Mengenal Lebih Dekat Slalom
Dulu saya pernah mencoba sendiri berslalom tapi ternyata gagal. Teknik saya salah dan yang paling penting, jenis mobil yang saya pakai juga tidak tepat!
Pengendara muda memang akrab dengan perilaku ugal-ugalan, minimal memacu kendaraan tanpa berpikir panjang akan akibatnya. Saya juga pernah seperti itu. Ketika baru bisa menyetir saya selalu merasa penasaran, bagaimana sih rasanya membawa kendaraan dalam kecepatan tinggi? Sayangnya saya tidak punya nyali besar sehingga memacu kendaraan dalam kecepatan tinggi hanya saya lakukan di dalam kawasan proyek saja yang memang luas dan lengang dari kendaraan lain.
Dari sekian banyak gaya memacu kendaraan saya penasaran pada satu teknik, teknik slalom namanya. Senang sekali rasanya melihat kendaraan bisa meliuk-liuk melewati rintangan yang dipasang berbaris sambil memutar 180 derajat di ujung rintangan.
Berkali-kali saya mencoba memperagakan teknik slalom ini sendirian tanpa ada yang mengawasi atau mengajari. Namanya belajar sendiri, tentu saja lebih banyak gagalnya. Apalagi saya memang tidak menguasai teknik dasar, murni karena penasaran saja. Belakangan saya juga tahu kalau mobil yang saya pakai memang tidak cocok untuk berslalom ria. Saya kebanyakan menggunakan mobil dengan penggerak roda belakang karena namanya juga kendaraan proyek sementara ternyata untuk bisa berslalom dengan baik itu mobil yang digunakan adalah mobil yang tidak bertenaga terlalu besar dan menggunakan skema penggerak roda depan. Mobil city car memang mobil yang paling cocok dipakai untuk berslalom.
Belakangan saya baru tahu teknik yang lain yang lebih dikenal dengan nama drifting. Teknik ini populer gara-gara salah satu film kelanjutan dari Fast And Furious yang judulnya Tokyo Drift. Secara kasat mata teknik drifting ini hampir sama dengan slalom, mobil dibuat berakselerasi dengan lebih banyak menyeret ban belakang yang berhenti berputar karena rem tangan ditarik. Meski hampir sama tapi ternyata slalom dan drifting berbeda, perbedaan besarnya adalah pada jenis mobil yang digunakan. Slalom menggunakan mobil berpenggerak roda depan (front engine-front drive) sementara untuk drifting mobil yang digunakan adalah mobil berpenggerak roda belakang (front engine-rear drive).
Slalom sudah lebih dulu populer di Indonesia, seingat saya sejak tahun 1990an sudah ada beberapa event yang digelar dengan mempertandingkan kecepatan berslalom. Tapi sejak krisis moneter menimpa negeri ini, kontes slalom memang jadi jarang digelar lagi. Sama seperti kontes otomotif lainnya yang ikut meredup. Perlahan memang kontes-kontes otomotif yang memerlukan dana besar itu bisa hidup kembali tapi hanya digelar di kota-kota besar di Jawa saja.
Kebetulan sekali saya tanpa sengaja mendapatkan informasi salah satu event slalom car akan digelar di Makassar tanggal 7 Desember nanti. Nama eventnya Djarum Super Mild City Slalom. Event ini berskala nasional, digelar hingga Desember tahun ini. Total ada 9 kota yang jadi tuan rumah penyelenggaraan Djarum Super Mild City Slalom ini yaitu: Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogja, Makassar, Padang, Lampung dan Palembang. Dari website resminyapun tercantum nama-nama team papan atas yang sudah sering kita dengar dalam setiap gelaran race atau slalom kontest di Indonesia seperti Toyota Team Indonesia, GT Radial SDCI, HRVRT, Jangkar Miring.
Melihat iklan event ini saya jadi teringat kembali masa-masa ketika mencoba berslalom sendiri tanpa didampingi tenaga ahli dulu. Beruntung saya tidak sampai mengalami kecelakaan waktu itu, padahal teknik dan kendaraan yang saya pakai sudah salah. Diam-diam dalam hati kecil saya masih menyimpan rasa penasaran pada teknik yang satu ini, sepertinya menyenangkan kalau sekarang saya bisa mencobanya lagi. Kalaupun tidak sempat mencobanya, mungkin saya bisa melihat langsung para peslalom profesional memperagakan keahlian mereka. Rasanya itu sudah cukup menyenangkan. Baiklah, sepertinya saya akan meluangkan waktu untuk datang di event Djarum Super Mild City Slalom tanggal 7 Desember nanti! [dG]