EURO 2020 yang Rasanya Berbeda

Catatan tentang EURO 2020 yang tidak seperti biasanya. Pelaksanaan yang berbeda karena pandemi COVID-19 dan cara menonton yang berbeda.

Sebagai penggemar sepak bola, dua tahun sekali ada event besar yang selalu saya nantikan. Pertama tentu saja Piala Dunia atau World Cup, kemudian yang kedua adalah EURO Cup atau Piala Eropa. Sebenarnya ada juga ajang sepak bola antar negara-negara Amerika Selatan yang bernama Piala Copa America, tapi karena saya bukan penggemar sepak bola Amerika Selatan jadi ajang ini tidak terlalu menarik perhatian saya. Hanya sesekali saya mengikutinya, itupun biasanya pertandingan final saja.

Kembali ke ajang kesukaan saya itu.

Tahun ini, EURO 2020 akhirnya digelar. Memang mundur setahun, karena harusnya digelar tahun 2020 lalu. Tapi karena pandemi COVID-19 maka terpaksa ajang ini diundur, menunggu kondisi pandemi tidak seburuk tahun lalu. Sampai akhirnya, ajang ini digelar juga.

EURO yang Berbeda

Kondisi pandemi memang membuat ajang EURO 2020 jadi berbeda. Seri EURO kali ini digelar di 11 kota di 11 negara, bukan seperti biasanya ketika digelar di satu negara saja. Ini adalah cara UEFA merayakan 60 tahun penyelenggaraan ajang sepak bola terbesar di Eropa ini. itu saja sudah tanda kalau EURO 2020 ini sudah berbeda.

Tanda lainnya tentu saja pelaksanaan EURO 2020 di tengah pandemi COVID-19.

Tidak semua stadion terisi penuh. Pandemi COVID-19 membuat panitia tentunya harus membatasi jumlah penonton, mencegah laju penyebaran virus. Dari berbagai stadion, hanya stadion Puskas Arena di Hungaria yang membolehkan seluruh kapasitas stadion terisi. Ini alasannya karena tingkat vaksinasi di Hungaria sudah mencapai 80-an % yang berarti herd immunity sudah terbentuk.

Jadilah stadion Puskas Arena jadi stadion yang benar-benar membawa atmosfir pertandingan sepak bola seperti yang biasa kita kenal.

Stadion lainnya belum berhasil membawa keseluruhan atmosfir pertandingan sepak bola. Penonton sudah masuk, tapi belum penuh seperti seharusnya ajang EURO. Tapi, ini tentu saja jauh lebih baik dibanding kondisi liga yang penontonnya kosong melompong.

Menikmati Dengan Cara Berbeda

Lalu, dari sisi saya sebagai penonton, cara menikmati EURO 2020 ini juga ternyata sangat berbeda. Kalau biasanya ajang besar seperti Piala Dunia atau Piala Eropa saya saksikan lewat layar televisi dan disiarkan oleh stasiun televisi, maka kali ini tidak.

Saya sedang ada di Manokwari, dan tidak ada pesawat televisi di kamar kos. Tiga tahun lalu ketika Piala Dunia digelar, saya masih di Jayapura. Tapi saat itu di kamar kos ada televisi dan saya bisa menyaksikan beberapa pertandingan lewat televisi di kamar kos, sisanya di Makassar karena memang saya sempat balik lama waktu itu.

Sekarang, saya menikmati EURO 2020 lewat layar laptop saja. Memanfaatkan streaming dari Mola TV yang jadi salah satu official broadcaster untuk EURO 2020.

Tentu saja ini tidak senyaman menyaksikan pertandingan sepak bola dari televisi. Pertama karena layarnya kecil. Layar laptop hanya 11”, tidak seperti televisi di rumah yang 29”. Kedua, karena ini layanan streaming maka berarti sangat bergantung pada sambungan internet. Sesuatu yang kadang bermasalah.

Kadang tiba-tiba jaringan internet melambat. Yah, namanya juga internet di Papua ya kan? Dan ini sangat berpengaruh pada tayangan di Mola TV. Kadang gambar berubah menjadi sangat buram, kadang malah tidak bergerak sama sekali. Saya harus sabar menekan F5 atau tombol refresh dan menunggu beberapa saat sampai gambar bisa bergerak normal seperti seharusnya.

Tidak seperti tayangan di televisi yang relatif lebih lancar dengan kualitas gambar yang jernih.

Ini belum termasuk kondisi streaming yang kadang tidak real time. Dari tetangga rumah biasanya sudah terdengar orang berteriak- entah karena gol, atau karena ada kesempatan yang terbuang – tapi saya belum melihat alasan kenapa mereka berteriak. Barulah beberapa detik kemudian kejadian itu bisa saya lihat, dan saya bisa bergumam, “Oh ini toh yang bikin mereka berteriak.”

*****

Begitulah, EURO 2020 yang dilaksanakan di 2021 ini memang jadi berbeda dengan ajang-ajang sepak bola besar yang sebelumnya saya nikmati. Ada yang berbeda karena pandemi COVID-19, ada juga yang berbeda karena kondisi infrastruktur tontonan. Benar-benar sesuatu yang tidak biasa.

Tapi, bagaimanapun kondisi ini tetap saya syukuri. Bersyukur karena ajang ini masih bisa digelar, bersyukur karena masih bisa mengikuti ajang ini meski dengan segala keterbatasan. Setidaknya saya masih mendapatkan hiburan melihat aksi pemain-pemain sepak bola di atas lapangan.

Saat saya menuliskan catatan ini, EURO 2020 sedang beristirahat menunggu pertandingan pertama babak 16 besar. Sejauh ini tidak banyak kejutan berarti. Tim-tim unggulan masih lolos ke babak gugur. Termasuk unggulan saya, Italia. Mudah-mudahan sih Italia bisa bertahan lama bahkan menjadi juara. Ini bisa jadi come back terbaik setelah kegagalan mereka masuk ke putaran final Piala Dunia 2018 lalu.

Pokoknya, Forza Azzuri! [dG]