Pesona Seragam Khaki
” Eh, kamu bayar berapa..?”
” Eh, kamu pake beking siapa..? ”
Dua pertanyaan itu hadir bertubi-tubi ketika banyak orang yang tahu Ofie baru saja lulus sebagai CPNS di tahun 2005. Sampai-sampai rasanya bingung harus menjawab bagaimana ketika semua jawaban itu saya jawab dengan “tidak ada” tapi penanya tetap tidak percaya.
Bagi sebagian orang, lulus CPNS tanpa membayar uang sogokan dan tanpa menggunakan jasa beking-bekingan adalah hil yang mustahal. Waktu itu “tarif” untuk lulus PNS katanya berkisar antara Rp. 25 juta sampai Rp. 35 juta tergantung jurusan dan posisi yang diinginkan.
Beberapa hari yang lalu saya bertemu seorang teman lama. Dari awalnya hanya cerita ngelindur ke sana ke mari sampai akhirnya kami masuk ke urusan kerjaan. Sang teman cerita kalau tahun ini dia sedang berusaha untuk menembus kesempatan berseragam khaki, seorang pejabat tinggi menawarinya kesempatan dengan syarat dia berani menyediakan uang Rp. 60 juta. Cash. Teman saya menyanggupi dan katanya sudah menyerahkan separuh dari nilai yang diminta sang pejabat.
Saya terperangah mendengar kisah sang teman lama itu. Bagi saya angka Rp. 60jt terdengar sangat fantastis dan sangat tidak masuk akal bila dijadikan salah satu syarat agar bisa berseragam khaki .
Hampir 6 tahun yang lalu, Ofie mencoba melamar jadi PNS. Alasan utamanya ada dua, pertama adalah karena PNS dianggap lebih cocok untuk seorang ibu rumah tangga karena waktu kerjanya yang lebih fleksibel apalagi sebelumnya Ofie kerja di proyek yang menuntut jam kerja yang padat. Kedua karena kesempatan untuk sekolah di luar negeri lebih besar bagi seorang PNS dibanding karyawan swasta misalnya. Saat pertama mendaftar sudah saya ingatkan agar tak berharap banyak, toh kami tak sudi untuk menyogok dan tak punya saudara pejabat.
Tahun 2004 itu adalah tahun yang bersih, setidaknya di propinsi Sulawesi Selatan. Ofie berhasil lulus tanpa sepeserpun harus menyogok dan tanpa katabelece selembarpun. Makanya banyak yang kemudian tak percaya kalau Ofie bisa lulus murni. Riwayat kelulusan sebagain besar PNS sebelumnya menjadi alasan kenapa orang-orang banyak yang tak percaya kami tak menyiapkan apa-apa untuk kelulusan Ofie.
Sampai sekarang kami (saya dan Ofie) masih suka heran, koq ada ya orang yang sampai rela mengeluarkan dana puluhan bahkan ratusan juta hanya agar bisa menjadi pengabdi negara. Apa yang ada di benak mereka sampai mereka hingga mau saja menyisihkan rupiahnya demi seragam khaki itu. Bahkan saya pernah mendengar ada yang sampai menjual harta bendanya demi menyediakan uang sogokan. Luar biasa.
Seorang teman bercerita kalau menjadi PNS adalah sebuah prestise tersendiri. Di kampungnya, seorang yang berseragam khaki atau batik berlambang korpri selalu dipandang dengan pandangan kagum. Seorang teman juga pernah bercerita bagaimana orang tuanya begitu ingin ketiga anaknya kelak mengikuti jejak kedua orangtuanya menjadi seorang PNS, berseragam khaki dan dipandang hormat seisi kampung.
Prestise mungkin alasan lain selain-katanya-tunjangan dan uang pensiun yang bagi sebagian orang terasa begitu menjamin. Bagi mereka, tunjangan kesehatan, tunjangan bulanan serta tentu saja tunjangan hari tua berbentuk uang pensiun adalah alasan paling mentereng kenapa banyak orang yang begitu terpesona oleh seragam khaki itu.
Sampai sekarang saya masih belum bisa mengerti jalan pikiran mereka karena bagi saya masih ada banyak pilihan dunia kerja yang lain. Menjadi PNS, apabila dilakukan dengan segenap ketulusan dan diraih dengan jalan yang jujur tentu sebuah pengabdian yang membanggakan, tapi kalau harus menyediakan uang hingga puluhan juta ? ah sungguh tak masuk dalam logika saya. Mereka yang harus membayar sekian puluh juta agar bisa berseragam khaki itu jelas akan memprioritaskan pengembalian modalnya sebelum berpikir untuk mengabdi dengan tulus pada negara. Maka, tak heran negeri kita masih subur dengan praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Saya membayangkan, bila punya dana sebesar itu rasanya lebih masuk akal bila dananya saya pakai untuk modal usaha ketimbang harus memberikan ke seseorang sebagai syarat kelulusan PNS. Memulai usaha meski dari bawah dengan modal pas-pasan rasanya koq lebih nyaman daripada harus menyogok untuk sebuah pekerjaan yang padahal judulnya saja adalah abdi negara.
Tadi malam, karena penasaran saya coba bertanya ke teman lama itu. Ingin tahu kondisi terakhir karena senin kemarin pengumuman CPNS telah diterbitkan. Ternyata teman saya itu gagal menjadi PNS, sang pejabat yang berniat menguruskannya masih minta tambahan uang tapi teman saya sudah tidak sanggup lagi. Ah, ternyata pesona seragam khaki itu harus ditebus dengan harga yang mahal. Uh..!! sungguh di luar logika saya.
Bagaimana dengan anda ? berani bayar mahal untuk sepasang seragam khaki ?
Wah mau bilang apalagi mas? Pernah tahu tentang bisnis seperti ini secara detail, jadi pesimis dengan kinerja mereka yang berseragam khaki. Meski tak semua yang begitu, tapi mau tak mau orang orang akan memberi stereotipe negatif ke PNS.
Sepertinya memang butuh keluarga pejabat kali yah biar bisa jadi PNS di daerah
iyya, padahal beberapa tahun yang lalu sempat bersih lho..
tapi kayaknya cuma 2 tahun, abis itu..yaa..balik lagi..
😀
daeng, salam buat Kele yah. dia sekampungku memang. kalau Aidil itu yang mana yah? NDak Ada temenku orang Sidrap namanya Aidil, Ada ji yang namanya Aidil tapi dia di perbatasan sidrap pinrang. hehehehe
Saya mengenal seorang bapak yang anak gadisnya dilamar berkali-kali, tapi belum boleh. Si Bapak memberi syarat calon mantu harus berseragam Khaki.
Bagi saya, akan sulit untuk berbakti dengan ikhlas, jika awalnya sudah curang/ngga halal seperti itu
tekamma?
kinerja dan kejujuran seorang PNS dapat terlihat dari cara dia mengikuti seleksi. tapi meskipun pribadi sang PNS itu jujur dan berintegritas, secara umum institusi negara memang masih bobrok sih dengan kinerja buruk dan korupsi. fiuhhh
saya jg sering ditanya gitu daeng… bahkan banyak keluarga ortu saya yg curiga saya bayar buat jadi PNS, tp Alhamdulillah saya masuk murni dan di tempatku tidak perlu seragam khaki… 🙂
kalau begitu, saya ucapkan Selamat..!! 🙂
anda lulus dengan jujur dan tak perlu pake seragam khaki