Why do I love Pearl Jam ?
“Kenapa sih suka Pearl Jam?”, ini pertanyaan klasik yang sudah cukup sering saya dengar. Saya bisa memahami kenapa beberapa orang sampai mengajukan pertanyaan itu ke saya. Tahun ini mungkin adalah titik pijakan kecintaan saya pada band asal Seattle ini. Sebelumnya saya seakan-akan merasa sendiri, tak ada seorangpun di lingkungan pergaulan saya yang sama-sama menggilai Pearl Jam. Paling hanya sekadar tahu satu-dua lagu mereka.
Segalanya berubah saat awal tahun ini saya mengenal perkumpulan fans berat Pearl Jam di Indonesia, yang menyebut diri mereka Ten Club Indonesia atau PJ.Id. berkumpul dengan teman “senasib”? di dunia maya seakan-akan menumbuhkan dan menyuburkan kembali rasa cinta pada band ini. Bahkan makin subur seiring banyaknya fakta-fakta baru yang saya dapatkan. Saya jadi menemukan beragam alasan-alasan baru yang makin memperkuat pilihan saya.
Jadi kalau anda masih bertanya kenapa saya suka (bahkan cinta) pada Pearl Jam, maka inilah jawaban saya.
1. Karena musik dan liriknya. Well, suka pada sebuah band paling pertama tentu karena musik dan lirik mereka. Itu juga yang terjadi pada saya. Susah untuk dideskripsikan, tapi musik dan lirik Pearl Jam seakan-akan sebuah candu yang sudah merasuk dalam ke tubuhku. Lagu-lagu Pearl Jam adalah theme song saya hampir setiap hari saat menuju ke kantor, saat di kantor dan saat perjalanan pulang ke rumah. Hampir setiap hari. Saya belum pernah merasa bosan. Sebuah kecanduan yang tidak pernah saya dapatkan dari band-band atau musisi lainnya. Musik yang dihasilkan oleh pemusik-pemusik kelas satu dipadu dengan lirik yang kadang keras, tajam dan menyentuh kemudian disempurnakan oleh vocal Bariton yang khas dari Eddie Vedder. Itulah jawabannya.
2. Karena idealisme. Pearl Jam adalah musisi yang idealis. Mereka hanya menciptakan dan memainkan musik yang mereka suka. Bukan yang publik suka. Tak heran kalau nama mereka tidak terlalu populer dan komersil. Dua album awalnya mungkin masih “ear catching”?. Tapi setelah era Vitalogy, Pearl Jam berubah menjadi band yang tak peduli lagi berapa jumlah fans atau berapa jumlah rekaman mereka yang terjual. Semuanya atas nama idealisme.
3. Karena mereka peduli dan menghargai para fans. Pearl Jam sangat peduli pada fans-nya. Mereka pernah “berkelahi”? dengan Tiketmaster hanya demi memperjuangkan harga tiket agar bisa lebih murah dan terjangkau oleh fans. Di salah satu penampilan mereka di Reading Festival 2006 yang lalu, Eddie Vedder sang vocalist menyampaikan permintaan maaf yang besar kepada penonton yang memadati stadion. Vedder merasa tidak enak karena para fans sampai berkemah selama 3 hari di sekitar lapangan sementara mereka menginap di hotel mewah. “We feel sorry because you guys must sleep in a tent for a three days while we are sleep in a fu**ing hotel”?, begitu kira-kira ucapan Eddie. Bukan satu dua kali Eddie terharu sampai menitikkan air mata melihat antusiasme penonton yang sangat besar.
4. Karena kepedulian mereka pada lingkungan. Pearl Jam adalah band yang ikut menggalakkan program peduli lingkungan hidup. Mereka juga aktif dalam kampanye memerangi para perusak lingkungan. Di akhir lagu World Wide Suicide di ajang Lollapalooza 2007, Eddie Vedder mewakili rekan-rekannya meminta penonton untuk mengucilkan salah sebuah perusahaan tambang di Chicago yang membuang limbahnya ke danau Michigan. “Don’t show them any kind of love before they clean up their ass”.
5. Karena sikap anti perang dan anti bush. Pearl Jam dan beberapa musisi lainnya tergabung dalam gerakan Vote for Change? yang bertujuan memaksa pemerintahan George Bush untuk menghentikan perang di Irak dan belahan dunia lainnya yang melibatkan Amerika. Pearl Jam menentang Bush, mereka bahkan punya lagu yang mengkritik keputusan-keputusan pemerintahan Bush seperti dalam lagu World Wide Suicide dan Bu$hleaguer. “He’s not a leader, he is a Texas leaguer”?, begitu komentar Eddie tentang George Bush.
6. Sederhana. Yup, anggota-anggota Pearl Jam memang terkenal sebagai pribadi-pribadi yang sederhana. Kesukesan album perdana mereka tidak lantas membuat mereka membeli mobil mewah, mengoleksi pakaian berharga ribuan dollar atau berpacaran dengan super model. Mereka tetaplah pemusik berkaos oblong, berkemeja flanel, celana pendek ato jeans seadanya plus sepatu boot butut. Sikap itu tetap mereka jaga, bahkan hingga kini.
7. Art work yang keren. Pearl Jam adalah sedikit dari deretan musisi yang sangat memperhatikan desain cover CD dan poster mereka. Darah seni yang kental di dalam diri Jeff Ament-sang bassit-dan Eddie Vedder menjadikan setiap produk Pearl Jam adalah sebuah karya seni rupa atau seni grafis yang memikat.
Well, setidak-tidaknya itulah alasan-alasan yang mendasari rasa cinta saya pada band ini. Sisi negatif mereka pastinya tetap ada. Apalagi mengingat kapasitas mereka sebagai bagian dari musik rock. Alkohol masih menjadi menu mereka, walaupun mereka tetap mengklaim diri bersih dari segala macam zat narkotika. Bagi saya yang penting adalah selalu mengambil hal-hal positif dari segala sesuatu dan mencampurkannya dengan hal-hal positif lainnya.
So, now you know why I love this band, isn’t?
Mas Ipul, duta Pearl Jam untuk Indonesia Timur…heuheuheuheuehhe. Adain gathering tu nanti di Makassar kalo udah dateng DVD-nya.
Duta Pearl Jam untuk Indonesia timur ?..bagus juga tuh idenya…hehehe
ank2 milis yg di Makassar sih setahu saya 3 orang..tapi yg 2 kayaknya gak aktip..jarang onlen..boleh juga ntar kalo DVDnya udah dateng gw urus deh….
aduhhh-aduhhh dimana2 Pearl Jam!! ke tempat Helman juga Pearl Jam 🙂
Aku sih paling suka “last kiss” nya Pearl Jam..waktu baru muncul lagunya aku repeat terus smpe 1 bulan deh kayaknya 🙂 berhenti karena diprotes..:)
hahahaha..
ya abis gimana, emang kebetulan sy dan Helman sama2 kena virus “Pearl Jam”….
Last Kiss emang lagunya Pearl Jam yg paling “ear catching”..renyah dan gampang diterima semua kalangan, walaupun itu sebenarnya lagu lama yg didaur ulang, single itu juga yg paling laku di pasaran. untungnya karena hasil penjualan single itu dipake buat kepantingan ama; (pengungsi Kosovo)…
Hehehe…postingan ini ‘perpanjangan tangan’ dari chat yang waktu itu yah… 🙂