Dinamika Kota

24 Jam Di Makassar

Losari di pagi hari

Anggaplah Anda sedang berada di kota Makassar karena pesawat yang harusnya membawa Anda ke kota lain terpaksa harus berhenti di sini karena satu dan lain hal. Anda terpaksa menghabiskan waktu 24 jam di kota Makassar, kota yang belum pernah Anda datangi sebelumnya.

Atau, anggaplah Anda baru saja menyelesaikan pekerjaan di kota lain dan masih punya waktu 24 jam sebelum harus kembali ke kota asal. Karena kota tempat kerjaan Anda tidak jauh dari Makassar, maka Anda tergelitik untuk mampir di kota ini sekira 24 jam.

Sebenarnya tidak perlu pusing atau bahkan merasa menyesal, karena walaupun anda harus transit di Makassar anda pasti akan menikmati waktu luang tersebut dengan berbagai hal yang menyenangkan. Penerbangan dari daerah barat Indonesia, seperti dari Jakarta ke Ambon kemungkinan rutenya harus transit di satu kota, apakah itu di Surabaya, Bali atau pun Makassar. Umumnya anda akan sering menemukan maskapai seperti Lion Air, Sriwijaya airatau Citilink dengan rute transitnya di layanan tiket pesawat online, seperti Traveloka.com, Utiket, Wego, dll. Dan biasanya pada momen-momen tertentu penerbangan transit ini cenderung lebih murah biayanya ketimbang penerbangan secara langsung ke tempat tujuan.

Nah, kalau memang harus transit di Makassar, lalu mau bikin apa dalam waktu 24 jam itu? Nah, marilah saya coba beri solusinya:

6 jam pertama

Anda suka pantai dan laut? Makassar punya beberapa pilihan pantai, pulau dan tentu saja laut yang bisa dinikmati. Beberapa di antaranya malah tidak terlalu jauh dari pusat kota. Anda bisa memulai petualangan di pagi hari dengan berjalan di sepanjang anjungan pantai Losari, dari selatan menuju utara. Pagi hari adalah waktu paling tepat menikmati Losari karena suasana belum terlalu ramai. Sebenarnya momen paling tepat untuk menikmati Pantai Losari adalah di sore hari menjelang matahari terbenam, tapi suasana ramai bisa membuat sebagian orang agak kurang nyaman. Jadi saran saya cobalah menikmati Pantai Losari di pagi hari saja. Eh tapi ingat, Anda tidak akan mendapatkan pasir di sana, karena tahukah Anda kalau Pantai Losari adalah satu-satunya pantai tanpa pasir.

Dari ujung Pantai Losari di sebelah selatan Anda bisa menyeberang ke pulau Samalona. Penyeberangan ke pulau Samalona bisa ditemukan di sekitar dermaga Kayu Bangkoa atau dermaga POPSA, depan benteng Fort Rotterdam. Sayangnya karena penyeberangan ke Samalona tidak ada yang regular sehingga Anda terpaksa menyewa satu perahu seharga 400 ribu pulang pergi.

Tapi meski agak mahal kalau biayanya tidak dibagi, saya bisa meyakinkan Anda kalau pulau Samalona bisa membuai Anda yang memang suka pantai dan laut.

6 jam berikutnya

Oke, anggaplah Anda sudah berhasil menikmati indahnya pulau Samalona. Sekarang waktunya untuk kembali ke daratan. Kalau memang tidak berniat menginap di pulau Samalona maka waktu terbaik untuk pulang ke daratan adalah sekitar jam 12 siang, ketika ombak belum terlalu tinggi.

Setiba di daratan perut Anda tentu mulai keroncongan bukan? Waktunya mencari pengisi perut! Anda suka daging? Atau suka sea food? Sesungguhnya makanan khas Makassar itu hanya dua, penuh dengan daging dan jeroan atau penuh dengan olahan laut seperti ikan, cumi, udang, kepiting atau kerang.

Anggaplah Anda suka daging-dagingan dan sekarang Anda sedang berdiri di sekitar pantai Losari sepulang dari pulau Samalona. Sekarang Anda bisa menuju ke arah utara menyusuri jalan Jenderal Ahmad Yani menuju Konro Karebosi. Tapi karena panas sedang menyengat maka saya sarankan Anda menumpang taksi atau angkutan umum saja meski tentunya akan sedikit repot bila naik angkutan umum karena harus ditambah dengan sedikit jalan kaki.

Di Konro Karebosi Anda bisa menikmati sajian khas kota Makassar dalam bentuk olahan iga daging sapi. Anda bisa memilih sup konro atau konro bakar. Apapun pilihan Anda saya yakin nikmatnya akan tetap sama.

