Pilih mana ?, teman di dunia maya atau di dunia nyata ?

 

 

Beberapa hari yang lalu di milis Panyingkul! diedarkan sebuah kuisioner berkaitan dengan tema internet dan society. Dari kuisioner itu saya agak kaget mendapati seorang teman, bapak Amril T.Gobel yang mengikuti sampai 68 milis.!!!. jumlah ini jauh melewati jumlah milis yang diikuti Rara dan Aan yang sebelumnya sudah membuat saya tercengang. Rara mengikuti 49 milis dan Aan mengikuti 45 milis. Jumlah yang menurut saya sangat fantastis. Saya sendiri hanya mengikuti 3 milis, itupun bagi saya terkadang sudah cukup menyita waktu kerja.

Hari ini, masyarakat kota mana sih yang tidak kenal dengan internet ?. Walaupun tidak semuanya akrab dengan internet, tapi sebagian besar pasti sudah tahu apa itu internet. Definisi orang-orang tentang kegunaan internet juga sangat beragam. Mulai dari yang manjadikan internet sebagai elemen penting dalam kehidupan sosial ekonominya, hingga yang hanya menjadikan internet sebagai tempat mencari kesenangan semata-mata.

Tahun 2007 ini mungkin adalah titik balik kedekatan saya dengan internet. Setelah sempat “terpisah” cukup lama, awal tahun ini saya kembali mengakrabi internet. Pertama kali mengenal internet adalah sekitar tahun 1997, sepuluh tahun lalu. Waktu itu kebutuhan akan internet belum terlalu besar. Saya baru sekedar mengenal istilah browsing dengan tujuan utama Kompas online, sambil sesekali masuk ke “daerah hitam”. Imel sudah punya, tapi belum ada teman yang bisa dikirimi atau mengirimi imel.

Selanjutnya di tahun 2000 saya mulai masuk lebih dalam ke jaringan internet. Mulai akrab dengan email dan mailing list serta mulai ketagihan mencari informasi-informasi baru seputar pekerjaan dan hobi. Ketergantungan ini kemudian berlanjut hingga tahun 2002. Salah satu yang membuat saya sangat bergantung pada internet adalah ketika saya menjalin hubungan jarak jauh dengan gadis-yang sekarang jadi istri saya-dengan memanfaatkan jasa berkirim surat lewat email.

Setelah menikah di tahun 2002, kebutuhan akan internet menghilang begitu saja. Toh, saya sudah tidak menjalani “log distance realtionship” lagi, jadi sayapun tak perlu repot-repot ke warnet untuk sekedar mengecek email lagi. Lagipula kantor saya juga tidak menyediakan layanan internet, sehingga lengkaplah alasan perpisahan saya dengan internet.

Awal tahun ini, kantor saya kembali memasang jaringan internet. Mau tak mau saya kembali bersua dengan barang yang sudah tak saya akrabi selama 5 tahun. Pertemuan kedua ini sepertinya malah lebih membekas daripada pertemuan pertama dahulu. Seiring berjalannya waktu saya makin akrab dengan internet dan segala pernak-perniknya. Saya sudah makin ketagihan dengan blog, mailing list dan surfing.

Secara tidak langsung ikatan kuat dengan internet ini menggiring saya agak menjauh dari kehidupan sosial saya di dunia nyata. Pagi hari, saat baru tida di kantor, hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek imel, utamanya imel dari 3 mailing list yang saya ikuti. Kebiasaan baru ini setidak-tidaknya membuat saya melupakan kebiasaan lama yang selama bertahun-tahun selalu akrab saya jalani.

Dulu, saat tiba di kantor sebelum memulai pekerjaan saya sering nongkrong dulu di hall bagian belakang yang biasanya disebut smoking room. Di sana saya akan bergabung dengan teman-teman yang lain, ribut berdiskusi atau sekedar membahas berita-berita yang sedang hangat. Baisanya sambil diselingi dengan rokok dan kopi. Acara ini akan berlangsung hingga pukul 8.30 sebelum kami kembali ke ruangan masing-masing dan bersiap beraktifitas.

Sekarang, saya sudah tidak pernah sempat lagi untuk menjalani kebiasaan yang sama. Setelah mengecek imel, saya biasanya menyempatkan diri ke smooking room dan mendapati ruangan tersebut sudah kosong. Wajar sih karena jam kerja memang sudah berjalan.

Nah, jam istirahat siangpun begitu. Sebelum akrab dengan internet saya selalu siap di ruang makan begitu jam istirahat tiba. Sambil menunggu katering dalam bentuk rantangan datang, saya biasanya bergabung dengan teman-teman lain sedivisi. Ngobrol tentang segala macam mulai dari kehidupan pribadi, isu-isu hangat hingga masalah pekerjaan. Setelah makan siang, arena kongkow-kongkow dialihkan ke area smooking room. Mengisap satu-dua batang rokok sebelum sholat dhuhur dan kembali bekerja.

Sekarang situasinya berbeda. Waktu istirahat biasanya saya gunakan untuk mengupload tulisan ke blog, atau membalas imel. Saya baru beranjak ke ruang makan saat anak-anak sudah pada bubar,bahkan seringkali saya ke ruang makan jauh setelah jam istirahat berakhir. Ini biasanya saya lakukan bila kebetulan ada topik yang menarik di milis atau chat yang sementara saya lakukan.

Dulu juga, bila pekerjaan di kantor sedang agak kosong, saya masih sering meluangkan waktu berjalan-jalan ke proyek. Sekedar menengok pekerjaan di lapangan dan nongkrong dengan pengawas, tukang dan kontraktor di warung proyek. Sayangnya hari ini aktifitas tersebut sudah sangat jarang saya lakukan. Kalaupun saya sempatkan ke lapangan, durasinya tak lagi seperti dulu. Saat pekerjaan sedang kosong, saya lebih memilih duduk manis di kursi dan mencumbui monitor komputer.

Saya baru sadar akan perubahan tersebut saat seorang teman menegur saya, “ bos, sudah lama ndak ke lapangan lagi..”. saya sempat berpikir dan mengingat-ingat hingga kemudian sampai pada kesimpulan bahwa betul saya sudah banyak melewatkan kesempatan bersosialisasi dengan teman-teman di dunia nyata. Saya terlalu sibuk dengan sosialisasi bersama teman-teman di dunia maya.

Beberapa minggu ini saya berusaha sebaik-baiknya untuk mengatur waktu antara sosialisasi di dunia nyata dan dunia maya. Kebetulan saya juga dapat tugas baru untuk ikut mengawasi jalannya beberapa proyek yang mengharuskan saya sering-sering turun ke lapangan. Kesempatan ini kemudian saya manfaatkan untuk kembali menjalin keakraban dengan pengawas, kontraktor dan tukang yang selama ini mulai agak renggang. Imbasnya saya agak mengurangi aktifitas di milis yang saya ikuti. Saya hanya berusaha membalas atau mengikuti beberapa topik yang memang bagi saya cukup menarik.

Terkadang bila kita tidak bijak, internet memang serasa merenggut sesuatu dari kita. Kehidupan dan sosialisasi dengan teman-teman di dunia nyata akan terabaikan. Internet yang menyuguhkan banyak kemudahan sepertinya memang sangat rentan untuk menjadi magnet besar yang membuat kita betah berlama-lama di depannya. Saya sangat menyadari hal itu, dan sekarang sementara berusaha untuk menyeimbangkan antara kehidupan di dunia nyata dan dunia maya, supaya semuanya bisa berjalan beriringan. Karena sesungguhnya saya sangat menyayangi kedua kehidupan tersebut.