Kandangkan Garuda Muda!

Timnas U19 (foto: Tribunnews)
Timnas U19 (foto: Tribunnews)

Ada harapan baru dari timnas Garuda muda. Harapan untuk membanggakan negeri, tapi sekaligus harapan untuk jadi jualan bagi sebagian orang.

Ada yang berbeda dari penampilan tim nasional U19. Dari helatan piala AFF U19 sampai kualifikasi AFC U19, penampilan anak-anak muda berseragam putih merah dengan lambang garuda di dada itu tidak seperti penampilan tim nasional Indonesia yang kita lihat selama ini.

Evan Dimas, Mukhlis Hadi, Maldini, Yabes, dan teman-temannya bermain seperti pemain Eropa atau Amerika latin. Bergerak dinamis ke banyak penjuru lapangan, melepas umpan pendek, sesekali melempar umpan jauh, berkelit dari kepungan bek lawan dan memutuskan dengan tepat kapan menembak dan kapan mengumpan bola.

?Anak-anak muda itu bermain dengan kepercayaan diri yang tinggi (sayangnya kadang terlalu tinggi), mereka bisa mempermainkan bola di depan kotak penalti lawan tanpa terburu-buru mengeksekusinya menjadi sebuah tendangan keras. Mereka juga punya daya tekan yang luar biasa. Ketika kehilangan bola mereka tidak putus semangat, dengan cepat mereka akan terus berusaha merebut kembali bola itu. Persis seperti anjing pitbull yang tidak rela buruannya lepas dari mulut. Tanya pemain Filiphina, mereka pasti masih ingat betapa mereka selalu kerepotan ketika berhasil merebut bola dari kaki pemain Indonesia.

Mari kita ingat-ingat bagaimana permainan senior mereka di tim nasional yang sama. Penguasaan bola yang buruk, skill yang ala kadarnya serta permainan yang nyaris putus asa adalah pemandangan biasa. ?Ketika kehilangan bola pemain timnas senior tidak langsung berusaha merebut bola, tapi lari ke garis pertahanan sendiri. Ketika mendapatkan bola mereka langsung bingung harus berbuat apa. Ujung-ujungnya bola akan dilempar jauh-jauh ke kotak pertahanan lawan seolah-olah striker mereka setinggi Jan Koller atau Peter Crouch. Intinya, jauhkan bola dari daerah sendiri. Dan untuk itu, tak perlu ada taktik.

Saya tidak tahu mereka memberi makan apa ke anak-anak muda berbaju merah putih itu, tenaga mereka seperti tidak ada habisnya dan seperti selalu berhasil membuat lawan-lawannya kram karena keletihan. Saya juga tidak tahu otak mereka diberi nutrisi apa sehingga IQ mereka terlihat sangat tinggi, selalu bisa mempraktekkan intruksi pelatih di atas lapangan. Anak-anak muda itu bisa berbagi posisi dengan apik, memainkan pola dengan benar dan berakhir dengan skema yang berujung pada gol.

Ada Gula Ada Semut.

Iya, ada gula maka akan ada semut. Peribahasa itu sudah ada sejak jaman purba, mungkin sejak orang menemukan gula dan menemukan kalau semut pasti akan mendatangi sang gula. Anak-anak Garuda muda sedang menjadi gula dengan kesuksesan yang membius. Semut-semutpun sebentar lagi akan datang merubung.

Selepas manisnya juara AFF U19 semut sudah berusaha datang merubung. Adalah seorang Marzuki Alie yang berkoar kalau keberhasilan timnas U19 adalah hasil kerja kerasnya bersama pak presiden. Tak mengapa, semua orang sudah tahu bagaimana kelakuan para pembesar negeri ini. Mereka keluar dari liang ketika ada hal manis yang bisa diklaim. Tapi ketika ada hal buruk, mereka akan mengkerut di dalam liang dan diam sembari menunjuk orang lain. Tak mengapa, itu biasa di negeri kita.

Sebentar lagi mungkin akan ada semut-semut lain yang datang mengklaim manisnya penampilan gula bernama timnas U19 ini. Mungkin hanya menunggu waktu saja.

Semut-semut lain juga sepertinya siap merubung gula yang sedang manis-manisnya itu. Apalagi kalau bukan produk-produk yang melihat pemain-pemain U19 ini sebagai bintang yang menjanjikan. Mereka mungkin siap menyodorkan kontrak dengan nilai tertentu agar bisa mengajak anak-anak muda ini tampil di depan kamera dengan senyum kaku sambil membawa produk mereka. Bintang iklan namanya.

Pekerja televisi juga sudah bersiap mengintai dengan kamera mereka, memasukkan nama-nama pemain U19 ini sebagai calon selebriti yang beritanya menghiasi acara gossip murahan. Saat daftar pesohor yang penuh sensasi sudah habis, maka saatnya mengalihkan kamera ke anak-anak muda yang sedang ranum-ranumnya itu. Mereka adalah gula dan orang-orang itu adalah semut.

Malam ini timnas Garuda muda akan bertemu Korea Selatan, tim yang di atas kertas kemampuannya lebih tinggi satu level. Untungnya karena mereka bermain di atas lapangan hijau, bukan di atas kertas. Semua masih bisa terjadi. Timnas Garuda muda bisa menang dan lolos tapi bisa juga kalah dan gagal melangkah ke putaran final.

Tapi satu hal yang pasti, mereka sudah berhasil membuat orang Indonesia bangga. Bangga pada permainan sepakbola mereka yang benar. Bangga pada semangat mereka yang mengingatkan kita pada orang-orang tua yang disebut sebagai pejuang. Mereka menanamkan harapan kalau sepakbola kita bisa berprestasi di masa depan tanpa harus mengemis pada talenta asing dengan nama naturalisasi.

Tapi semua ada syaratnya. Garuda muda harus dikandangkan, dijauhkan dari godaan semut yang terkutuk. Biarlah mereka tetap jadi pemain sepakbola yang profesional, yang bisa memusatkan konsentrasi pada lapangan hijau dan tak perlu menjadi bintang di layar kaca. Mungkin sampai mental mereka benar-benar kuat untuk jadi sorotan.

Selamat siang, mari bersiap mendukung Garuda muda! [dG]