Teori Intelejen dan Anti Teror A La Sujiwo Tejo

Sujiwo Tejo

Jakarta Lawyer Club adalah acara rutin yang digelar stasiun TV One. Semacam acara diskusi dengan tema yang beragam dan dengan pembicara dari latar belakang beragam pula. Sebenarnya saya jarang mengikuti acara ini karena malas mendengar omongan orang-orang yang sepertinya terlalu retoris dan teoritis itu. Tapi hari selasa (19/7) kemarin secara tidak sengaja saya menemukan Sujiwo Tejo yang tampil sebagai bintang tamu. Ajaibnya, ide yang dicetuskannya meski agak nyeleneh dan menggelitik tapi sangat masuk akal.

Siapa yang tidak kenal Sujiwo Tejo ? Lelaki kelahiran Jember 31 Agustus 1962 ini terkenal sebagai budayawan dan seniman meski juga pernah berprofesi sebagai wartawan. Beliau juga terkenal sebagai dalang, pemusik, pelukis dan penulis. Singkatnya lelaki yang sering tampil dengan rambut gondrong berombak ini adalah lelaki dengan segudang bakat.

Di ranah twitter, pemilik akun @sudjiwotejo dengan 89 ribuan followers ini dikenal sebagai pribadi yang blak-blakan. Ide-idenya briliant, kadang terlihat kurang ajar, lucu, menggelitik tapi sebenarnya bila direnungi maka kita akan menemukan bukti kalau ide-ide itu sebenarnya sangat dekat dengan keseharian kita. Sangat masuk akal.

Begitu pula dengan ide yang dilontarkannya malam tadi ketika hadir pada acara Jakarta Lawyer Club di TV One. Bersanding dengan para politisi dan praktisi yang begitu kaku, Sujiwo Tejo tampil berbeda. Dengan gaya khasnya yang santai dan blak-blakan dia menyorongkan 4 ide dasarnya sehubungan dengan tema intelejen dan terorisme.

Berikut adalah kutipannya.

Ide untuk memberikan kebebasan kepada warga untuk mengebom rumah para pelaku korupsi

Ide ini memang terdengar luar biasa bukan ? Sedikit bernada putus asa, mungkin didasari oleh kenyataan bagaimana korupsi di negeri kita sudah sangat mengakar sehingga untuk membersihkannya akan selalu membuat kita bingung memulai dari mana.

Menurut mbah Sujiwo Tejo, akan bagus bila warga masyarakat diberi kebebasan untuk melalukan aksi pengeboman ke rumah para pelaku korupsi karena toh itu juga untuk kepentingan orang banyak. Menurutnya lagi, kerusakan yang disebabkan oleh perilaku korupsi jauh lebih besar dari kerusakan yang disebabkan oleh aksi terorisme. Sebuah aksi teror hanya membunuh dan melukai ratusan orang saja, sementara korupsi mematahkan banyak sendi kebangsaan di berbagai bidang. Akibatnya, yang menderita adalah ratusan juta warga negeri ini.

Lembaga sensor sebaiknya lebih fokus untuk menyensor adegan kekerasan daripada adegan ciuman.

Sujiwo Tejo menyoroti betapa media kita lebih sering dipaksa menyensor adegan ciuman yang sebenarnya didasari keinginan untuk saling berbagi kasih sayang daripada adegan kekerasan yang jelas-jelas mengumbar nafsu untuk saling merusak.

Dia memberi bukti, beberapa waktu yang lalu ketika mendalang di hadapan 300an anak TK di Bintaro, Sujiwo Tejo mencoba bertanya : berapa orang dari kalian yang pernah melihat bapak-ibunya berantem ? Nyaris semua siswa mengangkat tangan.

Ketika ditanya : berapa orang dari kalian yang pernah melihat bapak-ibu berciuman ? Hanya segelintir yang mengangkat tangan. Ini adalah bukti kalau sedari kecil anak-anak kita sudah ditanamkan pikiran bahwa bercinta dan berbagi kasih sayang itu tabu, beda dengan kekerasan yang wajar saja untuk dipamerkan di ruang publik.

Pembekalan intelejen untuk calon pelajar S2 atau doktor di luar negeri.

Berapa banyak orang Indonesia yang tiap tahunnya ke luar negeri menimba ilmu ? Entah untuk program magister atau doktor atau entah apalagi. Sujiwo Tejo melemparkan ide, bagaimana kalau mereka itu dikarantina dulu sebelum berangkat. Jadikan mereka sebagai agen rahasia kita, minta mereka untuk belajar sebanyak-banyaknya tentang negara tempat mereka belajar, sadap sebanyak-banyaknya informasi dari negara itu dan bawa semuanya kembali ke Indonesia.

Apa yang terjadi sekarang adalah kebalikannya. Ketika mereka para pelajar itu kembali, mereka malah jadi agen asing. Mereka membuat disertasi, thesis atau apalah namanya yang semuanya berujar tentang Indonesia. Lengkap dengan data-datanya.

Pesan kepada calon teroris untuk mengebom para koruptor.

Ini ide yang paling nyeleneh yang dijadikan Sujiwo Tejo sebagai penutup. Sujiwo Tejo menitip pesan kepada para calon teroris, dia minta kepada mereka untuk lebih mempelajari esensi dari agama. Selama ini para teroris lebih banyak membunuhi orang-orang yang mereka anggap telah memerangi agama mereka.

Menurut Sujiwo Tejo, ada hal yang lebih esensial dari itu. Ketika para teroris mengecam mereka yang menginjak-injak Al- Quran, maka sebenarnya para koruptor itu sudah lebih dulu menginjak-injak esensi dari Al-Quran dan karenanya mereka lebih pantas menjadi korban terorisme.

Nah, itulah keempat ide yang dilontarkan Sujiwo Tejo terkait masalah intelejen dan terorisme. Ide yang tak lazim bukan ? Tapi menurut saya sangat masuk akal dan lebih membumi dibanding teori-teori para praktisi dan politisi yang mutar-mutar tidak karuan dan ujung-ujungnya membingungkan.

Bagaimana menurut anda ?