Green Hospital; Dari Manajemen, Bahan Kimia Sampai Desain
Rumah sakit adalah satu tujuan yang sebisa mungkin saya hindari. Entah, saya tidak suka aromanya dan kurang sreg dengan suasananya.
Entah mengapa, rumah sakit selalu sukses membuat saya jadi lebih tegang dan berasa tidak nyaman. Begitu memasuki ruangan yang dominan berwarna putih itu bayangan akan bau obat-obatan sudah membuat saya sedikit bergidik dan mual. Belum lagi ketika kenangan-kenangan mulai berseliweran di kepala.
Saya beberapa kali kehilangan seseorang dan sesuatu yang saya sayangi di rumah sakit. Pernah pula menjadi saksi penderitaan dari orang-orang yang saya sayangi. Semua di rumah sakit. Dan mungkin itu yang secara tidak sadar membuat saya tidak nyaman ketika terpaksa bersentuhan dengan rumah sakit.
Sebenarnya tidak adil karena toh saya juga sering menemukan kebahagiaan di rumah sakit. Ada harapan dan kebahagiaan di rumah sakit, ada pula kehidupan baru yang hadir dirumah sakit. Tapi sayangnya deretan rasa positif ini tak juga berhasil mengusir semua rasa negatif yang sudah lebih dulu jadi dominan di kepala saya.
Dan kemudian muncullah istilah green hospital. Istilahnya terdengar sama dengan istilah green lainnya seperti green living, green environment, green building dan green-green lainnya. Fenomena ini memang tumbuh pesat dalam satu dasawarsa terakhir ketika bumi kita semakin menderita akibat pemanasan global.
Bumi memang semakin memanas, persis seperti lagu dangdut dari Cucu Cahyati di tahun 90an. Penyebabnya beragam, tapi bersumber pada satu hal: keserakahan manusia mengeruk kekayaan alam dan melupakan cara untuk berterima kasih. Akibatnya, bumi makin memanas, cuaca makin sulit diprediksi dan hasil bumi semakin seret. Rentetan efek samping pemanasan global itu sangat panjang kalau kita mau menderetkannya, sanggup untuk membuat kita bergetar dan kuatir akan masa depan bumi yang sesungguhnya adalah titipan anak-cucu kita.
Beruntunglah bahwa dalam 1 dasawarsa belakangan ini muncul kesadaran individu dan kelompok untuk menahan laju pemanasan global. Lalu mereka yang pintar dan berpendidikan tinggi itu muncul dengan beragam konsep yang ramah lingkungan, termasuk semua green-green di atas. Sebagian lainnya cukup menggunakan kepekaan untuk lebih ramah pada lingkungan tanpa peduli pada teori green yang terlalu rumit.
Tak masalah, semua punya tujuan sama: membalas kebaikan bumi dengan lebih ramah. Tentu demi kebaikan bersama dan demi membalas kebaikan anak-cucu yang sudah menitipkan bumi ini pada kita.
Konsep Green hospital.
Jadi sebenarnya apa itu green hospital? Secara umum green hospital hampir sama dengan konsep green building yang sudah lebih dulu ada. Intinya adalah bagaimana membuat bangunan rumah sakit lebih ramah lingkungan dengan pemilihan desain arsitektur dan bahan yang lebih ramah lingkungan. Bedanya hanya karena rumah sakit tentu butuh perhatian lebih karena cakupannya lebih luas termasuk kehadiran bahan kimia dan aktifitas yang berbeda dengan gedung biasa.
Dari proses pencarian saya di berbagai laman di internet, ternyata tidak ada syarat global tentang bagaimana green hospital itu seharusnya. Tapi setidaknya ada kesepakatan bahwa green hospital harusnya adalah sebuah bangunan yang mendukung kesehatan publik dengan secara berkelanjutan mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan mengurangi penyebaran penyakit.
Green hospital juga harusnya membangun hubungan antara kesehatan manusia dengan lingkungan yang terbangun lewat tata kelola, strategi dan pelaksanaan di lapangan. Green hospital juga menghubungkan antara kebutuhan lokal rumah sakit bersangkutan dengan kebutuhan akan aksi penyelamatan lingkungan. Kementerian lingkungan hidup Indonesia sendiri sudah sejak tahun 1990 memberikan maklumat agar kalangan industri meningkatkan pendekatan mereka pada lingkungan.
