Film-Film Pengisi Waktu (VI)

Ulasan beberapa film yang saya tonton dalam beberapa hari terakhir.



Kembali, saya hadir dengan beberapa film yang saya tonton beberapa hari belakangan ini #halah. Film-film pengisi waktu, istilah saya. Walaupun ada teman yang bilang: film kan memang buat mengisi waktu? Iya juga ya, tapi dia pasti tidak tahu bahwa ada film yang sengaja diputar bukan untuk mengisi waktu, tapi untuk membangkitkan gairah. #halahlagi. Jadi sudahlah, tidak usah mendebatkan apakah memang film hanya untuk mengisi waktu, atau bisa dipakai untuk hal lain.

Saya langsung saja cerita dengan singkat beberapa film yang saya tonton beberapa hari belakangan ini.


Paskal The Movie

#1. PASKAL: The Movie

Sebuah film Malaysia, berkisah tentang sebuah tim khusus bagian dari Pasukan Khusus Angkatan Laut (PASKAL) Malaysia. Pasukan ini termasuk pasukan elit Royal Malaysian Army. Tokoh utamanya, Arman Rahmat (Hairul Azreen) diceritakan berada dalam kebimbangan. Dia sangat mencintai pekerjaan, tapi sang ibu yang sakit-sakitan seperti tidak setuju pada pilihannya. Ayahnya juga anggota PASKAL yang gugur di dalam tugas. Kisah lama itulah yang membuat sang ibu berat melepaskan anak satu-satunya untuk tetap menjadi anggota PASKAL.

Setelah kematian sahabatnya – Joshua – Arman memang sempat berhenti bertugas di lapangan dan memilih menjadi staff di belakang meja sambil menjaga janda Joshua yang *ehum* tetap cantik. Tapi, darah sebagai orang lapangan membuat Arman tidak bisa lama-lama di belakang meja. Dia akhirnya harus kembali ke lapangan, memerangi geng bajak laut yang menggunakan jasa Ammar, desersi PASKAL yang dulu pernah bertugas bersama Arman.

Akhir kisahnya pasti kalian sudah bisa menebak. Tidak jauh-jauh dari kisah heroik seperti yang biasa dilihat di film-film.

Lumayan bagus, meski jalinan ceritanya tidak terlalu memikat. Hampir tidak ada yang baru di film ini, penggarapannya pun terkesan biasa saja bagi penonton yang sudah terbiasa menonton film dengan tema sama buatan Hollywood.

Skor: 3/5


Poster Airlift

#2. Airlift

Tahun 1990, Irak di bawah pemerintahan Saddam Husain menyerang negara tetangganya Kuwait. Penyerangan ini sekaligus sebagai tindakan aneksasi Irak atas negara kecil kaya raya itu. Untuk beberapa saat, Kuwait menjadi negara jajahan Irak. Para pemimpin Kuwait melarikan diri ke luar negeri, sisanya dihukum mati. Beberapa warga negara asing terperangkap di dalam negeri yang semakin kacau itu, termasuk Ranjit Katiyal (Akhsay Kumar) warga India yang bekerja sebagai pebisnis di Kuwait.

Dengan uang yang dimilikinya, Ranjit sebenarnya bisa dengan mudah meninggalkan Kuwait dan ke tempat yang dia dan keluargannya mau. Tapi ternyata hatinya terketuk melihat begitu banyak warga India lainnya yang sama-sama terjebak di negeri yang sedang kacau itu. Ranjit lalu mengerahkan semua yang dia punya untuk menyelamatkan mereka. Tenaga, uang, waktu, dan bahkan harus menghadapi omelan istrinya yang merasa tidak diacuhkan.

Film ini terinsirasi dari kisah nyata penyelamatan 170.000 warga India di Kuwait ketika perang teluk baru saja dimulai. Sebuah usaha penyelamatan yang disebut sebagai penyelamatan terbesar di dunia. Film yang menarik dan tidak membosankan. Karakter Ranjit terasa sekali perubahannya. Dari seorang bisnismen yang egois menjadi seorang anak manusia yang penuh empati.

