Terkait dengan postingan Hilman berjudul “Pemain ke 13” di sini, saya jadi ikut tertarik membahas perilaku para pengurus sepakbola kita pasca pertandingan kedua di Grup D Piala Asia antara Indonesia Vs. Arab Saudi.

Well, saya sangat setuju dengan pendapat Hilman dan teman-teman pendukung sepakbola kita yang rasional. Persoalan “salah pilih” wasit saya kira tidak seharusnya disikapi dengan membabibuta oleh para pengurus PSSI itu. Plis deh…wasit gak usahlah lantas jadi kambing hitam, apalagi sampe mendemo ke hotel tempat si Badrawi nginap, trus sampe ngancam mau menarik perwakilan PSSI di AFC. Menggelikan sekali. Anggaplah memang si wasit berat sebelah dan mengeluarkan beberapa keputusan controversial. Kan tidak seharusnya juga kita lantas membabibuta seperti itu hanya karena ada “dorongan” dari presiden SBY. saya kira Nurdin Halid dan sekutunya salah tangkap terhadap coretan tangan pak SBY. ibaratnya, pak SBY Cuma nyuruh nyalain korek api, NH dkk. malah sekalian menyalakan api unggun yang sialnya lagi kemudian membuat kebakaran yang hebat.

Sudahlah teman, anak-anak timnas sudah berjuang sekuat tenaga. Mereka sudah memberikan sesuatu yang sebenarnya berada di luar batas kemampuan mereka. Mereka sudah lebih kalem, tidak terpancing emosi bahkan saat sebagian orang menganggap si Badrawi itu sudah kelewatan. Saya membayangkan jika kejadian seperti ini terjadi di Ligina, di mana wasit dianggap memihak kubu tamu, pasti hancur deh tuh wasit digebukin pemain tuan rumah. Plus bonus lemparan dari supporter.

Syukurlah, pemain kita dan para supporter di GBK sudah dewasa pada waktunya. Protes berlebihan tidak diumbar, apalagi lemparan ke lapangan. Syukurlah bahwa semua sama-sama berpikir rasional bahwa yang penting adalah berjuang sekuat tenaga untuk negeri ini, persoalan ada yang curang di pihak lawan biarlah diurus sama yang berhak mengurus. Tapi sayangnya yang ngurus jadi kebablasan…masing-masing berlomba supaya dianggap pahlawan, supaya dianggap peduli sama sepakbola kita….woiii, kemarin kemana aja pak..?.

Saya sangat setuju sama komentar bung Kusnaeni di acara today’s dialogue di Metro TV. Beliau bilang, persoalan wasit kemarin biarlah berlalu, sekarang tinggal bagaimana kita bersiap menghadapi Korea besok. Sementara tamu yang lain di acara tersebut dengan berapi-api terus mengangkat persoalan wasit ini, sekalian dengan bunga-bunga nan indah tentang kebangkitan sepakbola nasional. Siapakah tamu yang lain itu..?, yup..betul..dialah Nurdin Halid. The one and the only….

Soal momentum kebangkitan sepakbola nasional, ya pasti setujulah…ini memang momentum yang tepat untuk menumbuhkan rasa cinta kita pada tim merah putih. Kata Bung Kus, jarang-jarang lho penonton sampe mau antri buat nonton timnas main. Sekarang pertanyaan saya, mampu nggak NH dkk. menjaga momentum ini, mampu nggak mereka bikin program jangka pendek dan jangka panjang untuk perkembangan sepakbola kita, mampu nggak mereka betul-betul memberikan kebanggaan pada sepakbola kita dan bukan sebaliknya, mencari kebanggan pribadi dari sepakbola..?..ah, paling-paling juga….you know the rest..

Apatis..?, mungkin…tapi maaf ya, saya Cuma apatis dan pesimis pada pengurus, bukan pada Bambang Pamungkas dkk. Buat mereka sih, saya tetap yakin kita bisa bicara banyak di ajang ini, ya syukur-syukur di ajang-ajang berikutnya. Asal anak-anak bisa tampil segila waktu mereka main lawan Bahrain dan Saudi Arabia, saya yakin kita bisa menahan Korea, bahkan kemenangan bukan hil yang mustahal..

Terlepas dari hasilnya nanti, asalkan anak-anak sudah tampil dengan semangat seperti yang dimiliki kakek-kakek pejuang kita dulu saya kira kita akan tetap bangga pada mereka. Nggak tiap hari lho kita bisa melihat puluhan ribu penonton bersama-sama menyanyikan Indonesia Raya (damn..!!!, momen ini berhasil membuat saya merinding..), dan kenapa mereka mau hadir di GBK dan kemudian sama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama..?, pasti karena rasa nasionalisme dan keinginan untuk diakui bangsa lain…kenapa rasa itu bisa muncul..?, karena belasan anak muda berkostum merah putih itu berjuang tak takut mati di lapangan hijau…jadi..ya kita musti bangga dong sama mereka…’tul ngak..?