PSSI-Pada mau ke mana..?
Ngomong soal sepakbola nasional kayaknya bukan bidangku deh,soalnya selama ini aku gak pernah cukup meluangkan waktu untuk mengikuti perkembangan sepakbola Nasional,apalagi sampai nonton ke stadion. Terakhir kali nonton ke stadion taon 2000,waktu PSM masuk semifinal dan final hingga akhirnya juara di Senayan. Itupun karena kebetulan aku dan teman2 lagi ada di Jakarta, yang mana menyebabkan rasa fanatisme kedaerahan kami berlipat ganda. Lagian jarang2 bisa nonton di senayan.
Tapi sebagai pecinta sepakbola pastilah punya espektasi akan perkembangan sepakbola dalam negeri sendiri. Sayangnya sampai sejauh ini espektasi itu belum menampakkan tanda-tanda akan jadi kenyataan. Bukan peningkatan prestasi yang aku (dan pecinta sepakbola lainnya) dapatkan melainkan hasil-hasil memalukan yang terus kami dengar. Kegagalan kayaknya udah bukan berita baru kalo liat nasib Timnas kita. Tadinya aq sempat naruh harapan tinggi pada Timnas U-23 yg sempat nimba ilmu di Belanda dengan ngabisin dana yg luar biasa gedenya. Tapi apa yang terjadi ?,gagal maning gagal maning…di Asian Games malah jadi bulan-bulanan,di Pra Olimpiade blum bisa ngambil poin sebijipun, di kandang sendiri malah takluk dari Lebanon dan-parahnya- Vietnam. Padahal dulu,taun2 80-an Vietnam cuman jadi bulan2an Indonesia,sekarang mereka udah berhak sombong karena bisa mengalahkan Indonesia di negeri sendiri.
Sebagian besar pendapat dari orang2 yg lebih kompeten dalam menilai persepakbolaan nasional tentang biang keladi jatuhnya prestasi timnas kita adalah sistem kepengurusan dan pembinaan yang nggak jalan,hingga akhirnya berimbas cukup besar pada prestasi yang mandek bahkan cenderung mundur. Memang sih,kayaknya PSSI emang organisasi sepakbola paling aneh sedunia, bayangkan kalo ketua umumnya udah secara sah divonis penjara karena pelanggaran hukum masih juga dipertahankan,gak diganti2. pada Munas baru2 ini malah kepilih lagi secara aklamasi karena gak adanya calon lain,walopun sejumlah pihak juga menuding klo ajang Munas ini gak demokratis dan penuh dengan akal2an dari orang2nya Nurdin Halid.
Proses pembinaan yang biasanya jadi pabrik utama pencetak pemain berbakat kenyataannya gak jalan, yang ada malah model pembinaan instan. Mengirim sekelompok anak muda untuk berlatih di luar negeri selama beberapa bulan dan berharap mereka bisa jadi tim yang tangguh dan berprestasi tinggi,sayang sekali model ini kurang cocok buat kita,ato mungkin juga buat negara manapun. Setahuku negara2 yang top di bidang sepakbola pasti punya sistem pembinaan yang berjenjang. Dari umur 10,13,15,17,21,hingga 23 semuanya dibuat secara sistematis dan sangat teratur hingga akhirnya nanti timnas senior mereka bisa memetik hasil yang signifikan. Pengecualian mungkin terjadi pada negara2 Afrika yang notabene lebih miskin dari Indonesia dan tentunya lebih sulit melakukan pembinaan yang teratur. Orang2 Afrika itu mungkin memang gak punya sistem pembinaan yg teratur,tapi mereka punya bakat alami yang luar biasa,yang ditunjang dengan fisik yang sangat bagus. Selain itu para pencari bakat dari benua biru juga pastinya udah punya mata2 di seluruh pelosok Afrika yagn memastikan bakat2 alami itu bisa diasah di Eropa dari semenjak mereka masih sangat belia. Makanya tidak heran pemain seperti Jon Obi Mikel ,Salomon Kalou,Samuel Eto’o,Adebayour dll. bisa berkembang dengan cepat dan pada akhirnya nanti bisa jadi tulang punggung timnas mereka. Indonesia sebagai negara Asia yang mungkin tidak memiliki bakat2 alami seperti umumnya negara2 Afrika harusnya mencoba menciptakan pemain2 bagus dari level paling bawah. Aku yakin para pengurus di PSSI tau teori ini, cuman entahlah apa yang bikin mereka gak mau merealisasikannya.
Dalam sambutannya pada pembukaan Munas PSSI di Makassar,wapres Jusuf Kalla menitipkan pesan pada pengurus PSSI “jangan mencari kehormatan,tapi berilah kehormatan”,tepat sekali beliau nembak dengan kata2 seperti itu,karena sesungguhnya borok utama persepakbolaan kita adalah bahwa para pengurus itu sibuk mencari kehormatan bagi pribadinya,bukan memberikan kehormatan bagi bangsanya. Jadi ingat,Alm.Sucipto Suntoro pernah bilang “ bagaimana sepakbola Indonesis bisa maju kalau yang ngurus orang2 yg gak tau bola “..yah,mungkin inilah potret buram persepakbolaan kita, yang gak tau kapan bisa bening dan bikin kita bangga. Mungkin cucu dari cucukulah nanti yang akan jadi pelakunya..amin