Melongok Ke Website Resmi Kota Makassar
Menengok website resmi kota Makassar yang sudah banyak perubahan dan menjadi jauh lebih baik dari website sebelumnya.
Jaman sekarang internet sudah jadi bagian dari hidup orang banyak bukan? Bahkan untuk urusan belanjapun sekarang sudah banyak orang yang tidak perlu repot-repot mengangkat pantat dari kursi. Cukup duduk di depan layar monitor, klak-klik sana-sini dan barang yang diidamkan hadir di depan pintu. Pokoknya internet jadi bagian hidup banyak orang, masuk ke ruang-ruang privat dan menggantikan banyak praktek konvensional.
Saking majunya teknologi internet, banyak pihak yang berlomba-lomba menggunakan teknologi internet ini. Selain untuk kebutuhan ekonomis, juga untuk kebutuhan pelayanan atau sekadar membentuk brand image dengan menggunakan internet. Hal lainnya adalah membangun kanal informasi dua arah.
Bicara soal membangun kanal informasi dua arah, pemerintah kota harus menerjunkan diri dalam dunia internet. Buat apa? Ya buat apalagi kalau bukan buat membangun relasi dan komunikasi dua arah antara pemerintah kota dan warga kota. Sebenarnya bukan hanya pemerintah kota, tapi pemerintah di level manapun. Internet memaksa semua orang jadi pendengar, bukan sekadar pemikir dan pemerintah.
Setelah bertahun-tahun menggunakan internet sebagai ajang pamer kegiatan, pemerintah kota Makassar akhirnya membuka kanal baru yang bisa menerima dan membuka kesempatan warga untuk ikut berinteraksi, bukan hanya membaca berita atau kegiatan pemerintah kota saja.
Saya lupa kapan tepatnya alamat website makassarkota.go.id ini resmi diluncurkan, tapi seingat saya bulan Juni 2014 ketika berbincang dengan Kadis Kominfo kota Makassar, website ini sudah bisa diakses meski masih ada beberapa perbaikan. Website ini juga sekaligus bagian dari kampanye Smart City yang diumumkan walikota baru Bapak Danny Pomanto ketika dilantik bulan Mei 2014 lalu.
Ada sedikit kebingungan soal Smart City ini, pemerintah kota Makassar mengatakan kalau ini adalah program mereka sementara dari beberapa media saya mendapati kabar kalau sebenarnya program ini adalah program CSR dari PT. Telkom yang diterapkan di beberapa kota di Indonesia, salah satunya adalah Makassar. Jadi mana yang benar? Ini program pemerintah kota atau program PT. Telkom bekerjasama dengan pemerintah kota?
Tapi sudahlah, tidak penting mendebatkan itu. Lebih penting melihat langsung implementasi dari program ini.
Dari laman Swa.co.id tanggal 21 Agustus 2014 Achmad Sugiarto, EGM PT. Telkom Divisi Solution Convergence menerangkan bahwa ada 5 aplikasi layanan Smart City yang diterapkan untuk pemerintah kota Makassar. Layanan itu adalah: e-office, e-kelurahan, e-puskesmas, Makassar Tidak Rantasa dan Kuciniki. Aplikasi terakhir dalam bahasa Makassar berarti: saya melihatnya. Fungsinya adalah untuk memonitor kerja staff pemerintah kota.
Sayangnya sampai sekarang saya belum tahu bagaimana aplikasi kelima program ini di lapangan. Mungkin sudah berjalan tapi karena sosialisasi dan promosinya yang kurang sampai masih banyak warga selain saya yang belum tahu.
Mari melihat website resmi pemerintah kota.
Keingintahuan tentang program Smart City ini membawa saya ke laman resmi kota Makassar; makassarkota.go.id yang merupakan pengganti dari website sebelumnya; makassar.go.id.
Tampilan website yang baru ini menarik, setidaknya tidak sekaku website pendahulunya. Di halaman depan ada beberapa penunjuk yang merupakan bagian dari program Smart City seperti: ePerpustakaan, eRegister, Musrenbang Online, eSibuntulu, ePuskesmas, ePendidikan, eGaleri dan Udoctor. Oh lupa, tentu saja juga ada satu menu khusus untuk memperkenalkan kota Makassar secara umum termasuk jajaran staff pemerintahan kota beserta pemimpin dinas dan visi-misinya.
Saya coba masuk ke satu persatu menu di halaman depan website makassarkota.go.id ini, mulai dari musrenbang online. Saya tertarik untuk mengetahui bagaimana proses musrenbang yang seharusnya memang mengakomodir usulan dari masyarakat sebelum memutuskan sebuah program berguna atau tidak. Di bagian sub domain musrenbang.makassarkota.go.id ada banyak menu, dari home, indikator, usulan, list pekerjaan, saran dan masukan serta registrasi. Sayangnya saya seperti tersesat di sana, banyak hal yang tidak saya pahami utamanya pada bagian list pekerjaan. Di sana ditampilkan semua daftar pekerjaan yang sedang berlangsung. Rasanya seperti menghadapi laporan-laporan khas staff pemerintahan yang buat saya sama sekali tidak menarik.
