Ini Bukan Sekedar Permainan

Piala dunia tinggal menghitung hari. Aroma the greatest show on earthitu sudah bisa tercium di mana-mana. Dari bilik-bilik kantor yang wangi dan dingin ber-AC hingga warung pinggir jalan yang gerah dan berdebu. Lihat sekeliling anda, topik tentang piala dunia pasti muncul setiap kali para lelaki berkerumun. Mereka yang tak fasih menimpali obrolan tentang piala dunia pasti akan dianggap sebagai orang yang tak mengerti bola dan tak mengikuti perkembangan. Sebagian wanitapun terseret dalam arus demam piala dunia, singkatnya pagelaran 4 tahunan ini seperti magnet yang mampu menarik atensi jutaan penduduk di muka bumi, bahkan untuk mereka yang tak mengerti sepakbola sekalipun.

Hari rabu kemarin (9/6) saya sempat terlibat dalam chatting singkat dengan seorang teman. dari pembicaraan awal yang hanya bertukar salam kami kemudian mulai ngobrol tentang piala dunia. Saya coba mengulik rasa penasaran dia tentang piala dunia. Namun agak di luar dugaan saya, si teman ternyata sama sekali tidak tertarik dengan sepakbola, meski dalam situasi dunia yang sedang demam sepakbola seperti sekarang.

” not even on a world cup ?” tanya saya.
” no..not even” jawab dia singkat.” i only have three interest, languange, culture and traveling”, tambahnya kemudian.

Saya keukeuh bertahan pada pendapat kalau sepakbola juga punya hubungan dengan budaya. Si teman masih tetap bertahan dengan pendapatnya. Bagi dia sepakbola, ” just a game where people chasing a ball” dan ” it just a game”, katanya.

Sayang perbincangan kami tidak berlangsung lama karena dia keburu harus menyiapkan diri untuk kelas berikutnya meski sebenarnya saya mulai bersemangat untuk menyanggah pendapatnya. Karena semangat saya masih ada di ubun-ubun maka saya putuskan untuk menyambung perbincangan kami lewat postingan ini. Saya merasa wajib mempertahankan pendapat saya kalau sepakbola bukan sekedar permainan.

Apa hubungan paling jelas antara sepakbola dan budaya ? Silakan tanyakan ini pada orang Inggris, saya yakin mereka akan dengan panjang lebar bisa menerangkannya untuk anda. Bagi sebagian orang sepakbola benar-benar bukan hanya sebuah permainan mengejar bola. Orang Inggris menganggap sepakbola adalah budaya, orang Brasil menganggap sepakbola adalah tujuan hidup. Bagi orang Brasil yang miskin, mereka lebih senang anak-anak mereka berlatih sepakbola sedari kecil karena bagi mereka sepakbola adalah jalan pintas mengentaskan kemiskinan.

Di minggu pagi, orang Italia bisa duduk bersama dengan khidmat di gereja tapi saling mencaci dan bahkan saling membunuh di minggu malam di dalam stadion. Seorang wartawan Rusia bahkan pernah menulis “football” di kolom agama dalam formulir yang diisinya. Mungkin berlebihan, tapi itulah kenyataannya. Ada orang yang menganggap sepakbola adalah agama mereka dan pemain idola mereka adalah para nabi dan mesias.

Mau lihat contoh lain kaitan antara sepakbola dengan budaya ? Lihat timnas mereka. Italia relatif bercuaca lebih hangat dari sebagian negara Eropa tengah dan utara. Itu kemudian membuat mereka sedikit lebih santai dan terbuka. Karakter ini juga terlihat di timnas mereka. Italia bukan tipe tim yang bisa selalu menang 4-0 atau tancap gas di awal turnamen. Sesekali mereka memang melakukannya, tapi sebagian besarnya mereka adalah tim yang cenderung membosankan dan rajin membuat fansnya ketar-ketir. Tapi, seiring berjalannya waktu Italia biasanya akan menanjak ke puncak dan tampil sebagai juara. Semakin berat perjalanan mereka maka akan semakin jauh langkah mereka. Persis seperti karakter asli mereka yang santai tapi bisa garang kala tertekan.

Sekarang kita lihat tim Jerman. Orang-orang Jerman dikenal sebagai orang-orang yang cenderung serius dan kaku. Budaya ini tercermin dalam timnas mereka. Jerman terkenal dengan permainan yang text book dan cenderung kaku. Tapi, jangan pernah meremehkan semangat mereka. Sebelum peluit panjang dibunyikan mereka akan terus berlari dan mencari peluang untuk menjadi pemenang. Khas orang Jerman.

Mari kita lihat bukti lain kalau sepakbola benar-benar bukan hanya sebuah permainan. Tahu Jepang ? Siapa yang meragukan kehebatan Jepang dalam hal teknologi ? Mereka tangguh dan mereka disegani. Mereka punya segalanya untuk bisa menempatkan diri mereka dalam pergaulan elit dunia. Lebih dari dua dasawarsa yang lalu, Jepang sadar kalau ada satu bahasa universal yang belum mereka kuasai. Sepakbola. Jepang kemudian serius membenahi sepakbola mereka. Menata liga lokal, mendatangkan pemain-pemain kelas dunia untuk dijadikan guru bagi para pemain muda lokal dan terakhir mendatangkan pelatih-pelatih jempolan untuk menyempurnakan bahasa sepakbola mereka. Kini Jepang punya segalanya untuk jadi modal utama dalam pergaulan elit.

Pernah membaca buku “Drama itu bernama sepakbola” karya Arief Natakusumah ? Di buku itu tergambar jelas segala alasan yang membenarkan pendapat kalau sepakbola bukan sekedar permainan. Sepakbola mempengaruhi banyak hal, bahkan politik sekalipun. Belum pernah ada olahraga yang punya pengaruh sebesar sepakbola. Sepakbola pernah menyelamatkan orang di masa pemerintahan diktator Idi Amin, sepakbola juga menjadi alat pemersatu warga Afrika Selatan yang sebelumnya terpecah akibat politik apartheid.

Sepakbola bukan hanya sekedar olahraga. Sepakbola lebih dari itu. Percayalah.