Skor: 4,5/5


Pasukan khusus India, ternyata keren juga hehehe

#3. Uri: The Surgical Strike

Satu lagi film India yang saya tonton. Berkisah tentang pasukan khusus India yang menyerang sebuah titik di perbatasan India-Pakistan, tempat bercokolnya para teroris yang baru saja membuat kekacauan di pangkalan militer India di Uri. Tokoh utamanya, Vihaan Singh Shergill (Vicky Kaushal) adalah seorang mayor pemimpin pasukan khusus. Seperti kisah di PASKAL, Vihaan pun sempat berada dalam keadaan galau ketika ibunya yang demensia dan sakit-sakitan membutuhkan perhatian lebih. Dia pun sempat bekerja di belakang meja di New Delhi demi bisa lebih dekat pada sang ibu.

Namun, sebuah serangan teroris di pangkalan militer Uri menewaskan saudaranya yang juga seorang tentara. Naluri Vihaan terusik. Dia kembali turun ke lapangan memimpin sebuah operasi khusus menembus perbatasan di Kashmir demi menumpas sekelompok teroris yang diketahui sebagai dalang serangan di Uri.

Diangkat dari kisah nyata yang terjadi di tahun 2016, fim ini dikemas cukup apik. Setidaknya memberi gambaran kalau militer India juga ternyata punya perlengkapan dan kemampuan yang lumayan. Jauh sekali dari gambaran polisi India yang konyol dan suka datang terlambat itu. Pasukan khusus India bisa bergerak begitu efisien dan efektif dalam menumpas musuh, bahkan di kandang musuh itu sekalipun.

Layak untuk ditonton.

Skor: 4,5/5

Baca juga review film-film lain yang saya buat di sini:


Liam Neeson bertemu si perempuan misterius

 #4. The Commuter

Seorang mantan polisi yang bekerja sebagai sales asuransi mengalami hari yang buruk. Michael Woolrich (Liam Neeson) menerima pemecatan di hari ketika dia sedang bingung memikirkan nasib kuliah anak semata wayangnya. Dalam perjalanan pulang dengan komuter, Michael didekati seorang perempuan misterius yang mengaku sedang melakukan sebuah eksperimen psikologis. Eksperimen yang kemudian melibatkan Michael.

Seluruh cerita kemudian berpusat pada sebuah kereta komuter yang sudah 10 tahun diakrabi Michael. Sebagian besar penumpang reguler di kereta itu sudah dikenali dan mengenali Michael. Sebuah perintah asing dan aneh memaksa Michael untuk terlibat dalam sebuah aksi menegangkan. Hingga ketegangan itu berujung pada sebuah kecelakaan tergelincirnya gerbong kereta yang dinaiki Michael dan kemudian menyingkap semua misteri yang mengikutinya sejak bertemu si perempuan misterius.

Sebuah film aksi yang dibintangi Liam Neeson, si kakek yang masih macho di usia 60an tahun. Cukup menarik meski ada beberapa cerita yang buat saya agak tidak masuk akal, tapi tidak sampai mengganggu kenikmatan menonton aksi Liam.

Skor: 4/5


Yowis Ben, Band

#5. Yowis Ben 1

Bayu (diperankan Bayu Skak) adalah seorang remaja biasa saja di sebuah sekolah di Malang, Jawa Timur. Di lingkungan sekolahnya dia adalah sosok anak yang dengan mudah dilupakan, kecuali bahwa setiap pagi dia membawa sebakul nasi pecel jualan ibunya yang sudah menjanda. Seperti umumnnya anak yang biasa saja, kisah percintaan Bayu pun mengenaskan. Secara sepihak dia jatuh hati pada Susan (Cut Meyriska), salah satu gadis populer di sekolahnya. Tapi apa daya, Bayu hanya seorang anak penjual pecel dengan motor Honda Astrea tua yang tentu kalah mentereng dari mobil BMW milik Roy, cowok lain yang juga mendekati Susan.