Tapi bagaimana kalau Anda ternyata suka makanan laut? Kalau begitu dari tempat penyeberangan tadi Anda bisa menuju ke sekitar Jl. Datu Museng, menuju beberapa warung olahan sea food yang tersebar di sana. Tenang saja, ada banyak pilihan dengan ragam harga yang tidak berbeda jauh. Rasanyapun sama, sama-sama nikmat.

Oke, sekarang Anda sudah mengisi perut entah dengan olahan daging ataupun olahan laut. Masih kuat untuk melanjutkan perjalanan? Kalau saran saya mungkin sebaiknya Anda balik ke penginapan dulu. Sekadar meluruskan badan dan beristirahat sejenak, menunggu sore hari sebelum kita kembali melanjutkan perjalanan. Lagipula badan Anda pasti masih lengket selepas bermain dengan air laut.

Setelah beristirahat, saya sarankan Anda untuk kembali ke daerah Pantai Losari. Tentu saja untuk menantikan datangnya momen ketika matahari kembali ke peraduannya. Tapi seperti saran saya tadi, sebaiknya menantikan matahari terbenam jangan di Pantai Losari karena suasananya biasanya terlalu ramai dan kurang nyaman.

Saran saya, datanglah ke Fort Rotterdam beberapa jam sebelum matahari terbenam. Di Fort Rotterdam Anda bisa menikmati benteng tua peninggalan kolonial, silakan masuk ke museum untuk melihat sejarah panjang kota Makassar atau kerajaan Gowa di sana. Menjelang matahari terbenam Anda bisa naik ke atas dinding benteng bagian depan yang menghadap ke barat. Di sana biasanya sudah banyak orang yang juga menantikan matahari terbenam, beberapa di antaranya berpasang-pasangan jadi kalau Anda datang sendirian maka pesan saya: tabahkan hati Anda.

6 jam ketiga

Oke, matahari sudah terbenam. Sekarang saatnya melanjutkan perjalanan. Anda tentu berharap bisa membawa beberapa barang khas Makassar yang bisa dijadikan kenang-kenangan atau buah tangan kan? Mari kita ke kawasan Jl. Somba Opu. Kawasan ini terletak sebelah selatan benteng Fort Rotterdam, bisa dijangkau dengan jalan kaki. Silakan memilih toko mana yang hendak Anda masuki. Ragam oleh-oleh khas Makassar ada di sana, dari kopi, kacang, kue, gantungan kunci, kaos sampai pernak-pernik lainnya lengkap semua!

Setelah berbelanja oleh-oleh Anda bisa berjalan menikmati malam di sepanjang Pantai Losari. Jangan lupa untuk menyempatkan waktu menikmati pisang epe khas Makassar yang banyak berjejer di sekitar Pantai Losari. Oh ya, jangan lupa juga untuk menyiapkan banyak uang receh 1000an buat para pengamen di sekitar Pantai Losari. Jumlah mereka lumayan banyak dan maaf karena kadang membuat kita para pengunjung jadi agak kurang nyaman.

Oke, setelah puas menikmati pisang epe Anda bisa menikmati Pantai Losari di malam hari. Berjalan sepanjang pelataran sambil menikmati keramaian atau berinteraksi dengan orang lokal. Setelah puas dan mungkin perut kembali kosong silakan berjalan menuju Jl. Datu Museng, tentu dengan maksud mencari makanan berat pengganjal perut.

Di Jl. Datu Museng ada pilihan makanan olahan laut atau mungkin Anda mau mencoba mie kering? Mie kering yang namanya Mie Titi di Jl. Datu Museng ini sepintas mirip ifu mie tapi yakinlah kalau rasanya berbeda. Mie kering yang ini khas Makassar dan salah satu makanan lokal yang banyak diminati.

Oke, beli oleh-oleh sudah, makan sudah, jalan-jalan sudah. Saya yakin tubuh Anda sudah mulai penat, waktunya kembali ke penginapan dan beristirahat. Ingat, 6 jam lagi Anda harus ke bandara untuk kembali ke kota asal. Anda tak mau ketinggalan pesawat dan harus menunda kepulangan bukan?

Setidaknya Anda sudah menikmati kota Makassar dalam rentang 24 jam, waktu yang sebenarnya sangat kurang kalau Anda memang berniat untuk mengenal dan menikmati kota Makassar. Mungkin lain waktu Anda bisa kembali dan menikmati kota ini dengan lebih santai tanpa harus dikejar-kejar waktu. [dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.