Bersuka Ria Di Larea-rea
Larea-rea di Kepulauan Sembilan, Sinjai sungguh menggoda.
Matahari belum terlalu tinggi, jam masih belum beranjak jauh dari jam 10 pagi. Pelabuhan di TPI Lappa masih sepi, wajarlah karena tempat pelelangan ikan itu jam operasinya mulai sore sampai tengah malam. Sebuah kapal kecil selebar sekira 2 meter dan sepanjang 20an meter terombang-ambing di tepi dermaga. Kapal itulah yang akan mengangkut kami ke pulau Larea-rea.
Selepas acara FesTIK Sinjai oleh teman-teman panitia kami diajak berwisata ke salah satu pulau di kepulauan Sembilan, Sinjai. Saya memang sudah lama penasaran dengan nama itu, nama yang saya dengar sejak tahun lalu. Ajakan teman-teman Blogger Sinjai dan panitia FesTIK Sinjai dengan segera saya dan teman-teman sambut. Dan jadilah minggu pagi itu kami bersiap di dermaga TPI Lappa.
Kapal itu dengan perlahan meninggalkan TPI Lappa. Ombak tenang, angin laut membuai meski matahari panas menyengat. Total ada 20an penumpang siang itu, sebagian besarnya adalah teman-teman dari Blogger Sinjai dan panitia FesTIK Sinjai. Sisanya ada saya dan 3 orang teman-teman dari Blogger Makassar.
Laut! Laut! Laut!Pemandangan laut lepas yang didominasi warna biru benar-benar membuai, apalagi aslinya kami memang pecinta laut. Di depan ada onggokan beberapa pulau, saya menghitungnya. Hanya ada 8 pulau yang terlihat walaupun ternyata aslinya ada 10, beberapa lainnya tersembunyi di bagian belakang. Ternyata penyebutan kepulauan Sembilan itu tidak sepenuhnya benar karena kata Ary yang menemani kami hari itu, total ada 10 pulau yang saling berdekatan.
Sebagian besar adalah pulau berpenghuni, bahkan di salah satu pulau ada kantor kecamatan. Sisanya adalah pulau tidak berpenghuni, termasuk pulau yang akan kami datangi. Namanya pulau Larea-rea, tidak seberapa besar, saya taksir diameternya hanya sekisar 100 meter. Di tengah pulau ada bukit karang yang dipenuhi semak dan pepohonan. Di sekitarnya ada daerah landai yang dipenuhi pasir putih yang dijilat ombak malas dari lautan lepas.
Kami tidak langsung menuju ke Larea-rea, kami mampir dulu di pulau Kodingareng yang berpenghuni. Perjalanan dari TPI Lappa ke pulau Kodingareng sekisar 1 jam 15 menit. Di pulau itu kami sempat menghabiskan waktu sejenak di rumah Ary, teman yang membawa kami. Tidak terlalu lama sebelum kami diajak kembali berkeliling melihat-lihat beberapa pulau yang letaknya memang tidak terlalu berjauhan. Pengalaman ini menyenangkan, meski matahari serasa membakar kulit tapi pemandangan pulau yang hijau dan berpadu dengan lautan beragam warna benar-benar memanjakan mata. Warna biru tua, biru muda dan hijau tosca membuat saya rasanya sudah tidak sabar untuk membasahi tubuh.
Bersukaria Di Larea-rea.
Setelah island hopping, kami kembali lagi ke Kodingareng. Hanya mampir sebentar untuk mengambil ransum. Tepatnya menjemput nasi, ikan dan cumi mentah. Makanan itulah yang akan jadi santapan kami di pulau Larea-rea nanti. Sungguh luar biasa keramahan Ary dan penduduk Kodingareng.
Akhirnya kapal beranjak ke pulau Larea-rea yang tidak terlalu jauh. Hanya sekisar 15 menit kapal sudah merapat ke dermaga Larea-rea. Dari dermaga sudah terlihat jelas kalau air laut sangat jernih, benar-benar mengundang hasrat untuk berenang. Kami agak kesulitan mencari tempat karena ternyata sudah ada rombongan lain yang datang sebelum kami, apalagi karena dataran landai di pulau itu tidak seberapa luas.
Sementara beberapa wanita dari pulau Kodingareng menyiapkan makan siang, beberapa lainnya menyebar ke bukit karang di tengah pulau. Tentu saja mencari titik yang pas untuk berfoto. Pemandangan dari atas bukit pulau Larea-rea memang indah. Sejauh mata memandang yang ada hanya warna biru laut yang kadang diselingi warna hijau. Di ujung horison, warna biru laut bertemu dengan birunya langit yang dihiasi warna putih awan. Benar-benar menyenangkan.
Puas berfoto-foto kami lalu bersiap menceburkan diri ke laut. Air lautnya memang jernih dengan pasir putih yang lembut. Sayangnya karena ternyata alam bawah lautnya sudah rusak. Ketika mencoba snorkling saya mendapati sebagian besar karang sudah hancur dan berwarna putih. Penyebabnya mungkin karena pengeboman atau pembiusan ikan. Sayang sekali.
Akhirnya kami hanya menghabiskan waktu dengan berenang dan menikmati air laut saja. Bagian paling menyenangkannya adalah ketika menikmati makan siang di tepi laut. Ikan dan cumi yang segar dengan cepat berpindah dari piring ke perut kami. Suasana laut dengan pemandangan indah dan semilir angin yang membuai benar-benar teman makan yang menyenangkan.
Makan siang di tepi lautHari itu kami benar-benar bersuka-ria di Larea-rea meski dalam hati saya sangat menyayangkan kondisi alam bawah lautnya yang sudah rusak. Seandainya saja pemerintah Kabupaten Sinjai mau serius mengelola pulau Larea-rea, saya yakin akan sangat banyak orang yang tertarik untuk menghabiskan waktu di sana. Ini memang jadi masalah umum di banyak tempat di negeri ini. Potensi yang besar tidak selalu diurus dengan benar sehingga terkesan tersia-siakan, bahkan kadang jadi rusak tak terawat.
Minas, minuman khas Sinjai. Baca ceritanya di sini
Padahal Larea-rea sebenarnya sangat menyenangkan. [dG]
kodingareng nya beda ama kodingareng keke yg deket samalona ???
iyya, beda. ini yang di Sinjai
sinjai itu di mana sih mas?dekat makasar ya?
semoga besok ada acara kopdar blogger di sana..
pengen mengunjungi pulaunya, keren..
Berapa km dri kota sinjai ya?? Mohon infox slx ad rencana mau ksana
Sinjai / lappa skitar 2 jam naik kapal boat kayu,15 menitan pke speedboat.
Sinjai ( Lappa)
poto-poto keindahan lautnya kurang nih,,
ongkos kapal ke pulau larae rae berapaan min?