Bertekad keluar dari hidup yang biasa-biasa saja, Bayu kemudian mengajak sobatnya Doni (Joshua Suherman) untuk membentuk sebuah band. Mereka kemudian merekrut Yayan, anak lain yang sama merananya dengan Bayu serta Nando, anak ganteng yang sebenarnya lebih ingin dipuja karena karyanya bukan karena wajahnya. Kisah film ini kemudian berputar di band yang kemudian diberinama Yowis Ben. Seperti umumnya sebuah band, gesekan antar personil pasti ada. Termasuk ketika Susan akhirnya mulai mendekat Bayu yang bandnya semakin populer.

Film khas anak muda, tentang percintaan dan kisah kehidupan. Film ini saya tonton di pesawat dalam perjalanan dari Jayapura ke Makassar. Menurut saya film ini menarik, dikemas apik meski jalan ceritanya biasa saja. Saya bisa menikmati seluruh dialog yang ditampilkan dalam bahasa Jawa dengan dialek Jawa timuran.

Lumayan menghibur menurut saya. Pantas saja kalau film ini kemudian dibuat sekuelnya.

Skor: 4/5


Para tokoh utama di Wiro Sableng

#6. Wiro Sableng: Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212

Sebuah kampung disatroni sekelompok penjahat di bawah pimpinan Mahesa Birawa (Yayan Ruhiyan). Penyerangan itu sekaligus menewaskan sepasang suami istri Suci (Happy Salma) dan Ranaweleng (Marcell Siahaan). Anak mereka, Wiro (ketika besar diperankan Vino G. Bastian) berhasil diselamatkan oleh seorang pendekar perempuan, Sinto Gendeng (Ruth Marini). Sinto pula yang kemudian merawat dan membesarkan Wiro hingga menjadi pendekar tangguh dengan kapak sakti naga geni 212 sebagai senjata andalannya.

Atas arahan sang guru, Wiro kemudian mencari Mahesa Birawa yang bertanggung jawab pada banyak kekacauan di negeri itu. Termasuk ketika Mahesa ikut dalam rencana jahat menggulingkan Raja Kamandaka (Dwi Sasono). Dalam perjalanannya, Wiro bertemu dengan dua pendekar lain, Anggini (Sherina Munaf) dan Bujang Gila Tapak Sakti (Fariz Alfarizi) serta seorang pendekar misterius, Bidadari Angin Timur (Marsha Timothy). Kisah selanjutnya dapat ditebak, kisah pertarungan antara kebaikan melawan kejahatan yang akhirnya akan dimenangkan oleh kebaikan.

Film ini juga saya tonton di atas pesawat. Film yang diangkat dari sebuah novel terkenal tahun 80an hingga 90n yang ditulis oleh kakek Vino, Bastian Tito. Agak di luar ekspektasi karena ternyata tidak sebagus yang saya bayangkan. Bahkan jujur, saya sempat tertidur ketika menonton film ini. Terlalu datar menurut saya. Kurang letupan dan kurang bisa mengungkit kembali kenangan ketika saya membaca novelnya dan mengikuti serialnya di sebuah stasiun televisi swasta puluhan tahun lalu.

Tapi setidaknya ada dua hal yang membuat saya tertarik. Pertama, penampilan Andy /rif sebagai Dewa Tuak yang nyaris tidak saya kenali. Kedua, penampilan Aghniny Haque sebagai Rara Murni yang eheum, begitulah. Hahaha.

Secara umum filmnya menarik, tapi tidak cukup berhasil membuat saya menahan kantuk.

Skor: 3,5/5

*****

Nah, itulah enam film yang saya tonton dalam beberapa waktu belakangan ini. Lumayan buat pengisi waktu di akhir pekan, bukan? Mungkin kalian punya rekomendasi film lain? Yuk berbagi cerita di bawah. [dG]