Militansi A La Jamily
Apa yang menjadi penggerak dasar sebuah komunitas ? Uang ? Iming-iming jabatan dan kekuasaan ? Sepertinya tidak. Uang, jabatan dan kekuasaan hanya milik partai, tidak dengan komunitas. Komunitas hanya punya kecintaan dan rasa saling memiliki.
Saya tidak pasti siapa yang memulai, berita tentang screening film dokumenter PJ20 menyebar di dunia maya. Berita yang membuat beberapa orang anggota komunitas Pearl Jam Indonesia seperti kebakaran jenggot.
Betapa tidak, film yang sudah dinantikan sejak awal tahun ini akan tayang di beberapa bioskop di berbagai belahan dunia. Tapi tidak di Indonesia !!
Parahnya lagi karena tetangga kita yang hanya berjarak kurang lebih dua jam bernama Singapura ternyata mendapat jatah tayang, bahkan 4 venue sekaligus !! Pun dengan Jepang yang berada di bagian utara Indonesia.
Para penggila band asal Seattle itu tidak tinggal diam. Beberapa dedengkotnya mulai menyusun rencana, melakukan apapun supaya film dokumenter besutan Cameron Crowe itu juga bisa tayang secara resmi di bioskop-bioskop tanah air. Apapun resikonya.
Maka gerilya itupun dimulai. Ada yang secara resmi menulis email kepada distributor film tersebut, mencoba mencari tahu bagaimana caranya agar film tersebut bisa masuk ke Indonesia. Ada yang mencoba mendekati salah satu agency film dalam negeri dan mencari tahu kemungkinan memutar film tersebut jika pihak distributor resmi benar-benar memberi jalan untuk pemutaran resminya di Indonesia.
Semua kemudian berjalan di alur yang tepat. Distributor resmi bersedia mendistribusikan film tersebut asalkan ada pihak yang bersedia menanggung biaya dan perijinan. Dari dalam negeri, pihak yang diharap juga memberi lampu hijau meski berarti untuk memutar film tersebut di sebuah bangunan bernama bioskop konon mereka harus menyediakan dana tidak kurang dari Rp. 60 juta rupiah. Dana yang mungkin hanya seujung kuku dari harta seorang Nazaruddin yang sekarang mendadak jadi orang bego itu.
Pesta harus tetap berjalan. Maka dimulailah penggalangan dana untuk sekadar membantu menutupi kekurangan dana untuk mendatangkan film PJ20 itu. Langkah pertama tentu saja lewat penjualan tiket, bagaimana caranya supaya tiket bisa sold out menjelang hari H. Syukurlah karena kabarnya hanya dalam beberapa hari tiket yang dibanderol seharga Rp. 100 ribu itupun sudah habis 250 lembar dari 500 lembar yang disediakan.? Langkah pertama bisa dibilang mulus.
Langkah yang lain adalah penggalangan dana secara sporadis, yaitu dengan membuat pertunjukan pre-event. Beberapa band secara sukarela menyumbangkan talenta mereka, tampil di panggung-panggung membawakan lagu-lagu Pearl Jam demi usaha untuk meraup tambahan rupiah sekaligus menjaring massa. Tanggal 13 September kemarin pre event pertama sudah digelar, berikutnya adalah tanggal 17 September besok.
Langkah berikutnya adalah, mengumpulkan dana sebanyak mungkin dari penjualan merchandise berupa kaos dan poster yang bertema PJ20. Pelakon utamanya adalah sebuah rumah produksi milik salah seorang Jamily ( sebutan bagi penggemar Pearl Jam ). ?Langkah yang bisa dibilang paling tidak biasa adalah lelang barang-barang PJ related, utamanya yang berkategori rare, jarang dan susah ditemukan. ?Kali ini pelakonnya adalah beberapa orang pentolan Pearl Jam Indonesia yang sudah terlanjur dikenal sebagai maniak Pearl Jam, orang-orang yang sepertinya mendedikasikan separuh hidupnya untuk mengumpulkan banyak material tentang Pearl Jam.
Orang-orang gila itu bekerja tanpa kenal lelah. Tidak ada unsur materi yang terkandung dalam setiap langkah mereka. Tidak ada juga keinginan untuk jadi populer, tenar, berkuasa atau apalah namanya. Orang-orang gila itu berjalan dengan satu semangat, mereka ingin agar nama Indonesia juga dikenal oleh manajemen Pearl Jam, agar nama Indonesia juga termasuk dalam daftar resmi yang mungkin tertulis di atas meja orang-orang di balik Pearl Jam.
Hasilnya terlihat tadi pagi. Di website resmi yang memuat tentang jadwal resmi pemutaran PJ20 nama Indonesia akhirnya masuk, sejajar dengan nama Jepang dan Singapore, dua negara yang pernah disinggahi Pearl Jam untuk menggelar konser.
Satu perjuangan yang membuahkan hasil, dan tidak menutup kemungkinan membuka pintu untuk perjuangan berikutnya, perjuangan yang lebih berat : membuat Pearl Jam manggung di Indonesia. Sebuah gerakan yang sudah digagas bertahun-tahun lamanya, diberi label Bring Pearl Jam To Indonesia.
Bagaimana dengan saya ? Sedihnya karena saya ada di Jakarta 4 hari sebelum pemutaran film PJ20, tapi sayangnya harus kembali ke Makassar sehari kemudian. Terlalu banyak hal yang harus dipertimbangkan bila ingin memperpanjang masa tinggal di Jakarta untuk ikut dalam euforia PJ20. Huh, sungguh menyedihkan.
Apapun itu, saya turut merasakan atmosfer kegembiraan yang merayap bersama sekumpulan orang-orang gila penggemar Pearl Jam itu. Mungkin memang bukan jodoh saya untuk ikut larut bersama mereka. Mungkin nanti, ketika Pearl Jam benar-benar datang untuk menggelar konser di Indonesia. Amin..
Catatan : jadwal dan info lebih lanjut tentang pemutaran PJ20 di Indonesia bisa dibaca di sini.
Kita nongkrong dulu pas situ di sini bung?
errr..susah, soalnya aku tiba tanggal 15 malam, terus acaranya dari jam 9 pagi sampe jam 9 malam..
nah jam 9 malamnya itu udah diculik ama komunitas lain 😀
pulangnya tgl 17 subuh jam 4..
makanya jangan jadi orang culikan, susah sendiri kan jadinya 😛
jadi lagi di jakarta ya? hmm …
Maklum mbak..
saya orangnya gampangan..gampang diculik..:P
beluumm..ke JKT-nya kamis malam