Keroncong dan Kopi Susu Indotjina di KTO Makassar
Kopi Tiam Oey setahu saya memang menggunakan identitas jadul dalam interiornya, termasuk KTO di Makassar. Hebatnya, identitas jadul itu malah menyempurnakan kenikmatan sajiannya.
Pagi sebentar lagi berlalu, langit Makassar sedang kelabu tersaput awan. Motor saya hentikan di depan sebuah ruko di Jl. Arief Rate 23b, tidak jauh dari rumah sakit Catherina Booth yang sedang direnovasi. Bangunannya terlihat sempit, hanya selebar sekira 4 meter dengan 3 lantai sehingga terlihat jangkung.
Bangunan itu adalah Kopi Tiam Oey, berdiri tepat di samping toko roti. Sudah lama saya tidak ke bangunan ini, seingat saya dulu bagian depannya terbuka khusus buat tamu perokok yang tidak mau mengganggu tamu lainnya. Sekarang bagian itu sudah ditutup dinding kaca meski juga tetap diperuntukkan bagi para perokok. Dari teras yang ditutup dinding kaca itu ada satu lagi pintu untuk masuk ke bagian dalam, bagian inti dari Kopi Tiam Oey Makassar.
Ruko yang dari luar terlihat sempit itu ternyata tidak terasa terlalu sempit ketika sudah berada di dalam. Meja dan kursi berjejer di dua sisi, menyisakan bagian tengah serupa lorong yang berakhir di sebuah meja kasir tinggi dan lemari-lemari kayu. Di atas meja kasir ada gramaphone, sementara di lemari yang membatasi ruang pengunjung dan dapur berjejer beberapa benda-benda tua lainnya.
Ada radio transistor besar, kaleng krupuk dari jaman baheula sampai pernak-pernik kecil yang mungkin sama tuanya. Di dinding poster-poster iklan jaman dahulu juga terpajang rapi. Semua itu menyempurnakan nuansa jadul yang kental dari Kopi Tiam Oey, termasuk Kopi Tiam Oey Makassar. Satu lagi yang unik, di plafon bergantungan kandang burung yang diselimuti kain merah. Kandang burung itu bukan hanya pemanis karena sekaligus berfungsi juga sebagai penutup lampu. Unik dan menarik!
Karena kami datang masih pagi maka pilihan utama kami adalah makanan ringan sebagai pengganjal perut, apalagi karena saya memang tidak terbiasa makan berat di pagi hari. Pilihan jatuh ke kopi, saya penasaran ingin tahu bagaimana rasa kopinya. Karena namanya Kopi Tiam Oey maka tentu saja harapan saya tinggi pada cita rasa kopinya. Telunjuk saya mengarah ke kopi susu Indotjina dengan roti kaya sebagai penyempurnanya.
Di dinding ada banyak foto menu makanan yang jadi jagoan KTO, namanyapun unik dengan ejaan yang jadul. Ada Nasi Kowning Mini, Ijs Cendol Melayu sampai Kroketjes Blanda. Nama-nama yang unik dan benar-benar terkesan jadul.
Tidak berapa lama menunggu, pesanan kami datang. Kopi Susu Indotjina yang saya pesan ternyata kopi susu yang disajikan dengan teknik Vietnam Drip. Pantas saja namanya Kopi Susu Indotjina, Vietnam kan memang bagian dari Indochina.
Setelah menunggu sampai tetesan terakhir jatuh dari Vietnam Drip, kopinya segera saya seruput. Rasanya, WOW! Kental, rasa kopinya kuat dan campuran susunya pas. Kalau saya tak salah kopinya robusta dari Toraja Sapan. Rasa yang sangat familiar dengan lidah saya.
Pendamping kopi yang saya pesan adalah roti kaya bakar. Rotinya juga sama enaknya, dibakar dengan tingkat kematangan yang pas dengan rasa kaya yang nikmat. Benar-benar pagi yang menyenangkan, melewatinya dengan kopi dan roti yang nikmat.
Kenikmatan bukan hanya dari makanan dan minuman serta pajangan di dinding, ada satu lagi: lagu-lagu keroncong jadul. Sepanjang menikmati sajian kuping dimanjakan oleh lagu-lagu keroncong yang saya tebak berasal dari tahun 1950an sampai 1960an. Suaranya memang tidak terlalu besar dan tidak mengganggu, tidak seperti beberapa tempat makan yang suara musiknya kadang membuat kita harus mengobrol dengan setengah berteriak. Di Kopi Tiam Oey Makassar, suara musik yang sendu pas sebagai latar belakang.
Saya memang belum sempat menikmati banyak menu di Kopi Tiam Oey Makassar, tapi untuk sementara kopi susu Indotjina dan roti kaya sudah jadi menu ter-maknyus pilihan saya. Di belakang hari saya harus balik ke sana, mencoba menu yang lain di suasana yang unik dan menyenangkan itu. [dG]
Video review Kopi Tiam Oey Makassar