Satu-satunya bagian yang menarik adalah pada menu saran dan masukan. Di sana ada banyak saran dan masukan warga kota Makasar yang sayangnya tidak ditanggapi oleh admin website. Ketika saya gulung ke bawah, terlihat kalau awalnya admin sempat membalas saran dan masukan dari warga tapi mungkin karena keterbatasan waktu dan tenaga maka saran dan masukan warga akhirnya tidak ditanggapi lagi.
Bagian saran dan masukan di sub domain musrenbang ini sepintas mirip dengan sub domain yang lain yaitu eSibuntulu. Dalam bahasa Makassar sibuntulu berarti bertemu dan tampaknya itu yang ingin dicapai pemerintah kota Makassar lewat sub domain itu. Di sana ada banyak keluhan dari warga yang sayangnya juga seperti tidak ditanggapi oleh admin atau staff pemerintah kota. Akhirnya warga jadi terlihat mengeluh sendiri-sendiri, tidak ada kontak yang terjadi antara warga dan pemerintah kota. Mudah-mudahan saja semua keluhan itu tidak dibiarkan begitu saja.
Menu lain yang menarik bagi saya adalah eRegistrasi. Tadinya saya mengira menu ini adalah tempat bagi warga untuk melakukan registrasi online untuk beberapa urusan perijinan, ternyata bukan. Sub domain eRegistrasi ternyata adalah sub domain untuk pendaftaran lelang jabatan yang sekarang sudah ditutup. Ya sudah, kita tinggalkan saja menu yang itu.
Dari eRegistrasi saya coba masuk ke ePerpustakaan. ePerpustakaan rupanya bukan sub domain dari website kota Makassar, tapi mengarahkan kita ke domain baru bernama pustakakotamakassar.com yang sayangnya sudah expired! Duh sayang sekali, sekali lagi ini menujukkan kalau literasi dan perpustakaan bukan hal yang menarik di kota ini, sangat bertolak belakang dengan program walikota sebelumnya yang bernama: Makassar Gemar Membaca. Sulit berharap banyak program itu masih ada kalau domain pustakakotamakassar.com saja dibiarkan expired tanpa diperpanjang.
Menu lain yang juga menarik bagi saya adalah ePendidikan. Menu ini mengarahkan kita ke domain lain: makassar.siap-ppdb.com yang berisi menu-menu pendaftaran online untuk siswa SMP, SMA dan SMK di kota Makassar. Saya tidak tahu seberapa besar pengguna website ini ketika musim pendaftaran siswa baru sedang bergulir. Mungkin belum terlalu banyak, tapi setidaknya ini sebuah langkah baru yang patut diapresiasi.
Dua menu lain yaitu ePuskesmas dan Udoctor kembali mengarahkan kita ke domain baru. ePuskesmas sepertinya adalah domain milik PT. Telkom, sponsor utama program Smart City ini. Saya belum mencoba mengorek lebih lanjut menu ePuskesmas, tapi sepintas website ini sepertinya menjanjikan pelayanan yang lebih efisien dan efektif. Tentunya dengan syarat semua infrastruktur sudah jadi dan bisa digunakan dengan baik. Sementara untuk Udoctor, kita akan diarahkan ke website udoctor.co.id yang isinya lebih banyak berbicara tentang hal-hal mendasar dalam dunia kesehatan.
Menu terakhir yang saya coba adalah eGalleri. Oh ya, menu ini bersama dengan eSibuntulu masih berupa beta yang artinya belum sepenuhnya final. eGalleri ini aplikasi standar yang memungkinkan warga untuk mengunggah foto tentang kota Makassar berdasarkan beberapa kategori. Intinya, warga diharapkan bisa memamerkan kegiatan atau keseharian warga kota ini.
Masih Butuh Pengembangan.
Saya menghabiskan beberapa puluh menit untuk menjelajahi website resmi kota Makassar ini. Selepasnya saya mempunyai beberapa catatan. Website ini buat saya adalah sebuah langkah positif dari pemerintah kota untuk memanfaatkan internet dalam membangun komunikasi dua arah antara pemerintah kota dan warganya selain tentu saja untuk lebih mengefektifkan dan mengefisienkan kerja staff pemerintahan kota.
Tentu saja masih perlu banyak perbaikan pada website ini, terutama pada bagian menjawab keluhan atau curhatan warga. Setidaknya harus ada satu cara untuk menampung semua keluhan itu dan mencarikan solusinya, bukan hanya sekadar menerima dan menampungnya. Pada bagian ini, resource berupa sumber daya manusia memang dibutuhkan, belum lagi soal koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan saran atau keluhan itu.
Buat saya pribadi, langkah yang coba diambil oleh pemerintah kota Makassar ini perlu diapresiasi dan terus dipantau. Mudah-mudahan ini bukan sekadar pencitraan di awal saja tapi bisa terus berkelanjutan dan berkembang menuju kesempurnaan. Salah satu syaratnya memang harus membuka kerjasama sebesar mungkin dengan banyak pihak, utamanya dengan warga yang akan jadi penikmat dan pengguna layanan berbasis online itu. Pemerintah kota perlu mencari cara untuk mensosialisasikan penggunaan website ini agar nantinya lebih banyak warga yang menggunakannya dan mereguk keuntungan dari website baru ini.
Suatu saat saya membayangkan akan hadir sebuah layanan berbasis online yang bisa dinikmati dan digunakan semua lapisan warga, bukan hanya layanan yang dibuat untuk memperbaiki citra semata. [dG] ?