FilmReview

Outsourced The Movie

Todd dan Kuro bersama pengemis sekaligus pencopet
Todd dan Kuro bersama pengemis sekaligus pencopet

Kita tidak bisa memahami orang lain jika kita tetap bertahan sebagai kita, bukan sebagai mereka.

Tersebutlah seorang Todd Hamilton, pria muda dari Seattle-Amerika Serikat. Kantor tempat Todd bekerja mengirimnya ke benua seberang, tepatnya ke India. Di sana mereka membuka cabang baru khusus untuk menangani keluhan atau pertanyaan via telepon untuk produk mereka. Maka berangkatlah Todd dengan pakaian dan pola pikir Amerika-nya ke tanah asing di Asia Selatan itu.

Dengan cepat Todd terjebak dalam situasi menggelikan. Keteraturan dan modernitas a la Amerika langsung berbenturan dengan ketidakteraturan dan kesederhanaan a la India, membuat Todd sempat mengalami shock culture. Tapi tugas harus jalan terus. Dengan ditemani Kuro – manager lokalnya ? Todd terus berusaha memperbaiki kinerja karyawan outsourcing dari India itu.

Target mereka 6 menit untuk rata-rata penyelesaian komplain di telepon. Waktu yang ada sekarang 12 menit, bukan tugas mudah memangkas setengahnya. Benturan terjadi di awal, Todd masih membawa pakaian dan pola pikir Amerikanya ke India yang sederhana. Taget rasanya mustahil dicapai. Bagaimana mungkin mereka bisa bekerja dengan baik bersama seekor sapi yang nongkrong santai di ruang kerja?

Poster Outsourced
Poster Outsourced

Sebuah kejadian menjungkirbalikkan cara Todd berinteraksi dengan karyawan outsourcingnya. Dia menanggalkan pakaian Amerikanya, meninggalkan pola pikir Amerikanya dan mengganti semuanya dengan pakaian dan pola pikir India, tempat di mana dia berpijak. Berhasil! Dengan kerja keras target akhirnya terpenuhi. Formula Todd ternyata tidak sia-sia, dengan cara dan pola pikir India dia berhasil mengalahkan target yang dibuat dari seberang lautan itu.

Tidak semua film berakhir dengan cerita menyenangkan. Di akhir film Todd menerima kabar kalau kantor pusat di sana menurunkan perintah menutup kantor di India. Mereka pindah ke China yang menjanjikan pengeluaran lebih sedikit. Seluruh karyawan outsourcing Todd terpaksa jadi pengangguran, termasuk Kuro sang manager yang sebenarnya berharap bisa menyunting pujaan hatinya tahun ini berbekal gaji dari kantor Todd.

Todd hanya bisa menghela nafas, semua di luar kekuasaannya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, namun kenangan dan pelajaran dari India sudah terlalu jauh masuk ke dalam darahnya. Todd berhasil menyusun kepingan terakhir kehidupannya di negeri yang membuatnya jatuh cinta itu.

Lepaskan Pakaianmu, Lepaskan Egomu.

Film Outsourced sebenarnya film lama, diproduksi tahun 2006 dan disutradarai John Jeffcoat. Karena genrenya yang komedi romantis maka film ini enak untuk ditonton. Alurnya mengalir pelan dengan sisipan kelucuan di sana-sini. Romantisme dijalin dari hubungan Todd dengan Asyha, salah satu karyawan lokal yang diangkatnya jadi asisten manager.

Pelajaran penting dari film ini adalah, kita tidak bisa datang ke suatu tempat dengan membawa cara dan identitas kita kemudian dengan semena-menang mencekokkannya ke orang-orang di tempat tersebut. Sekalipun mereka adalah bawahan kita.

Tiap orang punya cara dan metode sendiri yang sudah teruji selama ratusan atau mungkin ribuan tahun. Cara, metode atau budaya itu menjadi denyut nadi mereka, teruji oleh waktu dan terbukti pas dengan mereka. Cocok, tepat dan bisa membuat mereka hidup. Bukan hak kita untuk datang ke suatu tempat dan menuding cara mereka ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan modernitas dan sebab itu harus diganti dengan cara yang kita bawa. Cara yang lebih baru dan terbukti cocok dengan dunia yang makin modern.

Kita tidak bisa datang ke suatu tempat dengan ego dan superioritas tertentu dan langsung menancapkan cap KETINGGALAN JAMAN di jidat mereka. Semua orang punya cara, metode dan budaya sendiri. Kita hanya perlu bersabar, menanggalkan pakaian, menanggalkan ego dan melupakan superioritas lalu duduk bersama mereka, berpikir dengan cara mereka, belajar bersama mereka dan menambahkannya dengan pengetahuan yang kita punya. Proses pertukaran itu bisa saja menghasilkan sebuah cara dan metode yang lebih pas untuk mereka. Bukan membuat mereka menelan mentah-mentah cara dan metode yang kita bawa.

Saya percaya, semua budaya, semua cara, semua warisan leluhur sesungguhnya punya tujuan membuat kita lebih baik. Hanya sudut pandang kita yang kadang membuatnya tidak terlihat.

[dG]

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (2)

  1. Daeng, saya percaya seorang pejalan itu harus mampu berbaur dengan masyarakat lokal. Tidak ada peradaban, suku atau budaya yang lebih baik dari yang lain 🙂 Tiap mereka punya keunikan dan alasan mengapa budaya mereka seperti itu.

  2. wah ini menarik dan agak sedikit membuka pikiran sy terhadap “sesuatu”. Dan contoh cerita di atas tdk terbatas hanya ketika kita pindah ke daerah/wilayah baru yg memiliki budaya yg berbeda tp ini juga mengena jika kita pindah dari suatu pekerjaan yang memiliki pola yg sangat berbeda dr pekerjaan yg pernah kita geluti…
    thanks for sharing daeng….ini bisa membuka pikiran kita untuk mencoba beradaptasi dalam suasana yg baru 😀

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.