Ketika Musik Metal Ada di Puncak


Musik hingar bingar seperti musik rock dan metal setidaknya pernah berada di puncak. Di era tahun 90an.


Seperti yang beberapa kali saya bilang, masa tahun 90an itu buat saya adalah masa keemasan musik rock/metal. Bayangkan, di masa itu musik yang penuh dengan suara hingar bingar dan sayatan gitar serta gebukan drum dan teriakan vokal itu bisa menembus tangga musik mainstream. Tangga musik yang biasanya cuma dipenuhi lagu-lagu romantis bergenre pop atau paling tidak musik riang bergenre dance. Bukan musik hingar bingar a la rock atau metal.

Kurt Cobain dan band Nirvana sempat duduk di peringkat pertama tangga musik Billboard Top 40, menggeser sang raja Michael Jackson. Ini sempat jadi perbincangan juga di masa itu. Koq bisa? Musik yang seperti itu, yang isinya gebukan drum penuh amarah, sayatan gitar yang seperti fals, dan teriakan vokalis yang seperti berusaha mengosongkan paru-parunya bisa mengalahkan musik indah milik Michael Jackson? Sungguh aneh.

Keberhasilan Nirvana menurunkan Michael Jackson di puncak tahta adalah puncak gunung es dari perjalanan band-band rock/metal dalam satu dekade belakangan.

Sebelum era Nirvana dan musik dari Seattle lainnya yang kerap disebut sebagai era grunge, band-band aliran metal lainnya juga sudah lebih dulu malang melintang di chart Top 40 internasional. Dua band besar sebagai pemuncaknya adalah Guns N Roses dan Metallica. Kedua band yang lahir di era 80an ini mendapatkan posisi puncak mulai dari akhir 80an dan awal 90an. Lagu-lagu mereka jadi hits, diputar di stasiun radio, video musiknya muncul di televisi, dan album fisiknya terjual jutaan kopi. Bahkan, konser mereka pun tidak pernah sepi dari penonton.

Berada di Lingkaran Metal.

Saya masih berusia belasan tahun ketika itu. Ketika skena musik metal mengobrak-abrik peta musik dunia. Musik rock/metal kala itu menjadi musik mainstream yang mengundang banyak penggemar. Membangkitkan semangat yang sama di banyak daerah. Mulai dari semangat berkumpul sesama penggemar sampai semangat untuk memainkannya di panggung-panggung pentas sekolah, kampus, sampai pentas festival.

Saya ada di lingkaran itu. Lingkaran penggemar musik rock/metal meski sama sekali tidak punya skill bermain musik. Sekadar dari penyuka saja.

Lagu-lagu dari Metallica dan Guns N Roses jadi pembuka untuk mulai menyukai beberapa lagu dari beberapa band metal lainnya. Selain Guns N Roses saya juga mulai sering mendengarkan Bon Jovi, Damn Yankees, Extreme, Skid Row, dan beberapa band beraliran rock lainnya. Musik mereka masih enak didengar, kadang mereka juga punya lagu balada yang manis meski masih terasa macho.

Tapi tunggu sampai kalian tahu musik-musik lain yang saya dengarkan kala itu.

Metallica adalah gerbang sebelum saya mendengarkan band-band beraliran thrash metal. Saya mulai mendengarkan Sepultura dan tiba-tiba saja menjadi sangat menyukainya. Band asal Brasil beranggotakan empat orang ini banyak menciptakan lagu dengan isi kritikan sosial. Salah satu yang saya suka adalah Dead Embryonic Cells. Musik mereka khas musik thrash metal yang kencang, keras dan memekakkan telinga. Tapi saya suka.


Formasi klasik Sepultura tahun 80an dan awal 90an

Saya bahkan bisa menghapal lirik lagu Dead Embryonic Cells itu dan terkadang menyanyikannya, lengkap dengan meniru suara sang vokalis (kala itu) Max Cavalera. Suara yang seperti keluar dari kegiatan menggaruk tenggorokan. Pokoknya saya berasa keren waktu itu, hahahaha.

Sampai hari ini, puluhan tahun setelah pertama kalinya mendengar Sepultura, saya masih sering memutar lagu-lagu mereka. Untuk mengundang semangat sekaligus mengenang masa-masa muda dulu. Masa-masa ketika tidur larut bukan hal aneh, masa ketika belum akrab dengan minyak kayu putih atau balsem Geliga.

Saya ingat ada teman sekolah yang sangat menyukai musik metal. Dia rajin sekali berdandan seperti layaknya penggemar band metal di luar jam sekolah. Kaos hitam bergambar logo band metal dan celana selutut dengan sepatu lars pendek adalah ciri khasnya. Benar-benar khas tampilan anak thrash metal waktu itu.


Ciri khas kaos metal zaman itu

Selain Sepultura, band beraliran thrash metal lain yang saya sering dengarkan adalah Kreator, Pantera, dan Anthrax. Hanya sekadar mendengarkan, tapi tidak sampai benar-benar menyukainya. Apalagi sampai menghapal lirik lagu mereka.

Selain mendengarkan musik, sesekali bersama teman-teman juga kami menyambangi pentas musik lokal di Makassar. Ada pentas yang digelar di lapangan Karebosi, ada juga di sekolah-sekolah (tapi jarang), dan paling banyak di kampus-kampus. Sebagian besar band yang tampil juga membawakan lagu-lagu rock/metal.

Selain pentas, festival band rock juga begitu ramai di Makassar. Selaras dengan ramainya festival band rock tingkat nasional. Band-band yang tampil juga selalu membawakan musik-musik rock/metal. Termasuk lagu-lagu dari Metallica, Sepultura, sampai Anthrax, Kreator, dan banyak lagi band metal lainnya.

Sayangnya saya lupa nama band-band metal lokal Makassar waktu itu. Satu nama yang masih saya ingat adalah Juvenille Metalia Camp (JMC). Nama band lainnya saya lupa.

Di rentang itu juga band-band metal tanah air bermunculan. Power Metal, Boomerang, Rotor, sampai yang paling ramai dibincangkan adalah Jamrud. Mereka rajin sekali tampil di televisi, di radio sampai di panggung-panggung di seluruh Indonesia. Benar-benar masa ketika musik rock/metal sangat bergairah.

Berada di lingkaran penggemar metal itu membuat saya harus mendengarkan lagu pop secara sembunyi-sembunyi. Tanpa sepengetahuan teman-teman, saya masih kerap mendengarkan Richard Marx, Boyz II Men, Mariah Carey, dan pemusik aliran pop lainnya. Tapi sembunyi-sembunyi, sebatas di kamar saja karena takut kena risak teman-teman penggemar metal itu. Hahahaha.

*****

Masuk ke tahun 2000an, musik metal mulai kalah pamor. Di dalam dan luar negeri. Selera musik sebagian besar manusia di dunia mulai bergeser ke musik yang lebih lembut dan romantis. Musik metal masih ada, tapi penggemarnya mulai surut. Band-band baru bermunculan, tapi mereka tidak lagi membawakan musik metal. Sheila on Seven, Peter Pan, dan band-band dalam negeri lainnya lebih senang membawakan musik yang lebih ngepop. Sesuai selera pasar.

Begitulah. Selera akan terus berputar dan berganti. Semua mengikuti perkembangan zaman. Nyaris tidak ada yang abadi di ketinggian. Musik rock/metal setidaknya pernah mencicipi masa-masa berada di puncak sebelum akhirnya kembali ke posisi aslinya. Setidaknya juga, saya pernah berada di masa itu. Menikmati masa muda sebagai penggemar musik metal. [dG]