Saya bertemu kawan lama di masjid. Sudah sekitar 8 sampai 10 tahun kami tidak bertemu. Saya bahkan sudah lupa kapan terakhir bertemu dia. Selepas salat dhuhur kami berbincang-bincang di dalam ruangan masjid yang dingin karena AC. Tentu awalnya standar saja, bertanya kabar dan kegiatan saat ini sebelum akhirnya bercakap tentang rumah tangga.

“Saya abis nikah lagi,” kata si kawan. Beliau ini pria kisaran 50-an tahun, mungkin pertengahan 50-an. Dia melanjutkan, “Dulu saya sudah punya istri kedua, tapi meninggal pas COVID kemarin. Ini saya baru nikah lagi,”

Jadi ternyata dia memegang prinsip harus selalu punya dua istri. Setelah istri kedua meninggal, harus ada gantinya. Kami lalu berbincang soal poligami. Ada satu hal yang membuat saya tertarik. Bukan soal poligaminya, tapi soal apa yang terjadi setelah poligami.

“Rezekiku itu meningkat terus setelah kawin lagi. Tahun 2009 saya menikah, setahun kemudian saya naik ke tanah suci.” Kata si kawan. “Waktu istri kedua meninggal, rezekiku juga sempat turun. Ini setelah menikah lagi, alhamdulillah naik lagi,” lanjutnya.

Oh iya, kawan saya ini punya usaha kontraktor. Saya pernah mendengar kisah seperti ini, seorang pria yang rezeki usahanya tiba-tiba meningkat pesat setelah menikah lagi. Bahkan ada cerita tentang seorang pengusaha minuman di Makassar yang sampai menikah berkali-kali karena percaya kalau habis menikah, usaha minumannya meningkat pesat.

“Bagaimana dengan istri pertama?” Tanya saya.

“Oh masih ada, saya pasti tidak akan meninggalkan dia,” jawabnya.

*****

Ini kisah berbeda dengan orang berbeda. Saya bertemu kawan lama di sebuah kedai kopi, lalu seperti layaknya kawan lama kami bertukar cerita. Termasuk bertanya tentang kabar kawan lama kami yang lain.

“Si Anu usahanya sempat merosot setelah menikah lagi. Sekarang setelah kembali ke istri tuanya, usahanya membaik lagi,” kata si kawan tentang kawan kami yang lainnya.

Saya agak kaget karena seingat saya si kawan yang kami cerita itu bukan tipe orang yang suka macam-macam. Hidupnya setahu saya lurus saja, sederhana juga. Jadi ketika mendengar kabar dia menikah lagi, saya cukup kaget.

Saya tidak mengulik lebih dalam cerita tentang si kawan yang katanya sempat menikah lagi itu. Informasi itu cuma seadanya saya terima.

*****

Dua cerita tentang kawan yang berpoligami itu cukup menarik buat saya. Menarik karena ternyata ada sisi lain yang berkelindan dengan keputusan mereka menikah lagi. Sisi ekonomi.

Kawan yang satu mengaku ekonominya membaik setelah berpoligami, bahkan ketika istri keduanya meninggal dia tetap berusaha mencari istri kedua yang lain karena merasa ekonominya menurun setelah hanya punya satu istri.

Sementara itu kawan lain kabarnya ekonominya menurun, usahanya seret setelah menikah lagi. Usahanya bisa membaik kembali setelah kembali ke istri pertama dan (mungkin) meninggalkan istri keduanya. Saya tidak tahu detail tentang kawan yang ini, karena hanya mendengar kisahnya dari kawan lain dan sayapun tidak menguliknya lebih dalam. Berbeda dengan kawan yang satu, saya mendengar langsung ceritanya dari pelakunya sendiri.

Kawan yang ini mengaku menikah lagi atau poligami karena ibadah. Diapun selalu menikahi janda, bukan gadis perawan. Saya tidak tahu dengan kawan yang kedua, apa niatnya, dan siapa yang dia nikahi.

Kawan yang pertama, mungkin saja usahanya atau rezekinya memang membaik karena niatnya menikah lagi karena ibadah. Apalagi karena dia menikahi janda. Mungkin ya, saya tidak berani memastikannya. Apalagi niat orang benar-benar hanya Tuhan yang tahu.

*****

Benarkah menikah lagi atau poligami bisa memberi efek pada rezeki? Entah efek baik ataupun efek buruk. Saya tidak tahu, mungkin saja benar. Menikah kan ibadah, orang percaya kalau menikah juga membuka pintu-pintu rezeki apabila memang dilakukan dengan niat yang tulus. Sebaliknya, ketika salah memilih pasangan bisa-bisa memang semua menjadi buruk. Termasuk usaha dan rezeki.

Dalam istilah Makassar ada yang disebut: sipanaikang dalle yang artinya rezekinya klop antara pria dan wanita. Kalau mereka sipanaikan dalle maka biasanya rezeki mereka akan selalu membaik. Mungkin ini juga berlaku bagi pria yang mencari istri kedua, ketiga, dan keempat. Berusaha mencari pasangan yang sipanaikang dalle dengan dia agar rezekinya makin membaik.

Sampai sekarang poligami memang kerap jadi kontroversi. Walaupun Islam membolehkan, tapi syaratnya berat. Belum lagi pandangan sebagian masyarakat tentang poligami ini. Banyak masih masih menentangnya, karena dianggap membawa keburukan, utamanya untuk keluarga utama. Belakangan ini pun ada keriuhan di media sosial ketika seorang ustad muda ketahuan berpoligami. Banyak yang kecewa dan mengaku tidak ngefans lagi pada si ustad.

Poligami buat saya urusan personal, pilihan setiap orang. Toh selama tidak melawan hukum negara dan hukum agama, ya itu terserah pelakunya. Sampai saat ini saya tidak ada masalah dengan poligami, selama pelakunya memang benar-benar bisa adil pada dua atau lebih istrinya. Sayapun sampai saat ini belum punya niat sama sekali. Belum mampu bok![dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.