MONEY CAN’T BUY ME LOVE

Hari senin lalu aku sempat membeli buku kecil berisi kumpulan 8 kisah nyata yang dirangkum majalah INTISARI dan diberi judul “ Titip umur di penjara ALCATRAZ ”, sampai sekarang aku belum sempat menamatkan buku itu, tapi ada satu cerita yang rasanya sangat menyentuh bagi aku.

Kisah ini tentang kehidupan Christina Onassis, anak dari Aristotle Onassis si raja kapal dari Yunani. Christina lahir sebagai anak kedua dari pasangan Aristotle Onassis dan Tina Onassis di tahun 1950. sebagai anak salah satu orang terkaya di dunia Christina tumbuh menjadi anak yang selalu dibanjiri materi. Bisa dibayangkan bagaimana kayanya keluarga mereka bila mengetahui boneka mainan Christina kecil saat itu memakai baju-baju hasil rancangan Dior. Orang tua yang sibuk dengan ambisi mengumpulkan harta, memantapkan kekuasaan dan meraih popularitas kemudian membuat Christina dan kakaknya Alexander tumbuh sebagai anak yang kaya materi namun miskin kasih sayang. Benar bahwa mereka sangat terawat, berpakaian mahal, dengan segudang mainan yang mahal, namun sesungguhnya keinginan mereka sederhana saja, ingin disayangi dan diperhatikan orang tuanya. Sang ayah, Aristotle Onassis beranggapan bahwa dengan uangnya yang berlimpah dia dapat “membelikan” kasih sayang buat kedua anaknya.

Anak-anak keluarga Onassis kemudian tumbuh dengan sikap pemberontak dan tingkah laku yang badung, semuanya itu mereka lakukan semata-mata hanya ingin mencari perhatian dari orang tuanya. Christina nyaris tidak mempunyai teman, selain karena tak ada orang yang tahan berlama-lama dengannya, diapun tidak mempercayai orang lain dan selalu menganggap orang-orang selalu dekat dengannya hanya karena hartanya. Harta yang berlimpah ternyata tidak mampu memberinya kasih sayang yang didambakannya. Perselingkuhan ayah dan ibunya yang kemudian berujung pada bencana perceraian membuat Christina makin hancur dan menangis setiap malam selama setahun penuh.

Christina sengaja mencari kesibukan dengan kegiatan sekolahnya yang berpindah-pindah pada beberapa sekolah mahal di Amerika dan Eropa, namun semua itu tidak mampu memuaskan dahaganya, bahkan nyaris tak ada satupun pelajaran yang mampu tinggal di otaknya walaupun sebenarnya dia tidak bodoh. Waktu bergulir dan berbagai skandal orang tua mereka yang sepertinya saling bersaing meraih popularitas dan menjadi santapan pers kemudian makin membuat mentalnya terpuruk, sang kakak Alexander lebih beruntung karena mampu mencari kesibukan dengan menggeluti hobinya di bidang otomotip dan aeromodelling.

Kepahitan hidup masih terus mengikuti Christina setelah sang ayah bersikeras menikahi janda mendiang JFK, Jaqueline Kennedy –walaupun ditentang kedua anaknya. Christina yang memang pada dasarnya membenci Jaqueline makin merasa dipinggirkan, pelariannya ke beberapa laki-laki yang dinikahinya sama sekali tidak membawa hasil. Christina mulai lari ke obat-obatan, hingga sempat masuk rumah sakit karena over dosis, belum lagi masalah dengan berat badannya yang terus bertambah dan akungnya disikapi dengan keranjingannya mengkomsumsi obat pelangsing.

Tahun 1973, Alexander Onassis sang putra mahkota meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan pesawat, Aristotle sangat tertekan, bagaimanapun Alexander adalah harapannya dalam melanjutkan kejayaan keluarga Onassis. Sementara Christina masih ditolak sang ayah yang masih marah dengan kelakuan Christina yang menikah dengan orang luar Yunani tanpa seijinnya. Cerita makin mengenaskan saat sang ibu Tina didapati meninggal dengan dugaan over dosis obat-obatan di tahun 1974, menyusul setahun kemudian sang ayah yang meninggal karena berbagai penyakit dalam kepedihan akibat kehilangan sang putra mahkota.

Sepeninggal kedua orang tuanya dan kakak satu-satunya, Christina-yang menjadi pewaris tunggal klan Onassis- sempat bermasalah dengan ibu tirinya, Jaqueline Kennedy Onassis tentang pembagian harta warisan. Berkali-kali “mengganti” suami sama sekali tidak membuat Christina tenang dan bahagia, hingga akhirnya dari perkawinannya dengan anak seorang pengusaha farmasi dari Perancis, Thierry Roussel lahir seorang anak perempuan yang diberi nama Athina. Christina sempat merasakan kebahagiaan, sebagai bukti dia melimpahkan harta kepada sang anak, di usia yang ke enam bulan Athina telah memiliki kebun binatang pribadi dan pakaiannya semua hasil rancangan Dior.

Tapi sekali lagi, kebahagiaan Christina tidak abadi. Hubungannya dengan Roussel makin merenggang, tubuhnya makin gemuk dan terdengar kabar sang suami punya pacar. Puncaknya di tahun 1988 saat nyawa Christina tidak tertolong lagi. Penyebab utamanya paru-parunya berair berlebihan, diduga dia kena serangan jantung namun karena ditemukan juga obat-obat penenang, penyelidikan masih dilanjutkan. Akhir yang mengenaskan dari rangkaian cerita kehidupan seorang anak manusia yang nyaris tidak pernah menemukan kebahagiaan yang sesunguhnya, selain kebahagiaan yang semu berbalut materi.

Cerita tentang Christina sungguh membuat aku miris, hidup yang terlihat sangat mampu membuat orang lain iri karena limpahan hartanya ternyata hanya menghadirkan kebahagiaan yang semu, yang nampak bagai fatamorgana karena susungguhnya Christina sangat merindukan hal-hal yang sederhana dan sangat mendasar, kasih sayang. Ternyata memang money can’t buy me love…