Review

Di Kelas Inspirasi, Saya Malah Terinspirasi

salah seorang anak SD peserta kelas inspirasi
salah seorang anak SD peserta kelas inspirasi

Saya sempat melihat langsung pelaksanaan kelas inspirasi. Tapi akhirnya justru saya yang terinspirasi.

“Susah mentong jadi guru. Baru sehari capek ma kurasa.” Kata Wahyu, salah seorang pengisi kelas inspirasi Gowa kelompok 17. Wahyu bersama 3 orang lainnya dari latar yang berbeda-beda hari itu mengisi kelas inspirasi Gowa. Wahyu yang seorang PNS di Dinas Pertanian Kab. Gowa menjadi relawan bersama istrinya Drg. Uci, Irfan Abd. Gani seorang wartawan dan seorang lagi gadis dari Perancis yang sedang belajar tari pakkarena di Makassar bernama Bloomy.

Mereka berempat berbagi inspirasi di SD Inpres Bontonompo yang berjarak sekira 14km sebelah selatan kota Makassar. Masing-masing diberi waktu 40 menit mengisi kelas secara bergantian, dari kelas 3,4,5 dan 6.

Selama 3 jam mereka merasakan sendiri bagaimana menjadi seorang guru, merasakan beratnya perjuangan memberi ilmu, menambahkan pengetahuan dan berbagi dengan anak-anak. Cuaca panas, kelas yang gerah dan anak-anak yang susah diatur adalah tantangan berat yang baru mereka sadari.

Saya hadir menemani mereka hanya sebagai orang yang mendokumentasikan kegiatan itu dalam foto dan video. Sebenarnya teman-teman dari kelas inspirasi Gowa sudah meminta saya untuk menjadi relawan dan mengisi kelas, sayang saya belum berani.

Alasan pertama saya karena soal waktu. Saya takut begitu ajakan mereka saya terima tiba-tiba saya harus meninggalkan Makassar. Beberapa waktu belakangan ini saya memang sedang sibuk untuk keluar kota memenuhi panggilan tugas.

Tapi ada alasan lain yang sebenarnya membuat saya belum berani mengisi kelas inspirasi. Saya merasa saya belum cukup punya sesuatu yang bisa menginspirasi anak-anak SD itu. Pekerjaan saya masih jauh dari pekerjaan yang diidamkan anak-anak. Saya bukan dokter, bukan PNS, bukan pula tentara atau polisi. Profesi yang selalu jadi impian jutaan anak-anak Indonesia.

*****

“Anak-anak harus diberi inspirasi kalau di luar pekerjaan-pekerjaan yang sudah mereka kenal masih ada banyak pekerjaan lain yang juga sama bagusnya.” Kalimat itu keluar dari mulut Jimpe, seorang kawan yang kadang saya anggap sebagai guru.

Beberapa jam setelah ikut melihat langsung kelas inspirasi Gowa saya memang bertemu dia di suatu sore yang terang. Kami mengobrolkan kelas inspirasi dan akhirnya kalimat itu keluar.

Saya tertegun sejenak. Merenungkan kalimat yang diucapkan Jimpe itu.

Benar juga ya, anak-anak harus dibuka pikirannya seluas mungkin. Mereka harus tahu kalau dunia ini tidak hanya berputar di sekitar profesi yang sudah terlanjur dikenal dan jadi patokan sukses tidaknya seorang manusia di republik ini.

Jadi dokter, guru, PNS, tentara, polisi, insinyur adalah profesi yang selalu gilang gemilang dalam pikiran anak-anak. Tapi tahukah mereka kalau di luar profesi-profesi itu ada profesi lain yang juga bisa menghidupi dan membahagiakan banyak orang?

Penulis, budayawan, sastrawan, kartunis, fotografer, traveler dan banyak lagi pekerjaan lain yang muncul di era sekarang adalah pekerjaan-pekerjaan yang dulu mungkin tidak pernah terbayangkan oleh anak-anak, utamanya anak-anak yang hidup jauh dari gemerlapnya kota.

Obrolan dengan Jimpe membuat saya sadar, anak-anak harus dibangunkan dari mimpi. Diperlihatkan realita yang sebenarnya bahwa hidup tidak selamanya bisa diatur seperti sebuah bangunan. Hidup punya banyak warna, banyak kelokan dan banyak pilihan.

Kelas inspirasi memang harus menjadi salah satu jembatan yang bisa memfasilitasi itu, menjadi pintu untuk mengenalkan dunia yang sebenar-benarnya kepada anak-anak yang masih polos. Tanpa bekal yang bagus, anak-anak bisa saja akan terkaget-kaget lalu kehilangan arah ketika mendapati hidup yang tak seideal bayangan mereka, bayangan yang dicekokkan orang-orang dewasa kepada mereka.

Selepas melihat langsung pelaksanaan kelas inspirasi dan obrolan singkat dengan Jimpe saya tiba-tiba sadar, suatu hari nanti saya juga harus ikut di kelas inspirasi. Saya mungkin belum cukup sukses dalam bingkai tertentu atau dalam perspektif sebagian orang, tapi setidaknya saya harus mengambil bagian mengenalkan anak-anak pada realita dunia yang tak selamanya seideal bayangan mereka, tentang dunia yang memberi banyak pilihan selama kita punya banyak bekal.

Kelas inspirasi malah memberi saya inspirasi. [dG]

Video kelas inspirasi Gowa grup 17

About Author

Daeng Ipul Makassar
a father | passionate blogger | photographer wannabe | graphic designer wannabe | loves to read and write | internet junkie | passionate fans of Pearl Jam | loves to talk, watch and play football | AC Milan lovers | a learner who never stop to learn | facebook: Daeng Ipul| twitter: @dgipul | ipul.ji@gmail.com |

Comments (1)

  1. Benar Daeng. Dua kali menjadi relawan pengisi Kelas Inspirasi Makassar, saya selalu memerankan profesi yg berbeda di kelas. Namun, saya tidak pernah menceritakan profesi karyawan saya. Lebih sering sebagai seorang blogger (penulis) dan pengusaha secara umum. Karena memang bahwa menulis, menggambar, membuat video, dan hobi lainnya pun bisa menjadi pekerjaan yang menyenangkan dan menghasilkan.

    Harapannya sederhana, agar mereka ketika memilih profesi benar-benar berangkat dari minat dan hobi masing-masing. Bukan karena pilihan orang lain dan keterpaksaan.

Comment here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.