Apa jadinya sebuah kota tanpa pasar?
Dalam berbagai literatur sejarah selalu bisa ditemukan fakta bahwa pasar adalah salah satu komponen yang selalu ada dalam jejak sejarah sebuah peradaban. Tengok perkembangan sebuah kota, pasti selalu ada pasar di dalamnya. Tidak ada kota yang bisa hidup tanpa pasar. Pasar yang bergairah adalah lambang denyut nadi sebuah kota.
Di pasar, ragam aliran bertemu seperti sebuah muara yang mewadahi anak-anak sungai. Orang datang membawa barang dan pulang membawa keuntungan, ada yang datang membawa uang dan pulang membawa barang. Proses tukar-menukar jadi bagian dalam nafas sebuah pasar. Secara tidak langsung juga jadi nafas sebuah daerah dan sebuah peradaban.
Di Makassar ada sebuah pasar besar, namanya pasar Terong. Dibangun pada periode tahun 1960-an dan perlahan menjadi pasar yang sangat besar di kawasan Indonesia Timur. Di dalam pasar yang semakin riuh itu bersimpangan banyak cerita, bersentuhan satu sama lain dan menciptakan cerita yang sangat berwarna.
Bukan hanya putaran uang yang ada di sana, tapi juga cerita kehidupan anak manusia, perjalanan drama kehidupan, kemarahan, kesedihan, kegembiraan dan entah apalagi. Ibaratnya, pasar Terong betul-betul menjadi sebuah dunia di dalam kota Makassar. Dunia dengan segala realita, impian dan ceritanya.
Segenap kisah dari pasar Terong itu didokumentasikan dalam sebuah buku setebal 240 halaman berjudul: Pasar Terong Makassar: Dunia Dalam Kota, terbitan Ininnawa 2013. Buku ini adalah rangkuman dari penelitian dan catatan-catatan berserakan dari beberapa penulis yang aktif dalam AcSI (Active Society Institute) sebuah lembaga nirlaba yang aktif mendampingi para pedagang pasar Terong dalam beberapa tahun belakangan ini.
Dunia Dalam Kota adalah sebuah memoar indah tentang rentang waktu yang panjang dari sebuah pasar terbesar di Makassar (dan Indonesia Timur). Cerita di dalamnya penuh dengan sentuhan humanis yang terasa sangat lekat dengan keseharian kita. Tentang para pedagang yang bergelut dengan tantangan hidup di dalam lingkungan pasar yang tak selalu ramah. Bergelut dengan kemungkinan-kemungkinan yang setiap saat bisa memaksa mereka pindah, kehilangan tempat mencari nafkah dan bahkan kehilangan nyawa.
Di bab-bab awal kita akan diantar untuk mengenal lebih dekat sejarah pasar Terong. Dari awal mula terbangunnya pasar hingga rencana relokasi dan renovasi yang tak selalu berujung mulus. Ada juga uraian mendetail tentang distribusi pasar yang sulurnya bahkan sampai ke negeri seberang.
Berikutnya kita akan lebih dekat kepada para pedagang, menyimak hidup mereka yang selalu penuh warna. Bukan hanya warna cerah keberhasilan tapi juga warna gelap kegagalan. Ada cerita tentang perempuan-perempuan dalam pasar yang tak pernah lepas dalam sejarang panjang pasar ini. Bahkan kita juga akan diajak masuk ke lorong-lorong tergelap pasar Terong yang berisi cerita seram para preman penguasa pasar serta pergesekan mereka dengan sesama preman maupun dengan penguasa.
Dunia Dalam Kota juga berisi banyak cerita tentang budaya keseharian orang pasar yang mungkin menurut kita orang di luar pasar sangat primitif dan tak berbudaya namun sesungguhnya menyimpan ketulusan yang sangat besar. Ada banyak pelajaran hidup dalam perjalanan panjang para pedagang di pasar Terong yang akan membuat kita berpikir kalau mereka tidak pernah sekumuh yang kita bayangkan.
Tanpa sadar pasar Terong ternyata sudah mencatat begitu banyak dinamika kota dan menciptakan dinamika sendiri yang membuatnya benar-benar menjadi sebuah dunia sendiri dalam sebuah kota.
Bagi anda yang senang berbagi cerita kehidupan dari orang-orang kecil yang kadang terpinggirkan dan terlupakan, maka buku Dunia Dalam Kota ini adalah pilihan yang tepat. Baca cerita mereka dan renungkan betapa mereka menghargai hidup dengan cara mereka sendiri. Cara yang mungkin selama ini tidak terpikirkan oleh kita saking kerasnya. Di akhir cerita kita akan kagum pada kemampuan mereka bertahan di dalam dunia mereka sendiri yang selalu tak aman dari gempuran dunia lain di luar mereka.
Karena sesungguhnya mereka yang bertahan hidup di dalam pasar hanyalah mereka yang punya ketulusan dan kekuatan lebih. [dG]
Catatan: bagi anda yang tertarik memiliki buku ini bisa menghubungi akun twitter @MksNolKm atau @kampung_buku atau @1ninnawa. Buku ini adalah kolaborasi berbagai komunitas berbasis warga yang memang dipersembahkan untuk warga. Dari warga kota untuk warga kota.
jadi kangen masuk pasar, kl di SMG dulu hampir tiap hari masuk pasar. Di JKT rumahku dekat dgn salah 1 pasar tradisional terbsar di JKT Kebayoran Lama tp krn ada ibu ya gak pernah ke pasar ^^