Oke, teori dasarnya sudah ada. Sekarang tinggal bagaimana detailnya. Dalam pemikiran saya, semua hal yang berhubungan dengan green hospital atau niat baik apapun itu dalam lingkup sebuah organisasi tentu harus dimulai dari kepemimpinan dulu. Dimulai dari mereka pengambil kebijakan. Mau atau mampukah mereka membuka mata untuk menerapkan strategi dan kebijakan yang bersahabat pada lingkungan sekitar atau tidak?
Para pengambil kebijakan atau pemimpin rumah sakit harus mampu menyusun strategi tentang aksi menyusun green hospital seperti apa. Jelas harus punya pengetahuan luas tentang konsep green hospital, minimal harus mau mendengar semua masukan tentang konsep green hospital.
Selain itu tentu saja pengambil kebijakan tersebut harus mampu (dan mau) membuka diri untuk edukasi tentang green hospital dan bekerjasama dengan beragam pihak demi tujuan utama: green hospital.
Teknis Green hospital.
Nah, anggaplah pihak pengambil keputusan pada lapisan paling atas sudah punya niat untuk membangun dan mengembangkan green hospital. Sekarang masalah teknis, apa saja yang harus disiapkan dalam mencapai tujuan menciptakan green hospital?
1.Pemilihan Bahan Kimia.
Rumah sakit dan bahan kimia adalah dua sahabat erat. Bukan rumah sakit namanya kalau tidak ada bahan kimianya. Masalahnya, bahan kimia itu selain membantu manusia kembali ke kondisi sehat juga bisa menimbulkan efek samping. Mulai dari yang ringan seperti asma, alergi sampai yang berat seperti kanker dan parkinson. Sialnya lagi, bahan kimia juga bisa membuat polusi dalam ruangan yang membuat pasien yang seharusnya nyaman agar bisa cepat sembuh malah merasa tidak nyaman karena polusi akibat bahan kimia tersebut.
Mereka yang lebih paham soal kimia pasti tahu kalau ada beberapa bahan kimia yang sudah melalui proses penelitian panjang sebelum akhirnya bisa dikategorikan sebagai bahan kimia yang ramah lingkungan.
Rumah sakit juga bisa berpartisipasi pada inisiatif WHO-HCWH yang mengusahakan penggantian beragam alat medis yang punya potensi mengandung merkuri dengan alat medis lain yang lebih ramah lingkungan.
2. Sisa Buangan Rumah Sakit.
Anda pasti tahu kan bagaimana aktifitas rumah sakit yang sebagian besarnya berhubungan dengan kuman, virus dan bakteri? Bayangkan bila sisa dari aktifitas tersebut dibuang begitu saja. Bukan hanya lingkungan yang dirugikan tapi masyarakat sekitar bisa ikut jadi korban. Meski kesannya menyeramkan, menurut WHO rata-rata hanya 3% sampah rumah sakit yang benar-benar berbahaya.
Cara terbaik adalah dengan meningkatkan kesadaran staff rumah sakit agar mau bersusah payah memilah sampah dan sisa aktifitas rumah sakit. Proses pemilahan sampah ini bila dilakukan dengan benar bisa berujung pada proses recycle atau penggunaan kembali beberapa material yang bisa didaur ulang.
Bukan hanya pada proses buangan, karena semua bisa dimulai dari proses pembelian bahan dan kebutuhan rumah sakit termasuk lebih memilih bahan yang bisa didaur ulang daripada bahan yang tidak dapat didaur ulang. Intinya sampah bisa diminimalisir dari awal sebelum benar-benar berubah jadi sampah.
3.? Efisiensi Energi.
Ini adalah hal yang paling umum dalam konsep green building jaman sekarang. Para arsitek berlomba-lomba mengembangkan desain yang ramah lingkungan, desain yang mengakomodir energi alami sebagai pengganti energi fosil yang berperan besar dalam meningkatkan pemanasan global.
