjang seperti yang terakhir ini, tapi lumayan gondrong untuk ukuran karyawan kantor.

Setelah mengucap janji di twitter bulan Januari 2012 itu, maka mulailah masa-masa menjaga rambut agar tidak sampai terkena gunting cukur. Bukan pekerjaan gampang, utamanya ketika rambut berada pada masa tanggung. Pendek tidak, gondrong tidak. Pada masa itu rasanya sudah mulai muncul keinginan untuk memotong rambut, minimal memendekkan. Tapi saya tidak mungkin mengingkari janji yang sudah saya twitkan dan dibaca ratusan follower saya di twitter.

Merawat rambut itu bukan pekerjaan mudah. Selain godaan dari gunting cukur saya juga harus memberi perhatian ekstra pada rambut, utamanya dalam hal mencuci rambut agar tidak bau dan lepek. Otomatis pengeluaran untuk shampo juga bertambah. Paling tidak setiap hari rambut harus selalu dicuci dengan shampo agar jangan sampai bau.

Proses memanjangkan rambut juga memberi kesenangan tersendiri utamanya ketika pertama kali rambut bisa diikat di belakang dengan rapih. Itu saya anggap sebagai tanda kalau saya benar-benar bisa dikategorikan orang berambut gondrong.

Dan kemudian gelaran Blogger Nusantara selesai dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Awalnya saya berniat menggelar acara potong rambut sebagai syukuran acara di malam mimbar bebas. Sayangnya waktu tidak memungkinkan. Rencana itu saya ganti dengan mengundang semua teman-teman panitia dan volunteer untuk memotong rambut saya selepas acara Blogger Nusantara. Kembali rencana itu mentah karena kebetulan teman-teman sudah terlalu capek selepas acara.

Baiklah, rencana kita ganti.

Saya memang berniat untuk memotong rambut selepas Blogger Nusantara, minimal sebagai tanda syukur dan menuntaskan kaul. Saya juga berencana melibatkan teman-teman dari Anging Mammiri untuk prosesi ini, karena merekalah bahan bakar murni untuk semangat saya dalam beberapa tahun terakhir ini.

Karena pertimbangan itu akhirnya saya kemudian memilih memotong rambut tepat di hari ulang tahun komunitas kesayangan saya, Anging Mammiri. Anging Mammiri dan semua orang yang ada di dalamnya adalah bagian penting kehidupan saya beberapa tahun belakangan ini, bersama merekalah saya banyak belajar tentang banyak hal dan bertemu teman-teman yang tidak biasa.

Akhirnya, bertempat di sebuah pantai yang jauh dari mana-mana, sepi namun indah saya meminta teman-teman untuk ikut memotong rambut saya. Kami melakukannya di pagi hari di tepi pantai ketika matahari belum terlalu panas. Semilir angin laut dan deburan ombak yang menjilati pasir putih yang halus menjadi latar dari acara potong rambut ini.

Prosesi memotong rambut

Satu persatu teman-teman memotong rambut saya sebelum akhirnya dirapikan oleh Mamie. Kemudian berakhir sudah masa memelihara rambut ini. Sore harinya sekembali dari pantai itu saya mampir di tukang cukur dan kemudian benar-benar memendekkan rambut hingga gundul.

Before-Whil-After

Berakhir sudah masa gondrong itu, saya kembali dengan rambut plontos. Apakah nanti akan gondrong lagi? Entahlah. Saya belum bisa menjawabnya sekarang. Mungkin ya, mungkin tidak. Dan oh ya, selamat ulang tahun untuk Anging Mammiri. Saya hanya bisa memberi prosesi sederhana itu sebagai kado ulang tahun saya untuk komunitas yang saya cintai ini.

Terima kasih untuk semuanya.

[dG]