Teman Baru dari Perancis

Bruno dan Caroline dengan kaos AM, courtesy ; Daeng Mappe

Masih ada hubungannya sama acara jalan-jalan bersama Anging Mammiri kemarin, kali ini saya mau cerita tentang teman baru kami dari Lille-France

Pagi itu saya dan teman-teman berkumpul di dermaga Kayu Bangkoa menunggu pemberangkatan ke pulau seberang, Barrang Lompo. Tak lama kemudian Daeng Mappe memperkenalkan seorang lelaki bule yang sedari tadi memang berdiri dekat kami. Saya juga baru sadar kalau ternyata lelaki bule itu beserta seorang lagi wanita muda ramping di dekatnya adalah kenalan Daeng Mappe.

Kami langsung terlibat dalam percakapan singkat. Lelaki itu bernama Bruno, bahasa Inggrisnya tidak terlalu lancar. Sayapun begitu, jadinya kami ngobrol dengan bahasa Inggris yang standar banget dan itupun diselingi dengan “eee..eee..” jeda beberapa detik untuk mencari padanan kata yang tepat. Si Bruno bahkan sempat memanggil temannya Caroline untuk menerjemahkan apa yang mau dikatakannya. Si Caroline sepertinya lebih lancar berbahasa Inggris. Sayang saya tidak bisa menyeret teman yang lain untuk menerjemahkan maksud saya ke bahasa Inggris.

Jadi, si Bruno dan Caroline adalah pasangan backpacker dari Perancis. Tepatnya dari kota Lille, sekitar 1 jam perjalanan dengan kereta dari Paris. Sudah 9 bulan lamanya mereka bersepeda meninggalkan Perancis. Tujuan mereka memang cuma Asia, dan kebetulan Indonesia ( dan tepatnya Makassar ) jadi kota terakhir.

Sebelum tiba di Makassar mereka memulai perjalanan dari Toraja. Di sanalah mereka mengontak Daeng Mappe via situs couschsurfing.org. Ini luar biasa juga mengingat Daeng Mappe baru bergabung di situs itu selepas acara Tudang Sipulung bulan April yang bertema backpacking. Dan, mereka berdua kemudian berlabuh di kehangatan keluarga Daeng Mappe sebagai tuan rumah.

Bruno dan Caroline sangat hangat. Mereka bertanya banyak hal dan menjelaskan banyak hal. Mereka juga ekspresif dengan mimik muka dan gerakan tangannya. Agak berbeda dengan bayangan saya tentang orang Perancis yang relatif kaku. Caroline gampang akrab dengan anak kecil, maklumlah latar belakangnya memang dokter spesialis anak. Meski agak kesulitan nyambung dengan anak-anak kecil tapi dia kelihatan enjoy mengajak anak-anak Daeng Mappe dan Nadaa untuk ngobrol.

Caroline yang akrab dengan anak kecil

Khusus untuk Nadaa, dia jadi semangat belajar bahasa Inggris. Nadaa memang hobi belajar bahasa, utamanya bahasa Inggris. Di rumah dia sering nanya ke saya : apa bahasa Inggrisnya ini, apa bahasa Inggrisnya itu, bla..bla..bla.. Dan dengan adanya Caroline dia jadi makin semangat.

Berkali-kali dia bolak-balik ke saya dan nanya : Ayah, apa bahasa Inggrisnya: apa kamu suka tempat ini ? Setelah saya beri tahu dia bergegas mendekati Caroline, takut lupa dan kemudian bertanya dengan bahasa Inggris. Saya perhatikan kalau Caroline menjawab, Nadaa hanya terbengong-bengong. Tapi dia tidak putus asa, tidak lama dia akan balik lagi dan nanya : Ayah, apa bahasa Inggrisnya : apa makanan favoritmu ? Saya beri tahu dan dia tergopoh-gopoh lagi kembali ke Caroline sebelum bengong lagi mendengar jawaban Caroline. Begitu terus selama berkali-kali. Biarlah, saya suka melihat semangatnya belajar.

Malam harinya Bruno dan Caroline ikut kami bermain kartu. Kami main jenderal, entah apa bahasa bakunya permainan ini atau jangan-jangan ini permainan khas Makassar. Awalnya kami coba menjelaskan aturan permainan ke Caroline, dengan bahasa Inggris yang pas-pasan tentu saja. Caroline seperti mengerti, tapi dia minta jadi penonton dulu untuk satu putaran sebelum kemudian ikut bermain. Dan luar biasanya, dia betul-betul bisa mengerti aturan permainan. Hanya beberapa aturan kecil saja yang dilanggarnya.

Bruno can Caroline juga excited pas lihat kaos seragamnya Anging Mammiri, nah untung kami masih punya stock 2 biji dan kami lalu berinisiatif mengantarkannya ke rumah Daeng Mappe untuk diserahkan ke Bruno dan Caroline. Kata Daeng Mappe, mereka berdua senang sekali dan berjanji setibanya di Lille nanti mereka mau berfoto di depan rumah khas Lille dengan baju Anging Mammiri itu. Ah, ya..luar biasa, kaos Anging Mammiri itu bisa lintas benua sampe ke benua biru. Dan oh ya, baru sadar kalau kaos itu kan hasil desain saya, **eheum**

Hari Sabtu, kami berpisah di dermaga Kayu Bangkoa. Tadinya kami niat untuk foto bareng di depan gerbang tapi rupanya rombongan langsung berceceran setibanya di tanah Makassar jadi niat foto bareng itu ditangguhkan. Tak apalah, yang penting kami sudah sempat menghabiskan waktu hampir 24 jam bersama dan berbagi banyak cerita. Saya kagum pada semangat mereka yang bersepeda keliling Asia selama 9 bulan. Semangat yang luar biasa ya..? Berani ndak ya saya seperti itu ? Buat saya Bruno dan Caroline adalah sepasang manusia langka.

Au re voir mes ami.