Green hospital juga harus bisa mengadopsi cara tersebut. Sederhananya adalah dengan membuat bangunan yang memungkinkan orang di dalamnya tidak perlu menggunakan energi terlalu banyak, misalnya dengan banyak bukaan sehingga lampu tidak terlalu dibutuhkan di siang hari.
Konsep yang agak rumit adalah dengan menyediakan beragam peralatan yang memungkinkan energi seperti matahari dan angin diubah menjadi pembangkit listrik. Butuh biaya dan usaha lebih memang, tapi kalau tujuannya bagus kenapa tidak?
4. Penanganan Air Bersih dan Limbah.
Bicara air berarti bicara kehidupan. Tidak ada mahluk hidup yang bisa bertahan tanpa air dan karenanya air sangat penting untuk diperhatikan. Bukan cuma air yang dikonsumsi tapi juga air yang dibuang atau kerap disebut limbah.
Jaman sekarang sudah ada banyak teknik yang bisa dilakukan agar ketersediaan air tetap dalam koridor hemat dan tidak berlebihan. Membangun sistem pengolahan sendiri bisa jadi solusi. Dengan beragam teknologi yang baru air bekas bisa diubah menjadi air bersih. Pihak rumah sakit bisa menjalin kerjasama dengan pihak lain untuk mengusahakan pengolahan air semacam ini.
Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah dengan mempersiapkan pengolahan limbah agar air yang benar-benar tidak dapat didaur ulang tidak sampai merusak lingkungan ketika dialirkan ke pembuangan akhir.
Satu lagi, semakin banyak pohon dalam lingkungan rumah sakit bisa membantu ketersediaan air tanah. Tapi buat saya, hal yang terpenting adalah kesadaran semua pihak untuk menghemat penggunaan air.
5.? Desain Bangunan dan Tapak.
Ini juga penting, bagaimana mungkin kita mengharapkan sebuah rumah sakit bisa masuk kategori green hospital jika desain bangunannya sendiri tidak didesain sebagai bangunan yang ramah lingkungan?
Pengertian bangunan yang ramah lingkungan tentu saja terdiri dari aspek pemilihan material yang tidak merugikan lingkungan serta desain arsitektur yang memungkinkan adanya pertukaran udara secara alami serta cahaya memadai di siang hari. Keduanya berpengaruh sangat besar pada penggunaan energi karena bisa mengurangi penggunaan pendingin ruangan dan lampu di siang hari.
Perencanaan tapak rumah sakit juga penting. Dalam bayangan saya, rumah sakit yang nyaman adalah rumah sakit yang banyak ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan lain yang ditata rapi. Selain bagus buat lingkungan, penataan seperti ini tentu memberi dampak positif bagi para pasien.
Membangun sebuah green hospital tentu tidak mudah, apalagi bagi rumah sakit yang sudah lebih dulu ada seperti RSU Daya Makassar. Ada banyak hal yang harus ditata ulang demi tercapainya tujuan green hospital. Selain faktor-faktor di atas ada banyak lagi faktor yang bisa jadi acuan seperti pemilihan makanan dan transportasi yang sedikit banyaknya juga punya pengaruh pada lingkungan.
Membayangkan RSU Daya Makassar jadi rumah sakit pertama yang memenuhi syarat green hospital di Indonesia rasanya tidak mustahil, toh mereka sudah cukup serius memulai langkah dengan mengumpulkan pendapat publik tentang green hospital. Sebuah langkah yang patut diacungi jempol.
Saya membayangkan suatu saat nanti saya memasuki RSU Daya Makassar ini tanpa rasa mual dan pusing lagi seperti yang selama ini saya rasakan setiap memasuki rumah sakit. Tentu ini bisa tercapai jika RSU Daya Makassar benar-benar menjadi green hospital. Kenapa tidak? [dG]
Daeng, tulisan ini saya jadikan referensi menulis green hospital boleh khan?
hihihihi…saya juga ikutan lomba yang sama
tulisan juara…!!! mau juga menulis tentang ini, ikut lombanya, tapi minim ide…. akhh….