DI CIBELES, MEREKA PUN BERPESTA…..


Minggu lalu saya sempat membuat tulisan tentang La Liga, dan minggu ini rasanya saya tidak tahan untuk memuat tulisan baru tentang liga sepakbolanya orang Spanyol itu. As we know, perburuan gelar antara dua musuh turun temurun, Real Madrid dan Barcelona harus dituntaskan di pekan ke 37, yang artinya adalah pekan penutupan. Di atas kertas Sevilla juga sebenarnya berpeluang, tapi yang paling logis adalah peluang Real Madrid dan Barcelona, mengingat kapasitas mereka yang memang sedikit di atas Sevilla.

And again, as we know..Madrid akhirnya bisa mengunci gelar musim 2007-2008 ini ke dalam lemari pajangan mereka, menemani 29 piala liga lainnya. Dramatis, fenomenal, fantastis, dan tis-tis lainnya. Tertinggal lebih dahulu dari Mallorca, Madrid butuh lebih dari sejam untuk menyamakan kedudukan hingga akhirnya mematahkan perlawanan Mallorca. Sementara di kota yang lain, Barcelona hampir saja menggenggam titel juara setelah unggul 4 gol di babak pertama. Aksi Puyol, Messi dan Ronaldinho membawa Barca sejenak ke puncak klasemen.

Untuk kesekian kalinya si master of strategy dari Italy-Fabio Capello membuktikan kapasitasnya, memasukkan orang yang tepat di saat yang tepat dengan hasil yang tepat. Jose Antonio Reyes, super sub yang dipinjam-barter dari Arsenal muncul sebagai pahlawan. Pekik kemenangan dan tarian kegembiraan memenuhi Santiago Bernabeu, setelah sebelumnya Madridistas dibuat ketar ketir oleh perlawanan Mallorca dan berita dari seberang tentang keunggulan Barcelona.

Don Fabio adalah otak dari segalanya, tiba di Madrid dengan segudang pengalaman, dia mulai bekerja dengan ber ton-ton beban yang bergayut di pundaknya. Puasa gelar selama 4 tahun tentu adalah hal yang memalukan bagi tim sekelas Real Madrid, ditambah kenyataan banyaknya super star lapangan hijau yang telah terlanjur jadi milyarder yang manja karena limpahan duit dan fasilitas, plus keretakan dalam tubuh tim karena faktor bintang dan non bintang.

Fabio Capello dengan tangan besinya yang terkenal itu perlahan mulai menata pondasi tim, kebugaran fisik yang pertama dibenahi. Selanjutnya kotak-kotak berisi pemain yang saling memisahkan diri di ruang ganti diruntuhkan, hanya ada satu ruang buat semua pemain, tidak peduli dia bintang atau bukan bintang. Reaksi tentu muncul, satu persatu pemain yang tidak setuju mulai menumbuhkan permusuhan pada Capello. Cassano yang dulu adalah anak emas Don Fabio, bereaksi keras atas keputusan si bos yang jarang menurunkannya, Ronaldo si phenomenon terpinggirkan dan lebih sering menghangatkan bangku cadangan sebelum akhirnya minggat dan bangkit di Milan. Robinho, Reyes dan Emerson sempat gerah dan bersiap hijar bila tak kunjung mendapatkan jam terbang yang layak.

Keputusan paling kontroversial dari Fabio Capello adalah saat mengumumkan sikapnya yang tidak akan memainkan Beckham di sisa pertandingan musim ini, setelah sang selebritis lapangan hijau itu berjabat tangan dengan petinggi LA Galaxy, klub sepakbola di belahan utara benua Amerika. Beruntung Capello adalah seorang real gentleman, belakangan dia menarik kembali ucapannya dan kembali memasang Beckham di tim inti, setelah mendapat tekanan dari banyak pihak. Bisa dibayangkan, ini adalah keputusan terbesar dari seorang pelatih besar, menarik kembali ucapannya di hadapan media dan mengakui kesalahannya. Capello memang-seperti juga saya- telah salah menilai seorang Beckham yang dikira telah habis masanya, untungnya pula si Beckham tidak menyia-nyiakan kesempatan yang didapatnya. Permainannya yang makin membaik mampu melengkapi pekerjaan rekan-rekannya yang lain untuk meraih kemenangan demi kemenangan, pada saat bersamaan kondisi Barcelona dan Sevilla malah menurun dan akhirnya seperti memberi jalan bagi Madrid duduk di puncak klasemen.

Capello dengan segudang pengalaman dan strateginya selalu muncul dengan solusi yang tepat saat Madrid tertinggal dan tertekan, berkali-kali Madrid seperti gajah yang lolos dari lubang jarum dan menunjukkan kebetahannya duduk di singgasana. Di pekan terakhir Capello memberi bukti-mungkin untuk yang terakhir kalinya bila manajemen Madrid betul akan menggantinya musim depan-bahwa dia adalah master of strategy, pemain yang dimasukkannya sebagai pengganti memberi balasan berupa perubahan besar bagi hasil akhir pertandingan dan hasil akhir perburuan gelar.

Momen ini sekaligus momen yang mengharukan bagi Roberto Carlos dan David Beckham, Carlos mengakhiri masa pengabdiannya selama 11 tahun di Bernabeu untuk selanjutnya terbang ke Turki, sementara Beckham. walaupun “Cuma” 4 tahun menjadi anggota Bernabeau namun telah menjadi bagian penting dari Real Madrid, utamanya dari segi finansial. Kedatangan Beckham sempat membuat Madrid menjadi klub terkaya di dunia yang mampu menjaring jutaan dollar fulus dari penjualan merchandise khususnya yang berkaitan dengan Beckham.

Plasa de Cibeles, air mancur yang secara turun temurun menjadi pusat perayaan tiap kali Real Madrid meraih trophi konon dipenuhi hampir setengah juta orang. Wajar, karena inilah waktu “berbuka puasa” bagi mereka setelah 4 tahun berpuasa gelar dan hanya boleh menjadi penonton selebrasi klub-klub lain. Fabio Capello yang biasanya serius dan jarang tersenyum, larut dalam perayaan yang meriah di Santiago Bernabeu, dalam balutan jas hitamnya Capello kegirangan, basah oleh siraman air para koleganya dan dilempar berkali-kali ke angkasa oleh anak buahnya. Mereka telah mengarungi hampir satu tahun kalender dan full satu musim kompetisi bersama-sama, bahu membahu dan saling mendukung, memberikan keringat di lapangan hijau sambil berharap dewi keberuntungan bersama mereka dengan hasil akhir yang layak dirayakan.di barisan penonton, Tom Cruise mencium Katie Holmes saat Diarra membawa Madrid unggul 2-1, dan Rafael Nadal meluapkan kegembiraan lewat telepon saat Madrid berpesta. Di atas segalanya kami mengucapkan Muchas Gracias senor Capello,


catatan : foto-foto diambil dari Real Madrid.com